2

60 10 0
                                    


--Author POV--

Siang ini merupakan jadwal kelas Neta pelajaran olahraga. Semua siswa-siswi kelas XIIA  berkumpul di lapangan depan untuk melakukan pemanasan.

Neta berjalan di koridor sendiri menuju lapangan, tiba-tiba ada seseorang menabraknya dari arah depan.

'BRUGH

Tabrakannya cukup kuat hingga membuat tubuh Neta oleng lalu jatuh di lantai.

"Kalau jalan tuh pake mata, main tabrak-tabrak aja. Kan jadi kotor baju gue kena virus miskin  lo."ujar seorang siswi perempuan dengan gaya centil.

Neta hanya diam dan langsung melanjutkan langkahnya menuju lapangan. Neta dan teman-teman nya melakukan pemanasan lalu memulai materi.

"Baiklah anak-anak materi hari ini adalah basket. Setiap anak harus mendribel bola sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit lalu memasukkan bola ke dalam ring. Baiklah  Roy, tolong ambilkan bolanya di tempat penyimpanan."ujar pak Wendi--guru olahraga mereka--.

"Baik pak."Roy segera berlari menuju tempat penyimpanan alat olahraga.

Roy keluar dari ruang olahraga dengan mendribble  bola basket yang ia pegang. Lalu  pandangannya tak  sengaja melihat  Neta  yang  sedang berjalan menuju tengah lapangan. Muncullah ide jahil Roy. Ia melempar bola dengan keras kearah Neta hingga...

'Dugh

'Brugh

"Aaw."bola basket yang dilemparkan Roy mengenai kepala Neta cukup keras hingga membuat Neta tersungkur.
"Hahahaha..."tawa seluruh murid kelasnya melihat Neta terjatuh.

Neta segera bangun dari jatuhnya, ia duduk sembari memegangi kepalanya yang berdenyut terkena bola. Tanpa terasa cairan bening dari mata Neta kembali jatuh. Ia menyerah dengan semua ini, namun ia masih ingin melanjutkan sekolahnya. Neta berada di dua pilihan yang berat.

Apakah ia harus meninggalkan sekolah ini untuk menghindari hinaan dari teman-temannya yang malah membuatnya tak bersekolah. Atau tetap bertahan dengan semua ini dengan resiko hinaan dan pembullyan setiap harinya.

'Kamu harus kuat Neta. Demi ayah dan ibu.'

Neta langsung bangkit dari duduknya dan berlari menuju taman belakang sekolah sembari menangis.

Menangis, menangis, dan menangis. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk saat ini. Bukannya Neta adalah gadis yang lemah. Bukan. Neta adalah gadis yang kuat. Jika Neta gadis yang lemah, ia tak akan mampu bertahan sejauh ini. Dimana ia selalu dihina, dicaci maki, bahkan korban kekerasan teman-temannya.

Neta duduk di kursi taman sembari menangis. Ia sudah tak tahan dengan semua ini. Neta menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menumpukan sikunya di lutut.

Ia menangis cukup lama hingga membuat matanya bengkak. Hingga tak terasa bahwa sekolah sudah karena memang jam pelajaran sudah berakhir.

Neta berjalan dengan gontai menuju kelasnya. Ia mengambil tasnya lalu langsung menuju keluar kelas. Saat berada di koridor lantai 2 seseorang mencekal tangannya dari belakang.

"Kenapa tadi lo gak marahin gue? Kenapa lo diem aja? Kenapa gak bales ngelempar gue?"tanya seorang cowok yang tak lain adalah Roy.

"Buat apa gue ngebales perbuatan lo? Ada gunanya? Dan apa tujuan lo ngelempar bola ke gue? Biar gue jatuh terus terluka gitu? Kurang mempan. Kenapa gak sekalian aja lo tikam gue pake pisau hah? Bunuh gue kalo itu buat lo seneng karna udah gangguin gue!"balas Neta geram.

'Plak

Roy menampar pipi kiri Neta cukup keras hingga kepala Neta menoleh kesamping dan pipinya memerah.

Poor OutlookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang