Naruto Berlari menjauh dari jalanan, masuk kedalam hutan terlarang. Tempat yang disebut-sebut sebagai tempat bersemayam-nya berbagai macam jenis makhluk astral bertengker, disanalah sarangnya.
Dia berlari terbirit-birit seakan lari dari maut. Naruto merasakan derita yang lebih pedih dari maut, penolakan ayahnya adalah pukulan telak diatas deritanya.
Well, luka tembaknya dan cucuran darahnya tidak begitu sakit lagi dibandingkan dengan cobaan mental hari ini. Naruto sudah terbiasa hidup sendiri dan bertumbuh tanpa keberadaan kedua orangtuanya.
Naruto tidak takut dengan hutan ini malah dirinyalah yang merasa menakuti hutan terlarang dan segala penghuni-nya. Nyalinya tidak sedikitpun menciut oleh suara-suara asing sarat mengerikan, yang beradu campur dengan lolongan srigala yang seharusnya lantang malah terdengar seperti suara isakan halus menyerupai tangisan wanita.
Siapapun yang mendengarnya pasti mengira itu adalah suara wanita tapi kenyataannya itu suara lolongan srigala. Hutan ini semakin menakutkan jika semakin masuk kedalamnya.
Aneh bukan situasinya, dia sendiri merasa aneh untuk pertama kalinya ia merasa dirinya mengkhawatirkan sesuatu selain memikirkan ego seperti biasanya. Ini Pertama kalinya Naruto merasa tak pantas akan keberadaannya.
Apakah dia baru saja merasakan penyesalan?. Rasanya itu mustahil terjadi karena ia sama sekali tak yakin diantara berbagai emosi yang bercampur menyerang-nya. Dia bahkan tidak tahu emosi apa yang cocok untuk merefleksikan perasaan-nya. Dia merasa semua emosi-emosi itu membuat-nya semakin menggila didalam kepala-nya dan isi batin-nya disayat-sayat lalu ditaburi oleh garam diatas luka sayatan yang menganga itu.
Rasa sakit-nya sempurna bukan. Naruto bahkan merasakan dadanya ingin meledak namun, kesedihan-nya sendiri menolak-nya menuangkannya dalam bentuk bulir bening alami dari pelupuk-nya, walau hanya sekedar untuk menyiratkan betapa menderitanya ia sekarang.
Setidak-nya mungkin dengan perubahan mengerikannya ini akan membuat para musuh yang tak berkutik padanya dulu langsung ingin membunuh-nya untuk memuaskan diri mereka dari kepuasan menyiksa Namikaze Naruto.
Mungkin tercabutnya ajalnya di tangan musuhnya akan menghilangkan kutukan-nya, mungkin. Setidaknya dia mati dalam jasad tubuh manusia dan bukannya binatang buas. Jika dia mati dalam keadaan tubuh mengerikan itu siapa yanga akan mengkremasi jasadnya.
Berada dalam derita seperti ini, entah kenapa membawa Naruto pada ingatan akan kejahatannya di masa lalu. Dia sedikit menyesalinya sekarang saat menghina dan menolak keberadaan seseorang. Rasanya seperti manusia terbuang dan seperti itulah Naruto sekarang.
Mungkin keadaannya yang sekarang akan memuaskan mereka yang dulu pernah disakitinya.
Bukan mungkin lagi, tapi sudah pasti para manusia munafik yang berkeliharan disekitar-nya itu berhura ria diatas penderitaan-nya, seperti orang yang dibully-nya misalnya.
Mengingat gambaran para manusia bertopeng disekitar-nya membuat-nya muak luar dalam tubuh-nya. Naruto tersenyum getir dalam pelariannya, kala merasa bahwa nasib-nya hanyalah sekedar hiburan semata bagi sang pencipta.
Yah!! Naruto yakin itu, bahwa takdirnya hanyalah untuk menghibur para Kami-sama.
Kami-sama!?
Cih!! Kepercayaan itu, tak ada pada diri Naruto.
Makhluk buas nan astral yang tak terkategori manusia maupun binatang itu berlari dari rasa sakitnya, masuk semakin dalam ke Hutan terlarang.
Ditengah pelariannya dia melihat cahaya samar yang berasal dari dalam bayangan hitam. Manik merah menyalanya tak nampak jelas melihat sumber cahaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD BEAST
Fiksi Penggemarkata pepatah jika kita menabur kebaikan maka hasil-nya kebaikan pula dan jika kita menabur kejahatan maka karmalah yang akan datang menimpa tanpa terduga. hal itu sesuai dengan situasi yang dialami oleh Namikaze Naruto. pemuda yang kerap sekali meng...