Satu

6.2K 409 20
                                    

- New York City -



Namaku Vhenathy Ravhe, ayahku telah tiada setahun lalu. Kakakku telah menikah beberapa tahun lalu dan saat ini aku tinggal hanya bertiga dengan Ibu dan adikku. Menghidupi Ibu dan adikku tidak terlalu sulit karena pekerjaanku.

JC Corp, sebuah perusahaan besar yang dapat memberikanmu kehidupan mewah jika sudah mencapai puncak karirmu. Perusahaan ritel terbesar di Amerika. Saat ini aku bekerja di sana menjadi Kadiv bagian infentori, penghasilanku cukup untuk menghidupi Ibu dan adikku yang saat ini masih bersekolah.

Di usiaku yang kini menginjak 25 tahun harus bekerja keras mengejar impianku, mimpiku yang ingin menjadi wanita kaya raya dengan kerja kerasku sendiri. Dengan begitu Ibuku akan bahagia karena aku dapat menyekolahkan adikku hingga impiannya menjadi seorang dokter tercapai. Dan JC Corp menjaminkan semua itu jika aku bekerja keras, tentu saja aku akan melakukan semampuku.

Siang ini aku harus pergi menemui beberapa klienku dan diperbolehkan untuk pulang setelah menemui dan berhasil meyakinkan para klienku. Restoran Griflid menjadi tujuan utamaku, restoran mewah yang terletak dekat dengan tempat tinggalku. Panas terik matahari tergantikan dengan hawa dingin saat memasuki restoran mewah itu.

Memesan tempat duduk di dekat jendela dan menunggu hingga klienku datang. Sebelum bertemu dengan mereka tentu saja aku harus merapikan penampilanku. Rambut panjang pirangku sedikit bergelombang, hingga aku harus menguncirnya tinggi. Iris biru muda karena gen dari mendiang ayahku ini benar-benar mengingatkanku padanya.

Setelah selesai merapikan penampilanku, aku kembali ke meja makan dan menunggu hingga akhirnya mereka datang.

"Selamat siang, Miss Ravhe. Maaf membuatmu menunggu lama," ujar seorang pria paruh baya yang datang langsung menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

"Tentu tidak masalah, Tuan Cameroon," jawabku sambil menyambut uluran tangannya dan terrsenyum seperti biasa.

"Bisa kita langsung saja, karena aku memiliki janji penting lainnya?" tanya Tuan Cameroon dengan wajah sedikit terlihat bersalah, dan tentu saja aku mengangguk cepat.

"Tentu saja, saya tahu Anda orang yang super sibuk. Terima kasih untuk tetap datang," jawabku sesopan mungkin dan wajahnya kali ini terlihat berseri.

"Baiklah, tentang permasalahan retur ke supplier sebesar lima miliar dolar memang jarang terjadi, tetapi kami bisa menanggungnya dengan beberapa jaminan, beberapa barang dari perusahaanku harus masuk ke dalam daftar gudangmu. Dan yang kedua kalian harus menahan beberapa bulan beberapa barang yang memang harus dikirimkan. Dan menggantikannya dengan barang-barang dari perusahaanku. Semua itu harus berjalan agar lima miliar itu kembali dan tidak menjadi beban perusahaan kami." aku mengangguk sambil terus mendengarkan permintaannya.

Semua yang pria itu minta sudah aku ketahui sebelumnya, karena hanya dengan cara itu beban pengembalian barang ke supplier dapat teratasi tanpa harus perusahaan JC yang merugi. meskipun lima miliar bukanlah apa-apa bagi perusahaanku karena perusahaan itu mendapatkan laba 15 miliar per hari.

Semua pembicaraan tentang pekerjaanku berlalu dan selesai dalam 30 menit, tidak membutuhkan waktu lama aku bisa membuat mereka menyetujui beberapa kontrak dengan kami. Tentunya saja bukan karena aku cantik, aku tidak memiliki kelebihan pada wajahku. Mungkin otakku saja yang terlalu berlebihan.

Tuan Cameroon kembali mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, aku membalas uluran tangan itu dengan senyuman ramah. Pria paruh baya itu berterima kasih lalu pergi meninggalkanku sendiri. Pekerjaanku ternyata selesai lebih cepat, semua laporan yang harus aku berikan ke kantor tidak terlalu banyak. Lebih baik aku memberikannya esok hari pada Tuan Fernandes, sebaiknya sekarang aku pergi berbelanja ke supermarket untuk nanti malam.

The Great HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang