Kamu terbangun di pagi hari, turun ke lantai bawah dan menyiapkan sarapan seperti biasa.
Namamu Park Yejin. Wanita muda yang 'dipaksa' menikahi Lee Taeyong. Pria yang sekarang tinggal satu rumah denganmu.
Menikah di usia muda bukanlah hal yang mudah. Orang tuamu orang yang egois, materialistis. Merekalah yang memaksamu menikah.
Kamu mendengar suara gaduh dari atas lalu tersenyum. Itu berarti Taeyong sudah bangun dan mulai menjalankan aktivitas.
Tak lama kemudian masakanmu selesai. Bersamaan dengan Taeyong yang turun ke bawah dan tampak sibuk dengan urusannya.
"Taeyong-ssi, sarapanmu."
Taeyong hanya melirik. Tidak apa, ini sudah biasa. Taeyong mau makan masakanmu saja sudah cukup.
Sejujurnya Taeyong tidak pernah benar benar merespon ucapanmu. Kecuali jika kalian berada di hadapan orang lain.
Ya, di hadapan orang lain. Berlagak seolah olah kalian sepasang suami istri yang saling mencintai.
Taeyong kemudian duduk dan mulai melahap sarapannya sementara kamu membelakanginya, sibuk mencuci alat masak.
Hening, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu serta aliran air.
Taeyong terdengar meletakkan sendok garpunya dan beranjak. Oh, sepertinya ia sudah selesai dengan sarapannya.
Kamu berbalik mengambil piringnya dan merapikan meja makan.
Tiba tiba terdengar suara benturan dari depan. Kamu kaget dan berlari.
Pemandangan pertama yang kamu lihat adalah Taeyong yang duduk tersungkur di lantai.
"Taeyong-ssi ada apa?" kamu hendak membantunya berdiri namun Taeyong menepismu.
"Jangan sentuh aku." ucapnya dingin. Kamu mundur perlahan membiarkannya berdiri sendiri meski kakinya terlihat terkilir.
Ia lalu berjalan menuju pintu dan pergi bekerja seperti biasanya.
Kamu mengambil napas dalam dalam. Berusaha menguatkan dirimu.
"Tidak apa Yejin-a. Kau pasti bisa!" lirihmu.
.
.
.
Kamu berjalan memasuki ruang kerjamu.
Oh ya. Kamu adalah seorang penulis terkenal yang berhasil menerbitkan banyak buku best seller.
Pekerjaanmu tidak perlu membuatmu keluar rumah. Jadi diam di rumah bukanlah hal sulit.
Kamu baru saja duduk dan ponselmu berdering. Ada panggilan masuk dan kamu mengangkatnya.
"Noona! Apa kabar?" sapa suara di sebrang sana. Kamu tersenyum kecil begitu mendengar suara tersebut.
"Baik baik saja Jisung-a. Bagaimana denganmu? Sekolahmu?"
"Syukurlah. Semuanya lancar kok. Bagaimana dengan Taeyong-hyung?"
"Dia juga baik baik saja. Barusan berangkat kerja. Kenapa menelpon noona?"
"Aku sangat merindukanmu. Aku juga sangat merindukan makanan buatan noona."
"Jinjja? Hahaha. Kapan kau liburan? Nanti noona akan membuatkan semua makanan kesukaanmu. Tenang saja~"
"Janji ya? Aku masih lama disini. Noona harus menungguku!"
"Iya janji. Seriuslah dengan pendidikanmu. Noona mendukungmu dari sini. Fighting!"
"Baiklah haha. Kalau begitu aku tutup ya? Sampaikan salammu pada Taeyong-hyung. Sampai jumpa noona."
"Sampai jumpa. Hati hati disana."
"Neee"
Itu tadi Park Jisung. Adikmu yang kuliah di London.
Sejak mengenal Taeyong dulu, Jisung selalu mengidolakan Taeyong. Ia bilang kelak ingin menjadi seseorang seperti Taeyong.
Taeyong yang mendengarnya tertawa senang sementara dirimu berteriak dalam hati, "tidak, jangan jadi pria brengsek seperti Lee Taeyong!"
Ngomong ngomong soal Taeyong, ia memiliki rekan kerja wanita yang cukup dekat dengannya.
Namanya Natasha kalau tidak salah. Ia seumuran dengan Taeyong.
Taeyong beberapa kali membawanya ke rumah dan tampak 'bermesraan' dengannya. Mungkin itu bisa disebut selingkuh? Jika mengingat status Taeyong yang sudah menikah denganmu.
Tapi kamu tidak keberatan. Tidak ada rasa cemburu atau apapun itu.
Perasaan? Tidak, kamu tidak memiliki perasaan khusus padanya. Hanya ada perasaan tanggung jawab sebagai seorang istri.
Tanggung jawab mengurus rumah tangga dan sebagainya.
Kamu membuyarkan lamunan mu dan mencoba fokus pada pekerjaanmu.
"Mari kita selesaikan bab ini! Park Yejin Fighting!"
×××
Hari ini hari yang berat seperti hari lainnya. Setidaknya suara Jisung mampu membuat harimu sedikit lebih baik. Ini sudah malam dan kamu hendak tidur.
Kamu tidak perlu repot repot berbagi ranjang dengan Taeyong karena kalian tidur terpisah. Taeyong sendiri yang memutuskan dan kamu hanya mengiyakannya.
Kamu duduk di sisi ranjangmu dan membuka laci meja yang ada di samping ranjang.
Mengambil sebuah botol obat dan mengeluarkan beberapa butir.
Obat tidur.
Kamu mengalami masalah susah tidur selama dua tahun terakhir ini. Meminum jumlah butir yang lebih dari anjuran dosis bukanlah masalah bagimu. Yang penting kamu bisa tidur dan bangun di pagi harinya.
"Ayo, bantu aku melewati malam ini."
Kamu hendak memasukkan obat tersebut ke mulutmu namun seseorang menahan tanganmu.
"Jangan lagi. Sudah cukup."
Kamu mendongak menatap sosok tersebut.
Taeyong berdiri sambil menatapmu tajam. "Mari kita bicarakan ini."
Taeyong mencengkram tanganmu kuat. Ia berjalan sambil menarikmu. Memaksamu mengikuti langkahnya.
"Taeyong-ssi, tolong lepaskan. Ini sakit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger × Taeyong
FanfictionKamu dan Taeyong, seperti sepasang orang asing yang dipaksa tinggal di bawah satu atap. ©softtyong, 2018.