Kerancuan, typo, inkonsistensi dan kontradiksi bertaburan seperti wijen.
.
Douzo~
.
.
.
"Berhenti memandangiku, Lu-sshi." Kyungsoo melirik sekilas orang yang berjalan seiringan dengannya. Tangannya yang sejak tadi mengusap pergelangan kiri berhenti-pergerakan yang tidak terlepas dari mata Lu Han.
Bibir Lu Han sedikit maju sebelum pandangannya disapa pundak orang-orang asing yang juga bergerak keluar dari teater. "Maaf jika aku membuatmu risih... Kyungsoo-sshi, bukan?"
Tidak ada tanggapan, sementara Lu Han masih tidak bisa berhenti mencuri pandang pada laki-laki berambut legam di sampingnya.
Walau ada perasaan bersalah perkara kejadian saat mereka akan keluar teater, bukan itu yang mengganggu pikirannya. Bukan juga perkara kencan buta yang sudah sangat jelas adanya.
Sebenarnya Lu Han berpikir, bahkan film yang baru saja mereka tonton termasuk rating delapan ke atas, tapi kenapa lelaki yang lebih pendek tiga inci darinya ini sama sekali tidak menunjukan sesuatu. Menunjukan dirinya baru saja menonton sebuah film, barang kali.
Mungkin karena dia tidak menonton dari awal? Bisa jadi.
Jika diingat, bahkan Lu Han sedikit mengeluarkan air mata karenanya. Tidak tahu juga sejak kapan dirinya cengeng hanya karena menonton film, walaupun adegan sedih bukan poin utama film yang ditontonnya tadi.
Film yang jika diingat ulang, tidak Lu Han ketahui judulnya-
-tidak, bukan itu, tapi yang jelas Lu Han malu setengah mati menunjukan sisi mellownya kepada seseorang yang baru ditemui, dan akan secara berkala ditemui.
.
"Benar juga." Lu Han berhenti. Kyungsoo yang telah mengambil beberapa langkah ke depan mengikuti tingkah Lu Han, disertai tubuhnya yang memutar 160 derajat untuk menghadap pria bersetelan kerja itu.
Seakan familiar, suara pendingin ruangan itu sayup menyapa telinga Kyungsoo.
Untuk ukuran jam enam sore, sinar matahari di luar sana masih terbilang terik, menembus kaca besar di samping kanan Lu Han. Hanya dengan itu, bahkan tanpa lampu yang tiba-tiba menyala beberapa detik setelahnya, Lu Han tahu. Pria yang lebih pendek darinya itu, dapat diakui berwajah manis.
Lu Han mengulurkan tangannya, "Kurasa kita belum berkenalan secara resmi." Dia tidak yakin dengan pilihan katanya. Berharap orang bermarga Doh itu mendapatkan maksudnya.
Noneless, Kyungsoo menerima uluran tangan Lu Han dan menjabatnya singkat. "Kyungsoo, Doh Kyungsoo," ucapnya singkat, sangat pada pokoknya.
"Lu Han, cukup panggil aku Luhan," balas Lu Han, karena demi apapun dia tidak mau dipanggil Lu atau Han, namanya sendiri. "Boleh aku memanggilmu Kyungsoo?" Mata rusa andalannya memandang lurus ke mata bulat itu, bentuk mata yang nyaris seperti burung hantu peliharaan Chen-temannya-apalagi dengan kantung mata yang ketara.
"Tentu, tidak masalah, Luhan-sshi." Mata itu beralih dari Lu Han, melirik ke kiri, tepatnya kaca yang memperlihatkan suasana perkotaan secara langsung. Tangan kanan Kyungsoo memeluk dirinya, tingkah yang tentu saja mendapatkan tatapan aneh dari Lu Han-sungguh, ditengah udara segerah ini?
Lu Han menarik nafas, masih dengan mata mengeksekusi lelaki di hadapannya. "Kencan-pertemuan ini sepertinya agak canggung." Lu Han tersenyum, mendapat lirikan singkat dari Kyungsoo. Sedikitnya respon yang membuat intuisinya berkata, bahwa Kyungsoo bukanlah orang yang dapat dengan mudah ia kendalikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Messy Life of Bad Couple
FanficKarena Kyungsoo adalah seorang berpikiran logis, yang sayangnya tak sengaja terjatuh dalam cinta sehidup, dan semati. Bahkan cinta setelah kematian. Dan dia sungguh mengutuk tinggi badannya.