Khatulistiwa merasa tidak nyaman dengan keadaannya setiap kali keluar rumah untuk bermain dengan anak sebayanya. Beberapa temannya sering meledeknya dengan mengatakan Khatulistiwa cacat. Khatulistiwa selalu tersenyum meski ia ingin menangis. Karena ia selalu teringat pesan nenek Iyah. "Jangan menangis kalau ada yang mengejek atau menghinamu karena mereka justru akan merasa senang" setiap kali Khatulistiwa pulang dari bermain nenek selalu mengatakan itu.
Memang berat dan sulit untuk beradaptasi di lingkungan luar saat keadaan kita tak sama dengan yang lain. Khatulistiwa selalu ingin bermain bersama dengan anak-anak lainnya tapi ia tahu itu tak mungkin dengan keadaannya. Ada beberapa teman yang mau bermain dengannya ada juga yang hanya mengejeknya.
Seperti sore itu saat Khatulistiwa tengah berada di beranda depan rumah. Beberapa anak terlihat tengah asyik bermain bekel. "Ayo sekarang giliranmu Tania" ucap salah seorang anak perempuan berbaju kuning. "Aku dulu Sasa" sela anak lainnya yang berbaju putih dengan gambar beruang. "Oiya maaf aku lupa" jawab anak berbaju kuning yang ternyata bernama Sasa. "Eh liat dia keluar" terdengar suara Sasa sambil menengok ke arah Khatulistiwa. "Ayo kita ajak dia bermain bersama" ajak anak berbaju putih. "Engak ah, aku ngak mau bermain sama anak cacat" jawab Tania sambil berdiri. "Kau mau kemana Tania?" tanya Sasa sambil berjalan ke arah Khatulistiwa. " Aku mau pulang saja kalau kamu dan Puja mau bermain bersamanya" jawab Tania sambil terus berjalan menjauh dari teman-temannya.
"Hai, Aku Sasa ini temanku Puja. Namamu siapa?" sapa Sasa setelah berada didekat Khatulistiwa. "Hai juga. Namaku Khatulistiwa, aku biasa di panggil khay. kalian tadi sedang main apa?" jawabnya sambil bertanya kepada Sasa. " Ooo itu namanya main bekel. Kamu belum pernah main bekel kah?" tanya Puja sambil duduk di kursi yang ada didekat Khatulistiwa. Khatulistiwa hanya menggelengkan kepalanya. " Ayo main bersama kami" ajak Sasa sambil menarik tangan Khay. "Maaf aku tak bisa berjalan. Aku harus duduk di kursi roda ini supaya bisa berjalan" jawab khay. "Tidak apa-apa Khay kami akan membantu mendorong kursi rodamu" jawab Puja sambil berdiri di belakang khay. "Kalian mau bermain bersamaku? tanya Khay malu-malu. " Tentu saja kenapa tidak. Kata ibuku kita tidak boleh pilih-pilih saat berteman dan bermain" jawab Sasa sambil mendorong kursi roda Khay turun ke halaman rumah. Nenek Iyah yang sejak awal memperhatikan kedatangan Sasa dan Puja tersenyum saat melihat mereka mau membantu dan mengajak Khay bermain bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khatulistiwa
General FictionAku tidak sempurna. Aku hidup dengan perbedaan. Sebelum tahu lebih jauh tentang diriku kenalkan namaku Khatulistiwa