Part 2

700 8 0
                                    

Malam harinya mas Yudhis tiba dirumah. Tak ada yang kaget dengan kedatangannya,karena memang mas Yudhis pasti pulang seminggu sekali.Dia bekerja di Jakarta, lebih tepatnya mungkin meneruskan perusahaan ayah dibidang property. Karena ayah merasa mas Yudhis sudah layak memimpin perusahaan tersebut.

Bagaimana tidak, dengan kecerdasan dan kemampuan berinteraksi dengan siapapun serta intelektualitasnya mas Yudhis mampu mengembangkan perusahaan ayah.

Malam itu kami berempat makan malam. Ibu tak lupa memasak masakan kesukaan mas Yudhis apalagi kalau bukan Cap Cay dan ikan goreng. Kalau sudah ada dua macam masakan itu dijamin dia gak bakal bersuara saat makan dan pasti nambah porsi.

"Lapar apa doyan mas?"celetukku.

Mas Yudhis menoleh,seketika alis tebalnya naik.

"Maklum dik, udah seminggu mas gak makan masakan ibu."tuturnya."Masakan ibu bikin kangen, kamu harus belajar masak sama ibu,biar nanti suamimu betah dirumah."lanjutnya sambil mengedipkan mata.

Hhh...apa ini kenapa aku yang kena?batinku. Ku lihat ibu tersenyum mendengar celoteh mas Yudhis dan ayah hanya mengangguk tanda setuju. Sepertinya aku harus keluarkan jurus diam seribu bahasa kalau keadaannya kayak gini.

Setelah makan kami berkumpul di ruang keluarga. Bukan untuk nonton tv tapi hanya sekedar mendengar cerita mas Yudhis di Jakarta.

"Oh ya dik. Gimana lamarannya mas Reza kemarin?" tanya mas Yudhis mungkin dia sudah bingung karena kehabisan topik. Tapi ya,gak itu juga kali. Dan satu lagi,ini hanya basa basi saja karena sebenarnya dia sudah tahu semuanya.

Aku hanya diam dan menunduk setelah meluruskan posisi dudukku yang tadinya memeluk ibuku dari samping.

"Hhh...kamu nasihati saja adikmu ini. Entah calon suami seperti apa yang dia mau, sampai ayah malu harus terus menolak lelaki yang datang ke rumah." dengan nada kekecewaan ayah menjawab pertanyaan mas Yudhis. "Kemarin Reza anaknya Pak Burhan itu di tolak juga karena Balqis gak mau punya suami yang lebih muda dari dia." tambah ayah kesal.

Mataku mulai berkaca-kaca mendengar penjelasan ayah penuh dengan kekecewaan. Dan tentunya aku merasa sangat sangat sangat bersalah.

Mas Yudhis hanya bisa manggut-manggut mendengar penjelasan ayah. Hhh...bikin aku kesel sama sikapnya. Katanya mau bantuin tapi malah diam.

"Nduk,,kami hanya ingin kamu bahagia. Kamu harus punya seseorang yang bisa menjagamu sepenuhnya." tutur ibu lembut, beda sekali dengan nada bicara ayah yang kesannya kecewa yang amat dalam.

"Begini saja nduk,,jika dalam masa 1 bulan ini kamu masih belum bisa memperkenalkan calon kepda kami, maka kami akan menjodohkan mu." ujar ayah tegas dan JEDDEER!!!! rasanya tubuhku tersambar petir. Kudapati mas Yudhis pun terperangah setelah mendengar pernyataan ayah yang lebih terkesan seperti sumpah.

"Dan ayah tidak mau kamu atau siapa pun menolak calon dari ayah untukmu nanti." sambung ayah. Beliau pun beranjak pergi ke kamar meninggalkan kami yang masih kaget tak kepalang atas keputusan ayah. Tak lama ibu pun mengikutinya yang sebelumnya membisikkan kata 'sabar' padaku.

Tbc.

Cinta itu DekatWhere stories live. Discover now