"Bagaimana rasanya berciuman?" Taeyong menoleh mendengar pertanyaan lirih adik laki-lakinya yang sedang terlentang di ranjangnya.
"Jadi, kau belum pernah berciuman?" Tanyanya tak percaya.
"Yah, begitulah..." Jawab Ten seadanya.
Taeyong yang mendengarnya hanya terkikik geli.
"Hyung, temani aku ke supermarket" Ajak Ten tiba-tiba.
"Ini sudah malam, tidurlah" jawab Taeyong dewasa.
Ten berjalan ke arah Taeyong yang masih sibuk dengan buku-bukunya dan memeluk lehernya dari belakang.
"Susu pisangku habis~ bagaimana aku bisa tidur Hyung~" Rajuknya dengan nada manja yang sangat ketara.
Benar-benar adik yang tidak baik
"Berhenti merajuk Ten, kau bahkan sudah dua puluh tahun. Tapi lihat tingkahmu seperti gadis baru puber" jawab Taeyong kesal dengan tangan yang masih mencoba melepas jeratan tangan Ten pada lehernya.
"Dasar Hyung jahat, sudah berapa kali kuperingatkan jangan suka bawa-bawa umur" bisik Ten di telinga kiri Taeyong.
"Hentikan atau kucium" ancam Taeyong saat Ten dengan kurang ajar meniup-niup telinganya.
"Tidak sebelum kau mengantarku membeli susu pisang"
Taeyong yang mendengarnya segera berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi.
"Hyung, mau ke mana? Pintu keluar di sana" tanya dan jelasnya dengan jari telunjuk menunjuk arah pintu.
"Mau cuci muka, sikat gigi, kemudian tidur" jawab Taeyong datar.
"Aish hyung~ aku tak bisa tidur tanpa susu pisang~" rajuknya lagi sambil mempoutkan cherry merahnya.
Ia mendudukkan dirinya di ranjang dengan malas.
Lama Ten menunggu hingga akhirnya pintu itu terbuka menampilkan sosok Taeyong dengan wajah datar.
"Hyung~ kajja" Ten mengamit tangan Taeyong dan menariknya ke arah pintu.
"Hentikan Ten, aku lelah." Jawab Taeyong lesu.
Ten terus menarik tangan Taeyong tanpa menhiraukan kata-katanya.
"Hentikan atau kucium" ancam Taeyong lagi.
Ten membalik tubuhnya hingga menatap Taeyong dan menjulurkan lidahnya mengejek,
"Mengancam saja terus, kau tak akan berani melakukannya"
Taeyong menggeram lemah dan menarik tangannya yang sedari tadi diamit Ten.
Taeyong merebahkan tubuhnya di ranjangnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Hyung~" belum menyerah, Ten menaiki ranjang Taeyong dan mengguncang-guncangkan tubuh berlapis selimut itu -cukup- keras.
"Hyung, ayolah. Kau kan tau ak-" Ten terbelalak kaget saat dengan tiba-tiba seseorang menawan bibirnya, mengecupnya lama, sedikit melumat di akhir.
"Aku tak pernah takut untuk menciummu Ten" ujar Taeyong seraya membalikkan tubuhnya membelakangi Ten.
Sementara itu, Ten masih mematung di tempatnya dengan mulut ternganga tak percaya.
'Ciuman pertamaku dengan kakakku?' Ringis batinnya.
Ten memutuskan menidurkan tubuhnya di samping Taeyong, membelakanginya
tentunya.
"Mianhae, ayo kuantar" Taeyong menyibak selimutnya dan mengguncang pelan tubuh Ten.
"Ten, kau marah?" Tanyanya was-was saat tak mendapat respon sedikitpun dari sang empunya.
"Te-" kali ini giliran Taeyong yang terbelalak.
"Eumh" lenguhan itu menyadarkan dirinya dari kagetnya.
Ia menatap Ten yang kini menutup matanya, jantungnya berdetak cepat saat merasakan lumatan kecil di bibir tipisnya.
Tangannya menyusup ke leher Taeyong, mengikatnya erat seolah memaksa Taeyong membalas ciumannya.
Taeyong yang sadar dengan itu membuka bibirnya dan balas melumat bibir tebal adiknya itu.
"Eungh..." Lenguh Ten seraya meremas kecil anak rambut Taeyong.
Taeyong membalas lumatan-lumatan Ten dengan kasar sementara tangannya sibuk meremas pinggang ramping sang adik.
Ten melepas tautan mereka saat merasakan sesak di dadanya.
Taeyong menatap lama wajah adiknya yang terlihat merona hebat.
"Sejak kapan Ten-ku ini jadi agresif, eoh?"
"Diam atau kucium"
"Silahkan"
END
.
29 Desember 2014
.
Tolong beri saya semangat seperti 'Semangat!'
YOU ARE READING
TAETEN DRABLE & FICLET COLLECTION
FanfictionTaeten Drable and Ficlet collection . Setiap bagian tidak saling berhubungan.