His Name--

21 5 0
                                    


Ini sudah genap dua minggu aku berada di Seoul. Selama beberapa hari lalu aku sibuk mencari pekerjaan. Karena aku sadar, aku tidak bisa terlalu lama bergantung pada keluarga bibi.


Aku menyadari ada yang berbeda dari ku setelah kejadian di pesta malam itu. aku tidak bisa berhenti memikirkan lelaki itu. Taehyung juga mengatakan bahwa aku terlihat lebih ceria daripada saat pertama kali datang. Tapi sampai hari ini aku belum pernah bertemu lagi dengannya.


Pagi ini aku bangun dengan keadaan rumah yang sepi, tidak seperti biasanya. Aku berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Aku sedikit bingung karena tidak melihat keberadaan bibi dan Taehyung. Paman juga sedang pergi berlibur dengan teman senior high schoolnya sejak dua hari yang lalu.


Aku berkeliling untuk sekedar memastikan apakah benar tidak ada seorangpun selain aku dirumah. Setelah memastikannya aku kembali naik ke kamar untuk mengganti pakaian. Tiba-tiba saja aku ingin berolah raga hari ini.


Aku berjalan keluar dan menemukan sepeda disebelah mobil paman. Aku berusaha mengeluarkan sepeda itu dari garasi. Dan dengan usaha yang sedikit menguras tenaga akhirnya aku bisa mengeluarkannya.


Aku bersepeda berkeliling daerah dekat rumah paman. Ternyata hari ini tidak hanya aku yang sedang berolah raga. Tinggal beberapa meter dari rumah paman aku melihat jalan menurun yang membuatku semakin tertantang. Aku mengayuh sepedaku lebih cepat dari sebelumnya. Aku merasa puas karena sepeda melaju cukup kencang. Tapi ada yang aneh, karena saat mendekati rumah paman aku berusaha menghentikan sepeda dan sepertinya remnya tidak berfungsi karena sepeda yang kunaiki semakin melaju dengan cepat.


Aku benar-benar panik sekarang. Sepeda yang kunaiki terus berjalan melewati rumah paman dan mendekat ke arah pertigaan. Aku kaget saat tiba-tiba muncul seorang pria berjalan dengan membawa beberapa katong plastik. Sepeda ini diluar kendaliku dan melaju cepat hingga menabrak pria itu dan dia terpental bersama barang bawaannya. Tapi syukurlah sepeda ini akhirnya bisa berhenti. Aku segera turun dari sepeda dan berlari menghampiri pria korbanku yang sedang tersungkur didekat terotoar.


"Maaf. Sepeda yang aku naiki benar-benar diluar kendali. Remnya tidak berfungsi dan akhirnya menjadikanmu sebagai korban." Aku membungkukkan badanku 90 derajat untuk meminta maaf. Aku bisa melihat dari ekor mataku bahwa pria ini sedikit kaget kemudian tersenyum dengan sangat tulus kearahku. Aku sebenarnya tidak yakin dengan apa yang aku lihat. Aku segera mendongakkan kepala dan ternyata benar bahwa pria ini memang sedang tersenyum dengan tulus kearahku.


Dia berdiri dan berusaha berjalan perlahan untuk memunguti barang bawaannya yang berserakan ditengah jalan. Aku dengan sigap segera menolongnya untuk membersihkan kekacauan yang telah kuperbuat. Aku mendegar rintihan kecil dari pria itu saat dia berjalan. Setelah selesai, dia diam dan terus memandangiku. Aku terpaku dengan tatapannya. Aku merasa tidak asing dengan sorot mata seperti itu saat memandangku.


"Apa kau masih mengingatku? Aku gadis yang menumpahkan minuman di jasmu saat pesta pernikahan beberapa hari lalu." Aku mengingatnya. Aku merasa sangat bodoh sekarang. Sudah dua kali aku membuatnya kesusahan.


Pria itu tersenyum dan memberi anggukan kecil sebagai jawaban atas pertanyaanku. Aku berjalan mendekat kearahnya setelah melihat siku kanannya berdarah. Aku meraih tangannya dan memastikan seberapa parah lukanya. Pria ini tersenyum hangat saat melihatku melakukannya.


"Aku akan mengobati lukamu." Aku menggenggam tangannya dan berusaha meraih sepedaku.


