13:57
17 Juli 2018
Selasa, Gorontalo.☆☆☆
Ada sebuah rasa yang ingin aku jelaskan tentang sebuah kehilangan yang abadi.
Tentang sebuah kebersamaan yang bahkan bisa menjadi sebuah penyesalan saat kenangan mulai berputar.
Ini sebuah derita yang menjadi dasar phobia, yang membuat jiwa terluka dan menyebabkan mati rasa.
Tentang sebuah takdir tragis yang membuat hidup seseorang miris.
Beda alam. Beda suasana. Beda cerita dan beda rasa. Semua bercampur semenjak satu tahun yang lalu.
Yah, tentu saja gila. Saat dia sudah tidak disisi lagi, logika dan hati bekerja sama menganggapnya masih ada dan tak pernah pergi.
Sejak satu tahun yang lalu semua berubah, berubah dari pelangi menjadi sebuah dunia abu-abu.
Kenyataan menghempas, membuat semua perlahan menjadikan sebuah sosok seperti bukan dirinya, bukan kesalahannya, namun waktu yang memaksanya.
Rindu? Tentu saja. Gadis kecil itu ingin bertemu, bertemu dengan si humoris penyembuh kalbu.
Berpaling dari rasa sakit? Sudah pernah dicoba, namun semua berakhir percuma dengan realita yang menjadikannya mati rasa.
Menyalahkan luka? Tidak. Gadis kecil itu tidak pernah menyalahkan teman yang membuatnya dewasa, membangunkannya dari sebuah rasa dan membuatnya tak takut yang namanya karma.
🍂
Menjadi dewasa sebelum waktunya itu menyedihkan. Kamu dipaksa untuk menerima kenyataan yang belum bisa diterima tapi tidak bisa diabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tentangku
Non-Fiction☕ --- Sebagian kecil yang telah usai Seiring berjalannya waktu, saya tahu, semua luka dan bahagia juga patut diabadikan, dalam sisa hidup yang semakin menipis, tak banyak yang manusia inginkan, salah satunya, kisahnya diketahui dan diambil pelajaran...