Aku melangkahkan kakiku dengan malas. Mulutku tak bisa berhenti berkomat kamit merapalkan mantra doa agar seseorang -yang menempati tempat duduk disebelahku- tidak masuk hari ini. Rasanya sungguh malas duduk berdua dengannya. Kelasku berada diujung. Harus melewati beberapa kelas untuk sampai dikelasku. Itu artinya aku masih ada sedikit waktu untuk terus berdoa.
“Woy, lo kenapa? Kayak mbah dukun aja komat kamit gitu mulut lo” seseorang datang menepuk bahuku. “Gila lo bikin gue jantungan aja. Lo mau gue mati?” balasku seraya mencubit pergelangan tangan Icha, satu satunya orang yang pantas kusebut sahabat.
Icha menatapku tajam. “Ya kagaklah, terus lo tadi kenapa komat kamit? Baru dikejar setan ya lo?” tebaknya asal.
“Ngawur lo. Gue lagi doa supaya tuh si curut gak masuk hari ini. Males gue duduk bareng dia mulu. Bu Tri rese banget sih ya, mindahin tuh anak ke sebelah gue. Gue kan pengen sebangkunya sama elo” cerocosku.“Cieee curcol…” yang dijelaskan malah meledek. Hadeeehhh……
“Apa sih lo woy”
---
Aku memasuki kelas dengan rasa yang tak karuan. Penasaran, deg-degan, semua jadi satu. “Kira kira tuh curut masuk gak ya? Ah, semoga aja enggak. Bisa tenang dong gue.”
“Mampus” gumamku. Tanpa sadar tangan kananku menepuk jidatku sendiri saat melihat seseorang –yang kusebut curut- menempati tempat duduk disebelahku. Segera kusenggol Icha yang berdiri disebelahku “Cha..dia masuk” .
“Terus kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate My Chairmate
Teen FictionPernah kalian terpikir untuk duduk sebangku dengan orang yang kalian benci? Setelah kau pikirkan itu, apakah akan terjadi? Tidak perlu -bahkan tidak pernah- dipikirkan pun, Dhea dan Viola mengalaminya. Dua gadis itu memang bermusuhan sejak lama. D...