Tiga

3.3K 313 6
                                    

Hari sudah menjelang sore, Daniel menepikan mobil Range Rover Black Edition miliknya tidak jauh dari gedung JC corporation. Pria tampan itu turun dari mobil dan segera berputar untuk membukakan pintu mobil untuk Vhena.

Vhena tersenyum sambil menerima uluran tangan Daniel dan segera turun dari mobil mewah itu. Mereka berhenti tepat di depan gedung apartemen yang tidak terlalu mewah seperti milik Daniel, tetapi apartemen itu juga merupakan salah satu properti miliknya.

"Kau tinggal di sini?" tanya Daniel dengan satu alis yang terangkat.

"Ya, apa ada masalah?" Daniel tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada, apa tidak masalah jika kita sudah menikah tinggal di apartemen milikmu?" Vhena memiringkan kepalanya sedikit, ia tidak masalah dengan itu tetapi, mengingat jika ia ingin menikahi pria tampan di hadapannya itu membuatnya ingin berpikir ulang.

"Jangan salah paham, karena aku ingin kau merasa nyaman. Mungkin kau tidak akan merasa nyaman jika tinggal di tempatku," Vhena menghembuskan napasnya pelan sambil tersenyum.

Pikiran buruk tentang pria di hadapannya kini sirna, karena pria itu ternyata memikirkan kenyamanannya di banding kenyamanan pria itu sendiri. Melihat senyuman Vhena, Daniel merasa seperti di terbangkan ke atas langit. Terdengar berlebihan, tetapi itulah yang dirasakannya saat ini.

"Tidak masalah, tetapi bagaimana dengan dirimu? Kau tahu apartemen di tempat ini mungkin tidak sebagus milikmu,"

Daniel tersenyum, ia merasa hatinya begitu hangat mendengar wanita itu mengkhawatirkannya juga.

"Tidak masalah, selagi kau merasa nyaman aku tidak masalah di mana pun kita tinggal," jawaban yang begitu manis keluar dari bibir Daniel.

"Baiklah jika itu yang kau putuskan, tetapi aku harap kau tidak terkejut dengan keadaan apartemen milikku," jawab Vhena sambil tertawa kecil mengingat dirinya bukanlah orang yang terlalu rapi dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Daniel hanya tersenyum sambil mengangguk singkat, ia tidak masalah dengan semua kekurangan wanita di hadapannya. Cukup wanita itu berada di sisinya maka ia akan menjaganya dengan sepenuh hati.

Hati? Bahkan Daniel ingin tertawa kencang karena pemikirannya yang begitu polos saat ini. Ia tidak pernah memakai hati pada wanita mana pun, tetapi wanita di hadapannya kali ini berbeda.

Wanita yang sanggup menggetarkan hatinya dan membuat jantungnya berpacu lebih cepat daripada saat ia tengah berada dalam zona baku tembak melawan musuh-musuhnya. Vhena melihat pergelangan jam tangannya, ia terdengar sedikit mengumpat lalu kembali menatap Daniel.

"Maaf aku harus pergi ke supermarket, karena bahan makanan malam ini sudah habis dua hari yang lalu. Jadi aku pergi dulu, sampai jumpa," ujar Vhena yang terlihat terburu-buru berjalan menjauhi Daniel.

"Tunggu, aku akan ikut denganmu," Daniel langsung saja mensejajarkan langkahnya dengan wanita itu.

"Apa kau tidak memiliki pekerjaan setelah ini?" tanya Vhena yang takut mengganggu pekerjaan pria itu.

Daniel menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lembut, "Tidak ada, apa masalah jika aku membantumu menyiapkan makan malam?"Vhena hanya menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

Senyumnya terkembang saat melihat Daniel yang sepertinya serius akan lamarannya. Pria itu begitu hangat dan begitu manis, tetapi Vhena sama sekali tidak mengendurkan pertahanannya untuk tidak hancur sehancur-hancurnya saat Daniel berniat meninggalkannya.

Cukup baginya merasakan ketakutan dalam hidupnya karena seorang pria. Pria yang terobsesi akan dirinya hingga ia harus mencelakai pria tersebut dan menghilang dari hadapannya.

The Great HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang