part4

608 11 1
                                    

Balqis

Ya Tuhan!!! Ini sudah 2 minggu setelah ayah mengancam ku untuk segera menikah. Jika aku diam saja, ayah akan menjodohkan ku kembali dengan orang yang harus dan WAJIB aku terima.

Hufhht!!! Bagaimana ini? Masalah ini tak akan selesai hanya dengan memejamkan mata. Aku harus melakukan sesuatu, setidaknya ada sedikit perjuangan agar aku tidak disebut siti nurbaya sesi modern. Sepertinya aku harus mengadu ke mas Yudhis. Ku harap dia punya ide brilliant untukku.

Keesokan harinya aku memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Pagi-pagi sekali aku berangkat ke bandara Ahmad Yani. Ayah dan ibu pun tidak tahu aku pergi menemui mas Yudhis, mereka hanya tahu aku pergi bekerja seperti biasanya.

Sesampainya di Jakarta, aku memutuskan untuk langsung ke kantor mas Yudhis dengan taksi. Ku lihat jam tanganku, hmm...masih pukul 08.15 pagi, pasti mas Yudhis belum sampai di kantornya.

Dan inilah Jakarta di pagi hari, macet luar biasa. Aku salut sama mas Yudhis, dia bisa kuat setiap hari berhadapan dengan jalanan ibu kota. Kalau aku yang harus tinggal di Jakarta, mungkin aku gak bakalan betah. Macet dimana-mana, belum lagi kalau lagi macet kayak gini biasanya emosi ikut naik. Semuanya ingin cepat sampai tujuan ditambah metro mini yang sudah tenar dengan aksi kebut-kebutannya di jalanan. Hmm...membayangkannya saja sudah bikin aku pusing dan mual.

Butuh waktu 2 jam untuk aku bisa sampai di kantor mas Yudhis. Sesampainya disana, aku langsung ke resepsionis, menanyakan apa mas Yudhis ada di kantor atau tidak. Tak perlu basa-basi, karena resepsionisnya sudah mengenaliku.

"Selamat pagi mba Balqis!" Sapanya.

"Pagi juga mba. Pak Yudhis nya ada?" Tanyaku langsung.

"Oh ada mba. Baru 30 menit yang lalu Pak Yudhistira sampai. Tapi kok Pak Yudhis gak bilang mba Balqis mau datang ya?" Tanyanya heran.

"Memang saya gak bilang, sengaja mau bikin surprise mba." Jawabku.

"Oh ya sudah kalo begitu, silahkan mba!" Tuturnya.

Aku pun mengangguk dan berjalan menuju lift. Lift kosong pun terbuka, aku masuk dan segera memencet angka 10 dan tombol tutup, sesaat sebelum pintu tertutup, seorang pria menahan pintu lift dengan tangannya. Sepertinya tadi dia lari tergopoh-gopoh untuk sampai di lift ini. Terdengar dari suara nafasnya yang terengah-engah.Aku pun mundur satu langkah, mempersilakannya untuk memencet angka lantai yang dia tuju, namun ternyata dia hanya memencet tombol tutupnya saja. Lift pun perlahan mulai bergerak naik.

"Anda pegawai baru?" Tanya pria yang namanya saja aku tak tahu.

Aku menoleh dan hanya menggeleng dan tersenyum saja.

"Mau ketemu siapa di lantai 10?"

"Mau ketemu Pak Yudhistira Pratama."

Dia pun mengernyitkan keningnya. Sebelum dia bertanya lagi, pintu lift pun terbuka. Kami berdua keluar dari lift.

Masih dengan jalan yang searah. Kami berjalan melewati meja-meja pegawai. Namun aku berjalan terlebih dahulu, aku masih merasakan dia ada di belakangku.

Sesampainya di depan ruangan, ada sekretaris cantik sedang duduk manis didepan komputernya. Mungkin ini sekretaris baru mas Yudhis, setelah Rania -sekretaris sebelumnya- mengundurkan diri karena jatuh hati pada mas Yudhis. Dan mirisnya cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia mengutarakan langsung alasan resign nya pada mas Yudhis bahwa dia lebih baik memilih pergi dan melupakan mas ganteng ku itu dari pada dia terus berharap pada sesuatu yang tak pasti. Wanita yang berani dan cerdas menurutku.

"Selamat pagi!" Sapaku.

Dia pun menongakkan kepalanya.
"Oh iya selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" Tuturnya sopan.

"Saya mau bertemu Pak Yudhis, apa dia ada di ruangan?"

"Sudah ada janji?"

"Belum, tapi tolong bilang saja Qiqis ingin bertemu."

"Baik, tunggu sebentar."

Wanita itu pun mengangkat gagang telepon dan terdengar berbicara sebentar dengan atasannya yang tak lain kakak ku sendiri.

Setelah ditelepon, wanita tadi memepersilahkan aku masuk ke ruangan mas Yudhis. Entahlah siapa nama sekretaris baru kakak ku itu. Namun, dia cukup ramah dan cantik. Apa mas Yudhis gak terpesona ya sama kecantikannya? Hmm...setelah kisah cintanya kandas dengan Nabila dia belum pernah memperkenalkan wanita lagi padaku. Entahlah, mas Yudhis begitu terpuruk ketika Nabila memutuskan untuk menikah dengan orang lain karena perjodohan dari orangtuanya. Mungkin Nabila belum bisa tergantikan oleh siapa pun.

Kubuka pintu perlahan, ku lihat sekeliling ruangan, tak ada yang berubah dengan ruangan ini dari 1 tahun yang lalu. Ya, terakhir aku ke Jakarta 1 tahun lalu. Saat itu aku menghadiri pernikahan teman kuliahku.

Dan di sana, dibelakang meja, mas Yudhis sedang berkutat dengan laptopnya. Sibuk seperti biasanya.

"Kenapa tak bilang kalo kamu mau ke Jakarta,Qis?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.

"Sengaja mas, biar mas Yudhis kaget karena aku kesini sendirian."

Mas Yudhis pun terkekeh. Aku langsung duduk di sofa sambil mengecek ponselku. Tak lama kemudian mas Yudhis duduk disampingku membuat ku tak mau harus menoleh padanya.

"Ada apa nduk?" Tanyanya lembut.

"Apalagi mas, kalo bukan soal Ayah." Keluhku lemas.

"Soal perjodohan itu?"

"Iya... Qiqis bingung mas. Bagaimana kalo nanti ayah jadi jodohin Qiqis sama orang yang gak Qiqis kenal? Lha wong sama yang kenal aja gak cocok terus, apalagi sama yang gak kenal?" Ucapku pelan.

Mas Yudhis pun menghela nafas berat, untuk beberapa saat hanya keheningan yang ada di antara kami. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing.

Tok..tok...

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan kami. Segera mas Yudhis beranjak dari sofa dan kembali ke kursi kerjanya.

"Ya masuk!" Jawabnya.

Tak lama ku lihat seorang lelaki muncul dengan map di tangan kirinya. Sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi dimana ya?



Haaa....setelah sekian lama bertapa. Akhirnya update lagi.... Entahlah jadi apa nantinya... Hihihi
D tunggu bintang dan comment nya ya!!!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 22, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta itu DekatWhere stories live. Discover now