datang dengan damai

1 0 0
                                    

Yeeee, akhirnya liburan semester 1 di kelas 3 udah mulai. Asik banget saat liburan itu dinikmati di vila, membayangkan saja sudah membuatku terlena. Udara sejuk pegunungan, memetik strowberi, menunggang kuda. Udah nggak sabar nunggu hari minggu.

Minggu ini kami berempat berangkat ke vila milik orang tua Sari. Kami biasanya menghabiskan liburan semester dengan keluarga, tapi kali ini kami ingin menikmati liburan bersama tanpa keluarga.

Ini adalah saat - saat yang ingin kami kenang selama di SMA, karena sebentar lagi masa - masa kebersamaan ini hanya bisa dikenang, walaupun sebenarnya kami berencana ingin kuliah di kampus yang sama, di Jogja.

Kali ini kami di antar Pak Tresno, sopir ayah Sari. Sepanjang perjalanan kami tak henti - hentinya tertawa mendengar cerita konyol Pak Tresno, apalagi dengan logat ngapaknya yang kental, membuat kami terjaga sepanjang perjalanan, kecuali Sari.

Setelah sejam perjalanan akhirnya kami sampai di vila dengan selamat.
" Sar, bangun udah sampe nich" ucap Tari yang berusaha membangunkan Sari.

Betapa kagetnya aku pas sampai di depan vila dengan apa yang aku lihat. Ega and friends? Mimpi kali yah? Aku berusaha meyakinkan diri bahwa ini cuma mimpi dengan mengosok - gosok mataku dan mencoba membelalakkannya lebar - lebar karena tidak percaya.

"Mimpi gak sich ini, kok ada Ega and friends?" tanyaku kebingungan.

"Enggak Sa, itu beneran mereka. Sebagai tanda terima kasih sudah menyelamatkan mu jadi aku mengundang mereka liburan bareng, gak apa kan Sa?" jelas Sari merayuku.

Tari dan Lili berusaha meyakinkan ku dengan menganggukkan kepalanya. Apa boleh buat, sudah sampe vila ini ya apa aku harus balik lagi? Ya enggak kan yah?.

"Oke dech, tapi mereka kamarnya kepisahkan?" tanyaku agak sedikit kesal.

"Iya dong Sa, masa gabung gak sopanlah!!!" tukas Lili tegas.

Akhirnya kami menuju ke kamar, sesampainya disana kami melepas lelah kami dengan membersihkan diri dan tidur.

Kali ini makan malam kami sudah disiapkan Pak Heri dan Bu Ratmi penjaga vila milik Sari. Kami disediakan bahan - bahan untuk barbeque, ada ikan, daging, udang, sosi, sayur mayur, jagung pokoknya lengkap plus saus barbeque kesukaan Sari.

Rasit dengan bakatnya memasak sudah bersiap - siap mulai memanggang bahan - bahan. Predikat juara memasak tingkat sekolah emang gak sia - sia disematkan, ternyata Rasit jago dan gesit.

Pantas Sari tergila - gila, mereka memang pasangan yang cocok, yang satu jago masak yang satu jago makan, hahahahaaaaa.

Tari dan Doni bertugas menyiapkan minuman dan meja makan, sedangkan Lili dan Toni jadi asisten Rasit. Dan aku membantu menyiapkan jagung bakar dengan menguliti jagung yang sepertinya baru saja di petik dari kebun.

Ega dengan gayanya yang khas ku lihat hanya duduk sambil membaca buku, tapi tiba - tiba dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kearahku.

Ngapain sich si grandong kesini? sana jauh - jauh!! dah seneng dia anteng baca buku malah nyamper kesini.

Ega mencoba membantuku mengupas jagung, lalu menusuknya dengan potongan bambu agar mudah saat nanti di bakar. Aku terus melanjutkan mengupas jagung tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

"Sa, kok diem aja " ucap Ega pelan.
Aku hanya menjawabnya dengan menggeleng dan tersenyum kecut.

"Kamu gak suka yah aku disini?" tanya Ega penasaran.

"Enggak kok...ehm, Ga makasih yah yang waktu itu" balasku pelan.

