Pelajaran pertama, jangan pernah nguping omongan gebetan kalian saat ngobrol sama temennya.
Itu. Racun. Banget.
Gara gara Tere bilang "Tau ga? Aku kalau belajar pasti minum susu kotak sama tolak angin. Soalnya aku belajarnya tengah malem, takut masuk angin hahaha." dengan tawanya yang super duper manis ambooooy tak kuasa Abid dibuatnya.
Kini Abid sudah di salah satu mini market yang tidak jauh dari rumahnya, menatap bingung ke seluruh susu kotak yang tersusun rapi dalam lemari pendingin. Masalahnya, dia tidak tahu Tere suka susu kotak merek apa. Jangankan merek, rasa favorit Tere saja dia tidak tahu.
Aduh buntu, tanya google aja.
Kini jemari Abid lincah menulis "susu favorit perempuan" di kolom pencarian, berharap dapat solusi. Tapi nihil, yang muncul malah "8 Merek Susu Bayi Terbaik dan Favorit Para Bunda", "Susu Formula Terbaik", atau yang lebih ngaco "10 Hal Yang Disukai Pria Tentang Payudara Wanita"
"Ah, kimak." Umpat Abid.
Kini ia membuka platform lainnya. Aplikasi chatting yang berlogo hijau, mencari salah satu kontak lalu menekan tanda telepon. "Angkat jancuk." ucap Abid saat hanya mendengar bunyi tuut tuut dari ponselnya.
"Apa Bid asu gue lagi belajar nih."
Abid memutar bola matanya jengah, "Sok lo ah. Gue mau nanya nih. Cewek sukanya susu kotak rasa apa sih biasanya?"
Hening beberapa detik, "Buat apaan susu kotak?"
Yaelah, bukannya jawab malah nanya balik. "Buat gebetan gue lah masa buat lo." Ucap Abid malas lalu di hadiahkan makian dari seberang telepon.
"Ya beli aja rasa apa kek ribet hidup lo kayak panitia."
Biadab memang manusia semacam Adit.
"Serius anjir." Abid menghela napas putus asa lalu kembali berkata, "gue takut salah beli."
Abid ga bohong saat bilang takut salah beli. Selain Tere kecewa, dia sama aja buang buang duit jajannya yang sengaja dia simpan. Rela ga makan siang di kantin demi susu kotak dan tolak angin kesukaan Tere.
Udah bucin, miskin pula.
Untungnya sebelum menutup telepon, Adit memberi saran yang lumayan membantu masa depan asmaranya. "Biasanya cokelat paling aman, Bid. Soalnya kalo susu putih banyak yang ga suka."
Tangannya membuka lemari pendingin, mengambil beberapa susu kotak rasa cokelat dalam berbagai merek. Terserah Tere nanti mau minum yang mana. Kemudian kakinya melangkah ke arah kasir, menaruh beberapa susu kotak cokelat lalu bertanya "Mas, tolak angin ada kan?"
Mas mas kasirnya cuma ngangguk. 'Tanya kek mau beli berapa' batin Abid kesal. Setelah menghitung uang sisanya, "tolak anginnya 3 mas." Karena memang dananya menipis, Allah kan suka yang ganjil ganjil. Ya kan?
Keluar dari mini market, Abid segera melajukan motor bebek yang platnya sudah habis masa berlaku itu ke rumahnya. Nah, masalah selanjutnya adalah gimana cara mengemas susu kotak dan tolak angin ini jadi asthetic kayak yang di instagram?
Otak dengan kapasitas kecil miliknya di paksa berpikir keras. Gimana caranya ya, biar ga kelihatan murah.
Mengandalkan kotak sepatu dan kertas kado batik sisa dari menyampul buku tulis pelajaran PKN, Abid menata beberapa susu kotak dan tolak angin itu di dalamnya serapi mungkin. Lalu ia menarik secarik tissue, menulis hati-hati dengan pulpen merah agar tidak robek.
Semangat ya Tere UTS nya!
- Hamba Allah
Norak banget Ya Allah Ya Robbi, Abid sampai geleng geleng kepala membaca apa yang telah ia tulis. Udah bucin, miskin, norak pula!
Tissue itu di lipat lalu ia taruh di dalam kotak sepatu bersama dengan susu dan tolak angin. Tidak lupa pula tadi ia sempat menyemprot tissue semi surat cinta itu dengan parfum ibunya yang tergeletak di meja rias. Tidak mau kalau tissue itu nanti bau keringat dari tangan Abid, kan malu.
Jemari kurang terampilnya kini menutup kotak sepatu itu kemudian menutupi seluruh permukaannya dengan kertas kado. Tidak terlalu rapi, tapi setidaknya logo sepatunya tertutup semua. Matanya menatap bingkisan buatannya sendiri dengan kurang puas. Bagaimana ya, tidak sesuai ekspektasinya gitu loh.
Abid menggeleng, bisa di marahin guru agamanya kalau ga pandai bersyukur. Yang penting dia udah usaha.
Motor bebek itu melaju lagi dari rumah Abid ke rumah Tere. Untungnya perumahan tempat Tere tinggal itu sepi. Jadi dia tidak perlu risih saat berdiri lama di depan pagar rumah Tere. Yaa, meskipun terkesan seperti maling yang kebingungan sih.
Dahinya berkeringat, kemudian ia menggigit bibirnya untuk sedikit menghilangkan rasa gugup. Kini dia malah ragu, jadi diberikan atau tidak. Padahal sudah mau Isya, ia harus buru buru pulang.
Dengan sisa keberaniannya, ia menekan bel rumah Tere beberapa kali. Menaruh paket itu di dalam teras rumahnya lalu tergesa keluar saat mendengar langkah kaki semakin mendekat. Melajukan motornya secepat yang ia bisa.
Walah, kini ia makin terlihat seperti maling.
__________
Besoknya, saat UTS hari pertama, Abid dapat melihat Tere masuk ke dalam ruang ujian dengan senyum manisnya yang tak pernah berubah. Matanya mencuri pandang ke arah Tere, berusaha untuk tidak terlalu kentara.
Abid tidak dapat menahan senyum norak ketika Tere bercerita pada temannya tentang kiriman susu kotak dan 3 tolak angin misterius dengan tissue surat cinta di dalamnya.
Ahh.. mungkin lain kali Abid harus memberi bingkisan dengan kertas kado yang lebih cocok dengan Tere. Harus yang sama manisnya dengan perempuan itu.
Tapi tentu Tere yang paling manis.
Karena Tere adalah yang paling manis dari yang termanis di dunia sempit milik Abid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Bucinologi
Teen FictionAbid itu bucin. Budak cinta. Bagaimana ya menggambarkannya. Pokoknya kelewat cinta, terlalu sayang. Padahal Tere don't give a shit about him. Tere terlalu sempurna dalam dunia sempit Abid yang isinya memang Tere semua. Tere lagi, Tere terus. Duh, Ab...