Dua

4.8K 411 33
                                    

Hari yang begitu terik, meski rasanya sama saja saat berada di dalam mobil. Waktu makan siang sudah tiba dan aku memilih untuk berhenti sejenak di satu restoran mewah yang tentu saja tidak terlalu ramai. Saat memasuki restoran aku memerintahkan para anak buahku untuk tetap di luar. Saat ini aku memang hanya ingin sendiri meski hanya sejenak, mengambil tempat duduk dekat jendela adalah pilihanku untuk melihat keadaan di luar.

Saat aku mengedarkan pandanganku. Aku melihat seorang wanita yang memasuki restoran dengan pakaian kerja formalnya. Cantik, satu kata yang keluar dari dalam otakku begitu saja. Entah mengapa aku melihat wanita itu begitu cantik meski tidak ada yang memerhatikannya.

"Ada yang ingin Anda pesan, Tuan?" tanya seorang pelayan pria sambil memberikanku buku menu.

"Saloya Ignesia," jawabku sambil memberikan buku menu itu pada sang pelayan.

"Baiklah, Tuan. Mohon tunggu sebentar," jawab pelayan itu sambil membungkuk hormat lalu meninggalkanku.

Rambut pirangnya yang bergelombang membuatnya terlihat sexy, atau itu menurut penglihatanku karena sekali lagi tidak ada yang memperhatikannya bahkan mencuri pandang dengannya. Wanita itu bangkit dan menuju ke arah toilet, aku tidak tahu apa yang ia lakukan, tetapi itu membuatku penasaran.

Seorang pelayan menghampiriku dengan menu yang sudah kupilih tadi. Minuman berwarna hitam itu tersaji di depanku dengan aroma yang begitu menenangkan. Saloya Ignesia, salah satu menu andalan di restoran ini. Minuman berupa arak hitam dengan campuran madu, dan sedikit rempah-rempah untuk meningkatkan stamina. Untuk rasanya disamarkan dengan bunga lavender dan juga campuran lemon sehingga wanginya terasa seperti aroma terapi.

Aku menyesap sedikit minumanku sambil menunggu wanita itu kembali datang ke mejanya dengan rambut pirangnya yang terkuncir. Semua itu membuatnya semakin terlihat sexy di mataku, sial aku merutuki sifat mesumku yang tidak pernah hilang.

Tidak lama seseorang datang menghampirinya, apa pria itu kekasihnya? Aku harap tidak, karena aku sama sekali tidak ingin mengotori tanganku untuk mengambil wanita itu.

"Selamat siang, Miss Ravhe. Maaf membuatmu menunggu lama," kata pria itu dan kini aku yakin jika pria itu bukanlah kekasihnya.

"Tentu tidak masalah, Tuan Cameroon," jawab wanita itu, entah mengapa suaranya membuatku rindu akan sesuatu.

"Bisa kita langsung saja, karena aku memiliki janji penting lainnya?" tanya pria itu dan aku mulai ikut mendengarkan.

Hanya dalam waktu 30 menit wanita itu benar-benar membuatku terpaku dan takjub kepadanya. Wanita itu begitu pintar sehingga dapat membuat kontrak yang aku dengar begitu penting untuk sebuah perusahaan hanya dalam waktu 30 menit. Dan aku yakin ia sudah mengetahui semua syarat-syarat yang diajukan pria itu kepadanya, karena aku dapat mendengar suaranya yang tidak terkejut sama sekali saat pria itu mengajukan beberapa persyaratan.

Cantik dan pintar, aku yakin wanita itu lebih memiliki ambisi dalam karirnya. Aku harus mendapatkannya. Aku bangkit saat wanita itu juga bangkit untuk meninggalkan restoran. Berjalan mendekat dan langsung berdiri di hadapannya. Jantungku berdegup kencang saat melihat iris birunya yang begitu damai dan berbinar karena semangat.

"Permisi," sapaku begitu saja, dan wanita itu mendongak langsung menatap ke arah mataku.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya wanita itu lembut namun, tegas. Lagi-lagi jantungku berdegup kencang.

"Maukah kau menikah denganku?" perkataan itu meluncur begitu saja dari bibirku.

'Sial, aku bukan ingin mengatakan itu, Dasar Bodoh!' batinku berteriak. Wanita itu berkedip beberapa kali lalu memiringkan sedikit kepalanya, lihatlah betapa imut dirinya yang seperti itu.

The Great HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang