Part 1

1.2K 13 0
                                    

"Nduk,sudah ke enam kali nya ayah mendatangkan calon untukmu. Dari semua orang itu, apa tak ada yang menggugah hatimu untuk kau pilih sebagai calon suamimu?" tanya seorang laki-laki paruh baya dengan sedikit kecewa.

Balqis yang ditanya hanya bisa menunduk, tak mampu menjawab. Sungguh sulit baginya memilih calon imam yang sesuai dengan hatinya. Padahal ayahnya tak sembarangan mendatangkan pria-pria berkualitas itu. Entahlah apa yang dicari oleh Balqis. Alasan penolakan pun bermacam-macam dari mulai terlalu dewasa (alias tua), terlalu muda, terlalu banyak bicara, tak suka dengan gaya tertawanya dan alasan lain yang membuat ayah dan yang lainnya geleng-geleng.

" Ayah benar nduk,seharusnya sekarang ibu udah punya cucu." tambah ibu.

"Ayah, ibu! Balqis hanya ingin calon suami yang sreg dengan hati Balqis."jawab gadis itu yang terus melipat-lipat ujung jilbabnya. "karena Balqis ndak mau menyesal di kemudian hari."lanjutnya lirih.

"Baiklah,jika itu mau mu. Ayah beri waktu 1 bulan untuk mencari pria yang kau sukai. Ikhtiarlah dengan cara yang baik, nduk!" tegas ayahnya, tak ada kelembutan didalamnya.

"Tapi yah..."

"Tak ada lagi alasan nduk. Umurmu sudah menginjak 26 tahun,apalagi yang kau cari? Lulusan kuliah terbaik dan sekarang karir mu pun cemerlang. Ingat nduk, tak baik menunda-nunda menikah." ujar ayahnya dengan nada tinggi.

Balqis hanya bisa berhembus. Mungkin sekarang adalah klimaks dari ketidaktenangan ayahnya pada Balqis.

"Baiklah yah, semoga Allah mendekatkan jodoh Balqis. Balqis akan berikhtiar yah!" jawabnya lirih dengan wajah yang masih tertunduk.

***

Balqis

Entah sudah berapa kali ayah menyampaikan ah tepatnya menyuruh dan lebih tegasnya memaksa ku untuk segera MENIKAH. Hhhh tapi tadi malam sepertinya tak ada lagi dispensasi waktu untuk ku. Dan ajaibnya ayah begitu entengnya menyebut 1 bulan agar aku segera menemukan calon imamku. Hmm memangnya sama seperti mencari supir pribadi?

'Aku harus menghubungi mas Yudhis' batinku.

Memang mas Yudhis kadang bahkan selalu jadi opsi terakhirku dalam memecahkan berbagai macam masalahku.

"Assalamu'alaikum adikku sayang" terdengar suara bass mas yudhis menyapaku terlebih dulu. "Ada apa gerangan yang membuat mu sampai hati menelpon mas gantengmu ini??"lanjutnya yang disertai tawa renyahnya.

Ah mas Yudhis, aku belum bicara saja dia sudah tau kalau aku sedang galau. Galau tingkat dewa malah.

"Wa'alaikumsalam mas, hemm tanyalah dulu kabar adik cantikmu ini mas! Tak usah terburu-buru menanyakan masalahku" jawabku tak mau kalah.

"Dari suaramu saja mas sudah tau kalau kamu disana baik-baik saja.Nah sekarang, masalah apa yang sedang kamu hadapi dik??" tanya mas Yudhis to the point.

Memang mas Yudhis orangnya tak suka berlama-lama basa-basi ngalor-ngidul sebelum obrolan intinya.

Mulailah aku ceritakan semua perkataan ayah semalam yang membuatku tak bisa konsen bekerja hari ini. Dari paksaan mencari calon suami yang sesuai hatiku sampai jeda waktu 1 bulan yang ayah berikan padaku sebagai masa pencarian.

"Adikku sayang, mas tau sekali sifat ayah. begini saja, nanti sore mas pulang ke Semarang, kita bicarakan ini di rumah saja ya!" jawab mas Yudhis masih dengan gaya santainya.

"Baiklah mas, aku tunggu di rumah ya! Hati-hati dijalan!" sahutku semangat...

TBC

Cinta itu DekatWhere stories live. Discover now