WARNING!!!!
Ini cerita pertamaku diwattpad, jadi kalau banyak typo atau kesalahan baik dalam kalimat ataupun pengejaan, jadi maklum saja. Karna yang versi wattpad aku nggak sempat revisi.
Jangan pelit vote dan coment.
____________Seperti biasa Zara atau gadis yang kerap di panggil Ara itu tidak akan terbangun jika tidak dibangunkan, bahkan kakaknya sendiri bingung dengan adik tersayangnya itu. Mengapa adiknya menjadi putri tidur di saat matahari sudah benar-benar telah menampakkan diri.
"Ara bangun, sudah jam tujuh, kamu itu sudah besar jangan malas." omelan Dira tidak di hiraukan oleh Zara, bahkan lebih memilih untuk mengabaikannya dengan bergelung didalam selimut hangatnya.
"Zara Adriana Brunellaaa!!! Bangun tidak?! Mau Kakak siram?!!" teriak Dira tepat di telinga Zara. Sang empu langsung terlonjak karena kaget.
"Kakak apa-apaan sih!" ucap Zara dengan kesal, terlihat karena dia mencebikkan bibirnya.
"Makanya kamu harus biasa bangun pagi. Jangan malas," peringat Dira yang masih setia mengomeli adik kepala batunya tersebut.
"Iya-iya, Kakak cerewet sekali," Zara mendengus, masih seperti tidak perduli dengan omelan Dira.
"Kali ini Kakak serius Ara, kamu tahukan? Sebentar lagi Kakak akan menikah. Kakak tidak bisa selalu mengurus kamu." ucap Dira dengan suara merendah.
"Iya aku janji akan belajar mandiri. Sudahlah Kakak tidak usah sedih. Aku ingin mandi." ucap Zara lalu berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah menghabiskan waktu sepuluh menit di kamar mandi, Zara telah siap dengan celana jeans berwarna hitam dengan baju kaos warna biru yang cukup untuk menutupi tubuh bagian belakangnya, rambut panjagnya dibiarkan tergerai menututupi leher jenjangnya. Walau sederhana tetapi dia terlihat sangat cantik.
Zara keluar dari kamarnya menuju meja makan yang telah ditunggu kakaknya dan calon suami kakaknya yaitu Aaron. Yah, seperti biasa Aaron sering sekali pagi-pagi ke rumahnya hanya untuk sarapan, dan alasannya hanya karena masakan Dira berbeda. Tapi Zara yakin itu hanya akal-akalan Aaron ingin bertemu dengan kakaknya itu. Entahlah hanya Aaron dan Tuhan-lah yang tahu. Keluarga Aaron orang yang terpandang dan sangat baik, mereka sangat menyukai Dira dan Zara. Bahkan mereka ingin Aaron dan Dira mempercepat pernikahan mereka untuk segera mengikat tali persaudaraan.
"Kak Aaron kapan datang?" tanya Zara basa-basi, setelah itu mendudukkan dirinya dikursi.
"Mungkin ketika my honey sedang membangunkanmu," sahut Aaron dengan tersenyum lembut.
Oh no, memalukan sekali Ara, Zara membatin dengan muka memerah.
"Sudahlah ayo kita sarapan, nanti kita telat," peringat Dira kembali bersuara yang semula hanya terdiam.
"Memangnya kita mau kemana, honey?" tanya Aaron kepada Dira dengan wajah santainya, seperti tidak ada yang salah pada pertanyaanya.
"Ya ampun Aaron kita itu mau kerja. Kenapa kamu bisa lupa?" Dira memutar bola mata dengan wajah kesal. Sedangkan Zara sudah memulai memakan sarapannya di tengah-tengah perdebatan Dira dan Aaron.
"No no, hari ini kita akan beli rumah untuk kita setelah menikah nanti." ucap Aaron sambil menggoyang-goyangkan jari telunjuknya kekanan dan kekiri di depan wajah Dira.
"Pernikahan kita masih lama Aaron. Masih 2 bulan lagi." ucap Dira dengan menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya, agar pria itu paham dengan arti dua bulan yang masih lama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grudge Husband ✅
RomanceKejadian pembunuhan 2 tahun silam menjadikan Zara korban kesalahpahaman dan terjebak di bawah kungkungan Aldrick, seorang pria yg tampan nan arrogant yang amat sangat membencinya dan memaksa menikahi dirinya. Dan bermulalah kehidupan Zara yang penuh...