"Makasih buat apa? Kayaknya aku gak ngelakuin apa - apa buat kamu dech?" jawab Ega agak bingung.

"Makasih udah nylametin aku waktu aku tenggelam, maaf baru ngucapin sekarang" balasku.

"Ogh, yang itu...yang penting kamu selamat" jawabnya agak sedikit senyum.

Entah, tapi rasanya suasana jadi mencari. Aku enggak tau kenapa tiba - tiba aku seakrab ini dengan Ega, mungkin karena Ega kali ini bicaranya tidak sepedas biasanya, atau mungkin karena aku merasa hutang budi, entahlah.

Tiba - tiba pikiran itu buyar ketika mendengar teriakan Sari. "Sa, jagungnya udah belom, Rasit dah mulai manggang sayur - sayuran nich!!" teriak Sari dari jauh.

"Udah nich, tinggal dikit" jawabku sambil melangkah menuju Rasit yang diikuti Ega dibelakangku.

Malam ini benar - benar seru, tidak seperti yang kubayangkan bakalan boring kalo ada Ega and friends.

Baru kali ini aku lihat sisi romantis Ega, dia memainkan piano dengan baik, di iringi petikan gitar yang dimainkan Lili sungguh membuat malam ini terasa hangat memecah hawa dingin yang sedari tadi mengelilingi kami.

Malam ini kami habiskan dengan bernyanyi dan bermain kartu, hingga akhirnya kami masuk ke kamar masing - masing dan beristirahat.

Pagi ini rencananya kami akan ke air terjun, tapi aku lupa tidak membawa sepatu gunungku, jadi aku memutuskan untuk tetap di vila menghabiskan sisa novelku yang belom sempat ku habiskan kemarin.

Untung ruangan cewek dan cowok terpisah. Vila milik Sari ini emang beda sama yang lainnya, vila ini dibagi menjadi beberapa bagian seperti dipersiapkan setiap bagian untuk satu keluarga.

Pak Heri memang segaja membagi kami menjadi 2 bagian. Sebenarnya kami bisa saja jadi satu dalam satu bagian tapi agar menjaga kesopanan dan memisahkan ruang cowok dan cewek akhirnya kami dibagi dua bagian.

Enak sich, jadi aku bisa sesuka hati menghabiskan waktu di ruang tamu yang hangat sementara yang lainnya kedinginan memanjat gunung, hahaaaaa.

Enaknya membaca buku sambil menikmati coklat hangat. Tiba - tiba terdengar suara bel. Siapa yah? kan semua ke gunung sama Pak Heri, apa bu Ratmi ya?. Kulangkahkan kaki menuju pintu, dan ku buka pintu perlahan.

Betapa kagetnya aku setelah mendapati Ega yang ada dibalik pintu itu. Seketika pintu ku tutup dan aku bersandar dibalik pintu karena kaget. Ega? Mau ngapain dia disini?.

Bukannya dia ikut ke gunung? Jangan - jangan mau balas dendam atau mau usil kayak biasanya? Tapi masa iya pintu ku tutup begitu aja tanpa mengucapkan sepatah kata apapun?.

Akhirnya aku putuskan untuk membukanya dan bertanya alasan Ega datang.

"Ehhm, ada apa Ga? Gak ikut ke gunung?" tanyaku pelan.

"Mau damai..." jawab Ega lembut.

"Damai apaan, emang kita lagi perang? Damai...gak lucu agh!!" jawabku sedikit mengejek.

"Boleh masuk dulu gak, tamu kok dibiarin di depan pintu!!" ucap Ega yang berusaha masuk ke dalam.

Wah mulai ketus nich ngomongnya, kumat nich anak!!. Lalu aku lanjut mempersilahkan Ega masuk.

Tanpa dipersilahkan Ega duduk di ujung sofa, lalu ku susul duduk di sofa agak jauh darinya.

"Aku mau damai" ucap Ega tegas.

"Iya maksudmu damai itu gimana?" jawabku keras.

"Ya damai, selama ini kan kita seperti bermusuhan jadi aku mau damai" jawabnya agak sedikit pelan.


terlalu Benci aku jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang