"Maaf... Aku memang bodoh ya?" bisiknya di telingamu.
Kamu menggeliat dalam dekapannya, "Taeyong-ssi tolong lepaskan."
"Tidak. Sebentar saja tolong." Taeyong menyandarkan kepalanya ke lehermu. Ia bernapas disana dan membuatmu merinding.
"Taeyong-ssi aku tidak suka."
Taeyong membuang napas berat. Dengan berat hati ia melepaskanmu. Membiarkanmu melangkah meninggalkannya.
Kamu kembali ke dapur dan menyelesaikan masakanmu. Kamu merasa gelisah akibat kejadian tadi.
Entahlah, kamu mungkin kaget dan merasa tidak nyaman dengan perlakuan Taeyong barusan.
Atau mungkin merasa tidak pantas menerimanya?
Masakanmu selesai. Kamu berbalik untuk memanggil Taeyong.
"Sudah selesai?" Taeyong sudah siap duduk di kursi meja makan tanpa perlu kamu panggil. Ia menatapmu senang.
"Sudah." kamu meletakkan piring dan gelas di hadapannya. Kamu lalu menuangkan air putih ke dalam gelasnya.
Kamu hendak pergi meninggalkannya namun Taeyong meraih ujung celemekmu.
"Bisakah kau...duduk di sini? Menemaniku makan?"
"Aku tidak bi-"
"Aku memaksa." potongnya cepat.
Kamu mendesah lemah dan duduk di depan Taeyong. Taeyong tersenyum puas lalu memulai aktivitas sarapannya.
"Kau tidak makan?"
Kamu menggeleng, "aku biasanya makan setelah kau pergi."
"Kenapa begitu?"
"Karena kita tidak mungkin sarapan bersama kan?"
"Mungkin. Sekarang. Kita sarapan bersama, ayo." Kamu menatapnya penuh tanda tanya.
"Aku memaksa." kamu menahan rasa kesal dan akhirnya ikut makan bersamanya.
Suasana menjadi canggung untukmu. Taeyong masih asyik dengan makanannya. Sesekali ia bersenandung ringan.
"Terimakasih atas makanannya!" Taeyong tersenyum riang.
Oh, ini ungkapan terimakasih pertamanya.
Kamu hanya mengangguk dan pergi mencuci piring.
Saat menyalakan keran air, Taeyong datang dan mengambil alih piring yang kamu pegang.
"Biar aku saja."
"Tapi kau harus pergi bekerja-"
"Masih ada banyak waktu."
Kamu menyerah dan membiarkan Taeyong mengambil alih pekerjaanmu.
Kamu berdiri disampingnya, memperhatikannya. "Kenapa?.." lirihmu.
Taeyong menengok, "apa?"
"Kenapa kau melakukan semua ini?"
"Karena aku suamimu." ia menjawab sambil sibuk mencuci gelas.
Kamu tidak paham dengan jawabannya dan memilih untuk kembali ke kamarmu.
Kamu duduk di sisi ranjang menatap keluar jendela. Memikirkan perubahan Taeyong dalam semalam.
Apa ada yang terjadi padanya?
Tok tok..
Pintu kamarmu diketuk. Kamu menoleh dan mendapati Taeyong berdiri disana. Ia lalu berjalan mendekatimu.
"Nanti orang tuaku akan kesini untuk makan malam."
Kamu mengangguk mengerti dan tersenyum kecut. Apa semua perhatian ini ia berikan karena orang tuanya akan datang?
"Jja, aku berangkat dulu. Sampai nanti."
Taeyong membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan wajahmu lalu mengecup keningmu.
Kamu tersentak kaget. Itu tadi sangat tiba tiba.
Taeyong tersenyum lalu keluar dari kamarmu. Kamu menyentuh bekas kecupannya tidak percaya.
Lee Taeyong, apa ada hal lain yang kau sembunyikan?
×××
"Taeyong-i wajahmu kenapa?"
Taeyong menatap pria yang datang untuk mengantar dokumen. Ini Kim Doyoung. Sekretaris sekaligus sahabatnya.
"Apa? Kenapa?" Taeyong mengusap wajahnya.
"Kau terlihat lelah."
Taeyong tertawa, "aku tidak tidur semalaman" balasnya.
"Apa ada yang terjadi?"
Taeyong diam sejenak. Menimbang nimbang haruskah ia menceritakan pada Doyoung.
"Lee Taeyong?" Doyoung melambaikan tangan di depan muka Taeyong.
"Hah? Hm? Tidak ada yang terjadi. Aku hanya tidak bisa tidur kemarin." Taeyong tersenyum. Mencoba meyakinkan Doyoung, "Jadi, apa jadwalku hari ini?"
"Oh begitu, baiklah. Hari ini kau ada rapat dengan bagian divisi IT untuk membicarakan proyek bla bla.."
Taeyong tidak mendengarkan. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri yang dipenuhi olehmu.
Yah, mungkin ini pertama kalinya pikiran Taeyong diisi oleh sosokmu.
×××
Kamu sudah siap dengan long sleeve dress. Seperti kata Taeyong tadi pagi bahwa orang tuanya akan datang, kamu harus berpakaian rapi pastinya.
Kamu turun kebawah untuk kembali memastikan makan malammu yang sudah siap di meja makan.
Sesampainya di bawah kamu menemukan Taeyong baru datang. Ia tampak susah payah melangkahkan kakinya.
Apa dia kelelahan?
"Taeyong-ssi apa kau sehat? Kau sepertinya lelah."
Taeyong terpaku menatapmu. Jantungnya berdegup cepat, ia baru menyadari betapa cantiknya dirimu dengan dress tersebut.
Damn, kemana saja dirinya selama ini? Kenapa ia tidak nenyadari 'istrinya' yang begitu cantik?
Taeyong berusaha menahan rasa kagumnya. Sepertinya sifat gengsinya muncul sekarang.
"Aku sehat. Apa semua sudah siap?" Taeyong mengintip ke belakangmu, ke arah dapur.
"Sudah. Kapan ayah dan ibu datang?"
"Eng.. Sebentar," ia membuka ponselnya, "sebentar lagi. Mereka terjebak macet.."
"Kalau begitu segeralah membersihkan diri. Aku sudah siapkan pakaianmu." pintamu.
Taeyong mengangguk. Ia lalu naik keatas dan bersiap siap sementara kamu duduk di sofa menunggu kedatangan orang tua Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger × Taeyong
FanficKamu dan Taeyong, seperti sepasang orang asing yang dipaksa tinggal di bawah satu atap. ©softtyong, 2018.