Wedding Party and Him--

18 5 0
                                    

"Taehyung apa yang kau lakukan! Kenapa kau tidur di kamar Yuna!" Teriakkan bibi dari ambang pintu membuatku mengerjapkan mata beberapa kali. Bibi berteriak sangat keras, kurasa hiasan dinding yang menempel di kamarku akan jatuh dan atap di atas akan roboh menimpaku dan Taehyung. Mata Taehyung terpejam itu tandanya ia masih tidur. Tangannya masih memelukku dengan erat, ketika sedang tidur wajahnya terlihat semakin tampan. Bibi berjalan mengahampiriku dan Taehyung. Bibi berusaha keras membangunkan Taehyung dengan cara memukulinya. Aku sempat mencegah bibi tapi aku malah mendapat tatapan tajam darinya. Akhirnya mata Taehyung sedikit terbuka, ia kaget kenapa ibunya bisa ada disini dengan keadaan wajah memerah seperti sedang menahan marah.


"Apa yang ibu lakukan disini? Tidak biasanya ibu membangunkan kami." Taehyung masih menormalkan cahaya yang masuk ke matanya, dia belum benar benar sadar apa yang terjadi.


"Seharusnya ibu yang bertanya kenapa kau bisa tidur bersama Yuna, disini!" Bibi benar-benar marah. Ini hari ketiga ku disini dan aku sudah membuat bibi marah seperti ini. Aku sangat merepotkan keluarga ini.


"Aku yang menyuruhnya untuk menemaniku semalam. Aku takut tidur sendiri. Ini bukan salahnya, mianhae (maafkan aku)." Aku beranjak dari ranjang untuk menghampiri bibi, aku benar benar merasa bersalah karena meminta Taehyung untuk menemaniku.


"Kalian tidak melakukan apapun kan selain tidur?" Bibi memberi aku dan Taehyung tatapan tajam. Sorot matanya menunjukkan bahwa bibi tidak menyukai bahwan kami semalam tidur dalam satu kamar, bahkan satu ranjang. Apalagi bibi menemukan Taehyung tidur dengan tangannya yang masih melekat di pinggangku.


"Percayalah bu, kami tidak melakukan apapun. Apa ibu melihat kekacauan yang telah kami perbuat jika melakukan hal seperti itu?" Taehyung membenarkan posisi tubuhnya, dan duduk di tepi ranjangku. Bibi masih berusaha untuk menahan amarahnya, terlihat dari dadanya yang naik turun dan hidungnya kembang kempis.


Aku meraih tangan bibi bermaksud agar bibi lebih tenang. "Maafkan aku bi, kami tidak melakukan apapun. Percayalah." Sesaat kemudian bibi tersenyum lega. Aku tahu apa yang bibi cemaskan, tapi itu semua tidak akan terjadi. Mengingat bahwa Taehyung mendapat didikan yang sangat baik dari kedua orang tuanya. Bibi memberi isyarat pada kami agar cepat mandi dan bergabung untuk sarapan. Taehyung melangkahkan kaki keluar kamarku. Mungkin ia akan mandi di kamar mandinya sendiri.


"Terima kasih, kau membuatku tenang. Aku ingin kita mengulangi lagi menonton film horror bersama, agar aku selalu memiliki alasan yang membuatmu menemaniku." Aku berjalan ke arah Taehyung untuk memeluknya. Bibi tersenyum melihat aku dan anaknya dapat akrab seperti ini. Taehyung membalas pelukanku sambil mengusap kepala ku beberapa kali. Apa mengusap kepala ku adalah hobi barunya? Dia sangat sering melakukannya.


Setelah mandi aku langsung turun ke bawah untuk sarapan, semua sudah ada disana. Sarapan berjalan dengan lancar dan ramai. Hari ini semua terlihat gembira. Setelah membersihkan semua bibi dan paman berpamitan untuk berangkat ke toko roti. Aku di rumah hanya berdua dengan Taehyung. Aku tidak melihat dia bersiap siap untuk pergi ke kantor, tapi apa yang dia lakukan? Dia malah duduk di sampingku dan ikut menonton acara di TV.


"Yuna-a ikutlah denganku nanti malam?" Taehyung menyandarkan kepalanya di bahuku. Tangannya sibuk mekan tombol di remote berulang kali. Dia terlihat bingung memilih channel. Aku hanya memalingkan wajahku kearahnya. "Pukul tujuh malam nanti akan ada pesta pernikahan temanku, dan semua yang datang akan membawa pasangan. Aku mohon kau mau menemaniku malam ini." Taehyung ber-aegyo (Bersikap imut), jika melihatnya memasang wajah seperti ini aku malah ingin memukulnya. Aku berusaha manahan tawa karena melihat tingkah sepupu tersayangku ini. "Apa yang lucu? Kenapa kau akan tertawa?"

Unexpected Destiny (Daniel x Jackson)Where stories live. Discover now