[ 3 ]

17 1 0
                                    

Jullie mengusap air mata bahagia yang turun dengan tiba-tiba melihat anaknya mengenakan toga apalagi terlilit tulisan cumlaude di tubuhnya.

Seperti baru kemarin Jullie melihat Evana kecil berlari-lari menggendong boneka Teddy bear dan berkalung stetoskop, sekarang sudah menjadi sarjana saja. Jullie tidak bisa membayangkan Ev yang manja akan meninggalkan dia dan Anton ketika ia mengikuti sang suami nantinya.

"Evana sayangku, kami bangga sama kamu nak." Dipeluknya erat tubuh kecil Ev yang tertawa riang.

Begitu pula dengan Anton, mengecup kening anak manjanya dan memeluknya erat.

"Selamat ya sayang. Dan Ada yang mau kami bicarakan Ev," ujar Anton seraya melepas pelukannya. Raut itu berkerut aneh, Ev melihatnya. Tapi ada yang terasa lebih penting kali ini  menurutnya.

Mata Ev berputar menyapu sekeliling. Mencari - cari keberadaan seseorang.

Yap! Disana.

"Sebentar ya Pi."

Setelah pandangannya menangkap sosok yang dicari, segera ia bergegas, berlari kecil lalu berhenti tepat didepan Harish dengan nafas tersengal.

"Harish,"serunya, yang dipanggil pun menghentikan langkah tepat didepan pintu auditorium.

Teman yang berjalan bersamanya melambaikan tangan pada keduanya sebelum berjalan pergi.

Ev mengabaikan denyut di kedua kakinya, berlari dengan kebaya dan heels runcing sangat membuat kakinya pegal seketika. Bukan waktunya untuk mengeluh sakit, karena ada dia yang lebih penting.

"Selamat Harish," ucap Ev mengulurkan kotak kecil kepada Harish disertai senyum manis yang dimilikinya, meski nafasnya sedikit tersengal.

"Sama-sama. Kamu juga happy graduation ya,"

Harish melirik kotak bermotif polkadot kuning hitam dihadapannya.

"Iya. Ee ini buat kamu. Bulan depan kamu ulang tahun tapi aku berniat memberikan ini sekarang," kata Ev.

Karena aku takut bulan depan Harish semakin sulit untuk ditemui. Batin Ev.

"Sebenarnya ini sudah aku persiapkan sejak bulan lalu," tambahnya lagi.

"Oh ya? Thank you ya Ev, selamat sekali lagi," Harish menunjuk pada tulisan melingkari tubuh Ev dengan isyarat mata.

"Iya. Berkat support kamu juga kok ini."

Keduanya tersenyum dan saling pandang untuk beberapa detik. Rasanya sangat bahagia bisa berbicara normal dengan Harish seperti ini, tidak kejar-kejaran seperti kemarin.

Jelas, mata itu memperlihatkan sorot kekaguman untuk Ev. Ev membiarkan tatapan mata Harish menyusuri wajahnya. Slogan 'bukan konsumsi publik' yang dia katakan pada Jullie beberapa hari lalu tidak berlaku di sini. Toh ini untuk Harish, untuk orang spesial baginya.

"Kamu cantik hari ini, sangat cantik," bisik Harish, memuji perempuan yang sudah menjadi kekasihnya beberapa bulan lalu.

Bunga-bunga, bersinar, dan pipi memerah, itu yang dirasakan oleh Evana saat ini. Hanya karena satu kalimat dari Harish barusan.

"Tapi sayang bukan cantikku lagi,"

Seketika Ev memejamkan mata, meredam hantaman yang membuyarkan sekumpulan bunga yang tengah bertebaran.

"Aku masih belum mengerti apa alasan itu Harish?"

"Tidak usah dipikirkan, aku tidak mau mereka menyalahkan aku jika keningmu menjadi ada kerutan,"

WHO'S YOUR LOVE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang