Bu Tri, walikelas sekaligus orang yang Viola dan Dhea benci kini tengah memandangi seisi kelas. Bagaimana tidak benci? Walikelas merekalah yang menyebabkan dua musuh itu duduk sebangku.
Hari ini, tingkat kebencian mereka berdua pada Bu Tri kian bertambah saat guru yang mengajar mata pelajaran sejarah itu berkata “Anak anak, dalam pertemuan kali ini saya memberi kalian semua tugas yang harus dikumpul minggu depan. Tugasnya bukan perorangan, melainkan berkelompok. Satu kelompok beranggotakan empat orang. Tugasnya adalah meringkas sejarah yang telah ibu tentukan. Bisa kalian lihat papan tulis sebentar, disana ada daftar sejarah yang bisa kalian pilih untuk diringkas….” Bu Tri menjelaskan panjang lebar apa tugas kami dan apa saja yang harus kami perhatikan dalam meringkas sejarah.
“Baik, ada pertanyaan?”
Davian –cowok terkece dikelas XII- mengacungkan jarinya. “Ya, Davian?”
“Bu, kelompoknya boleh milih sendiri atau ditentukan?” pertanyaan cerdas! Dhea dan Viola terlihat sedang berdoa agar kelompoknya bebas. Karena jika ditentukan.., ada kemungkinan Dhea dan Viola tergabung dalam satu kelompok. Benar benar hal yang paling tidak mereka inginkan.
“Sebaiknya kelompok ibu tentukan. Karena dikhawatirkan jika memilih sendiri maka ada yang tidak kebagian kelompok dan tidak merata. Yang pintar gabung sama yang pintar, yang kurang gabung sama yang kurang, itu kan tidak merata.” Jawab Bu Tri.
Desahan kecewa terdengar dari beberapa anak anak. Kalau sudah begini, mereka hanya bisa pasrah.
---
“WHAT!? GUE SEKELOMPOK SAMA DIA!?” teriakan kedua gadis yang saling membenci menggema didalam kelas sesaat sesudah bu Tri mengumumkan pembagian kelompok. “Heh lo kok niru gue sih? Plagiat ya lo dasar!” Dhea yang terlebih dahulu sadar bahwa mereka berteriak secara bersamaan.
“Elo kali yang niru niru gue!” bantah Viola.
“Elo!”
“Elo!”
“Elo!”
“ELOOOOOOOO!”
“DIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAMMMMMMMM…..!” teriakan melengking keluar dari mulut bu Tri dan disertai bunyi penggaris kayu yang dipukulkan ke meja.
“Kalian ini! Tidak tahu malu! Seperti anak kecil saja! Memangnya kenapa kalau kalian berdua satu kelompok? Bukannya masih ada Kenta dan Icha yang juga sekelompok dengan kalian? Karena kalian sudah mengacaukan kelas hari ini, maka saya akan memberi hukuman untuk kalian berdua!”
Seisi kelas bertepuk tangan. Menambah emosi Viola dan Dhea.
“Hukumannya adalah kalian harus mengerjakan tugas yang saya berikan tadi berdua! Ingat, berdua! Hanya berdua! Tanpa Icha dan Kenta. Nah, untuk Icha dan Kenta, kalian boleh gabung dengan kelompok lain atau membuat kelompok berdua.”
“What! Nyebelin banget sih ibu ibu itu! Gak adil ini! Masa Icha sama Kenta boleh gabung kelompok lain? Masa gue berdua sama curut? ga asik banget astaga -_- . Ya Allah sudah cukup penderitaan gu- eh hamba ya allah . Sudah muak hamba duduk sebangku dengan curut kenapa sekarang hamba satu kelompok sama curut?” gerutu Dhea dalam hatinya.
Sementara hati Viola berkata.. “What the… OMG -_- Rese’ ya ibu Tri! Beliau yang bikin gue sebangku sama dia, beliau juga yang bikin gue sekelompok sama dia. Salah nyamuk juga sih kenapa dia mesti ngikutin kata kata gue? Plagiat dasar tuh bocah! Tau gini gue gamau nyari ribut sama dia!”
“Bu Tri, kenapa mereka gak disuruh ke ruangan ibu saat pulang sekolah nanti?” Davian bersuara. Sementara Viola melirik pacarnya dengan sebal.
“Ibu capek meladeni mereka! Sudah beberapa kali mereka ibu panggil ke ruangan ibu dan mereka tetap bermusuhan. Biar saja dengan begini caranya semoga mereka cepat berdamai. Karena mereka hanya punya satu cara untuk menyelesaikan tugas ini, yaitu dengan berdamai. Dengan berdamai maka mereka akan mengerjakan tugas tanpa unsur keterpaksaan.” Sahut bu Tri dengan wajah datar.
***
Hai! Aku gadapet feelnya nih pas nulis chapter 3. So, kalau amburadul mohon dimaafkan ya. Aku tau kok ceritaku ini jelek, aku masih amatir dan aku gak sehebat kalian dalam membuat cerita, gak sepiawai kalian dalam memainkan kata kata. Chapter ini bisa diedit kapan saja sesuka hatiku~ xD
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate My Chairmate
Fiksi RemajaPernah kalian terpikir untuk duduk sebangku dengan orang yang kalian benci? Setelah kau pikirkan itu, apakah akan terjadi? Tidak perlu -bahkan tidak pernah- dipikirkan pun, Dhea dan Viola mengalaminya. Dua gadis itu memang bermusuhan sejak lama. D...