"Rasanya ingin cepat berlari menjauh darinya." ─ Jungwoo, 2018.
_______________________
"Kan sudah kubilang, Tuan Chittaphon. Buang sampah basah ke tempat sampah di dapur, Apa kau tidak mendengarku?" Taeyong sedikit meninggikan suaranya membuat pria mungil di hadapannya tersenyum meminta ampun dari sang dewa petir, bercanda.
Taeyong sudah naik pitam, tidak sekali dua kali ia memberitahu sahabat─yang katanya sehidup sematinya─ itu untuk selalu menjaga kebersihan, terlebih huniannya sekarang bukanlah milik pribadi.
Ya, mereka berbagi apartemen dengan ketiga teman yang sedang putus asa dengan skirpsinya di pinggir jalanan Seoul. Gila? memang gila, mereka putus asa dengan banyaknya tunggakan di apartemen lama. Kalau Taeyong tidak ingat pesan dari ibunya mungkin ia telah meninggalkan Ten yang bodoh itu. Iya bodoh, dia lebih memilih menekuni hobinya─tidur─dari pada bekerja.
"Iya, siap ommo-nim!" tangan Ten beralih dari sopa, menekan nekan pundak Taeyong yang kelelahan. Padahal pekerjaannya hanya duduk di depan komputer saja. Eh tidak, tidak, jangan sampai sahabatnya itu tau tentang pikirannya.
Taeyong menyerngit. "Ada apa dengan kepalamu?"
"Eh?"
"Kenapa menggeleng-geleng tak ada alasan seperti orang gila 'sih?"
Ten secepatnya menggeleng, "Itu... Kau tidak perlu tau, hehe."
Pria dihadapannya itu hanya mengehela nafas berat terlalu lelah untuk menghadapi bodohnya tingkahnya, sahabatnya satu ini memang sering kali banyak pikiran. Termasuk memikirkan ulah-ulah Ten yang membuatnya harus merogoh beberapa uang sakunya lagi.
"Kami pulang!" , diikuti suara pintu apartemen yang tertutup cukup kencang, dan jangan lupakan jeritan Doyoung yang menyertainya. "MAAF! TIDAK SENGAJA!"
Satu kali, Ten menghela nafas. Jangan dua kali, Jangan.
Tak lama dua orang lelaki menunjukan batang hidungnya, Sudah pasti itu Doyoung dan Winwin yang baru saja menyelesaikan kelasnya. Ten yang selalu ada di rumah sebenernya kebingungan dengan keduanya, jam kelas mereka lebih lama dari pada jam kerja Taeyong. Oh, mungkin itulah alasan kenapa gajih Taeyong kecil, eh.
Ten menyambutnya, memberikan pelukan hangat bagaikan seorang ibu menyambut anak-anaknya yang baru saja pulang dari sekolah dasar. "Uri aegi-ya, sudah pulang!"
"Gila, aku bahkan lebih tua beberapa minggu dari mu." Doyoung memutar bola matanya malas, "Percuma saja kau lulus lebih cepat, jika berakhir menjadi pengang─AAAAAA! BERHENTI! ITU SAKIT BODOH!"
Yap, dua kali.
Tetangga sebelah lagi-lagi harus terbangun di malam yang panas─pendingin di rumah mereka mati─karena teriakan 8 oktaf milik Doyoung Kim. Selamat! besok pagi Ten akan kembali memdengarkan ocehan Si Pria pendek.
Taeyong yang sedari tadi hanya terdiam saja mengambil langkah memisahkan kedua Tom & Jerry wanna be ini, tapi langkahnya terhenti, mendorong keduanya untuk menjauh dan memeriksa sekitar. Ada yang janggal.
"Kalian tidak pulang bersama Jungwoo?"
"Eh?", Winwin baru saja mengingat sesuatu, tapi tidak ingat.
Jungwoo baru saja menyuruh dua temannya untuk pergi dahuluan meninggalkannya yang baru saja di panggil oleh seseorang. Sebenarnya agak bodoh, Jungwoo tidak mengenal orang tersebut, tapi ia sedikit familiar dengan suara khasnya."Jungwoo sunbae-nim?"
Jungwoo mengangguk, berbalik bertanya siapa Pria bertubuh besar di hadapannya ini. Semoga saja bukan mahasiswa di kam─
"Yukhei. kita satu kampus!"
─pusnya.
Jantung Jungwoo tiba-tiba saja berdetak lebih cepat dari biasanya, bukan, dia tidak menyimpan hati dengan pria di hadapannya. Dia hanya ketakutan, bukan takut juga sebenarnya. Hanya saja, ia tak ingin seseorang mengetahui keberadaannya─selain keempat hyungnya─ disini. "A..ah. Begitu ya, pantas aku merasa familiar denganmu."
Yukhei membulatkan matanya sempurna, dan itu membuat Jungwoo sedikit menggigit bibirnya agar gelak tawanya tidak keluar. "Astaga! bagaimana bisa Prince di kampusku mengenal seorang Yukhei?"
Hei, bahkan Jungwoo tidak berkata ia mengenal Yukhei, hanya saja─Ah, sudahlah, ia ingin cepat lari dari pria besar ini, sebelum Yukhei menanyakan hal-hal lain. "Baiklah aku harus─"
"Apa kau tinggal disini juga?"
Skakmat.
Uh, apaya, Jungwoo harus berpikir lebih keras lagi untuk mencari alasan mengapa ia di sini bukan di rumah gedongan. "Uhm, aku menemui temanku! Ya! Temanku, dia senior tingkat di kampus."
Jungwoo menyesali perkataannya, seharusnya ia tidak perlu repot-repot menjelaskan. Itu hanya akan membuat Yukhei terus bertanya.
Yukhei tersenyum. "Ah, pantas saja aku sering melihatmu keluar bersama dua orang pria lainnya dari apartemen di sebelah apartemenku. Kukira kau juga menetap disini," ada jeda sebentar yang membuat Jungwoo mengira-ngira apa yang akan Yukhei katakan selanjutnya. "Tapi mana mungkin Prince kita ini bermukim di mari."
Jungwoo hanya tertawa kecil sambil menggeleng-geleng, ntahlah dia sudah lelah berbohong ke sana ke mari. "Ah iya, temanku sudah menunggu. Aku harus segera menemuinya. Sampai jumpa, Yukhei!"
Jangan sampai kita bertemu lagi di sini, ya.
To Be Continued or Not?
KAMU SEDANG MEMBACA
boys next door! // nct bxb
FanfictionTen adalah seorang pengangguran dari Thailand yang merantau ke negara ginseng, sementara sahabatnya; Taeyong hanyalah seorang pekerja kantoran biasa yang hanya memiliki penghasilan pas-pasan. Disisi lain, Winwin, Jungwoo dan Doyoung masih menyelesai...