"Aku bisa mengobatinya sendiri. Kau pulang saja aku yakin kau pasti juga merasa sakit."


"Kumohon. Ini sudah dua kali aku membuatmu kerepotan. Biarkan aku mengobatinya. Ayo kita ke apotek di ujung jalan sana. Apa kau masih bisa berjalan?" Aku memandangnya khawatir, karena beberapa kali aku mendengarnya merintih.


"Geureom. (Tentu saja)" Dia terkekeh sambil melompat pelan seakan menunjukkan bahwa kakinya memang tidak terluka.


Kami berjalan dalam diam hanya terdengar suara angin berhembus dan suara sepatu kami yang beradu dengan jalan beraspal. Tapi aku merasa ada yang aneh. Jantungku berdetak diluar kendali. Apa karena aku terlalu takut lelaki ini terluka atau karena aku kelelahan. Ah molla! (Entahlah)


Ketika kami sampai di depan apotek aku memintanya untuk duduk dan menunggu diluar. Aku segera masuk ke apotek membeli antiseptik, salep, dan kapas. Setelah mendapat apa yang aku butuhkan aku berjalan menghampirinya.


"Boleh kupinjam tanganmu?" Aku meraih tangannya yang terluka. Aku mengobatinya dengan perlahan, tapi ekspresi dari pria ini menunjukkan bahwa dia terlihat kesakitan. "Apa aku melakukannya terlalu keras?"


"Ah. Tidak." Dia tersenyum kecil menanggapi pertanyaanku. Aku heran kenapa pria ini selalu tersenyum menanggapi semua kekacauan yang aku perbuat kepadanya. Apa dia bersikap seperti ini pada setiap wanita yang ia temui?


Luka ditangannya selesai ku obati. Aku terdiam memandangnya bagaimana dia tetap tersenyum saat kesakitan dan senyum terlihat sangat tulus. Jantungku mulai berpacu dengan cepat. Apa yang terjadi sebenarnya? Sepertinya aku harus segera pergi ke dokter untuk mengecek apakah keadaan jantungku baik-baik saja.


"Kim Yuna." Kurasa ini saatnya aku harus memperkenalkan diri. Aku sudah dua kali membuatnya kesusahan. Mungkin dengan mengingat namaku kita akan dipertemukan lagi dalam situasi yang lebih baik. Kuharap.


"Kang Daniel" Dia membalas uluran tanganku. Tangannya terasa hangat dan sangat pas saat menyatu dengan tanganku. Aku tersenyum kecil mengingat bahwa sebelumnya tidak ada pria yang tanganya sangat pas dengan tanganku. Tangan Taehyung pun lebih besar sehingga saat menggenggamnya tanganku akan sedikit terlihat meskipun seperti itu, tangan Taehyung salah satu favoritku.


"Kuharap dipertemuan berikutnya hal baik akan terjadi"


Dia tertawa lepas dengan kedua mata yang tertutup dan tangan yang memegangi perutnya. Dia terlihat berbeda dari pertemuan pertama kita. Saat ini dia terlihat seperti bayi yang terjebak pada tubuh orang dewasa. Tanpa sadar aku ikut tertawa mengikuti apa yang Daniel lakukan.


"Kau tinggal di dekat sini?" Daniel bertanya setelah menghentikan tawanya.


"Ya"


"Aku juga. Tapi aku baru melihatmu akhir-akhir ini."


"Aku baru pindah kesini dua minggu yang lalu."


Daniel mengangguk mengerti. Setelah berbincang sebentar dia pamit untuk kembali ke rumah. Dia baru ingat kalau dia menyalakan kran air di bak mandi dan belum mematikannya. Daniel berlalu pergi dan aku membawa sepedaku kembali kerumah paman. Aku merasa aneh karena sejak berkenalan dengan Daniel, bibirku tidak berhenti tersenyum. Kuharap sesuatu yang baik akan segera terjadi. 


Bersambung..


Wish : Semoga makin banyak yang baca dan suka sama cerita ini.

Makasih buat kalian yang udah sempetin baca cerita aku. Jangan lupa tambah ke perpustakaan kalian yaa...

Luvyu all

-Ming <3

Unexpected Destiny (Daniel x Jackson)Where stories live. Discover now