PART 19

22.6K 2.3K 76
                                    


Jungkook langsung berlari cepat menuju mobilnya, ia harus segera menyusul Hana dan Jimin.

Berengsek! Seharusnya aku tidak menyerahkan Hana pada Jimin hyung.

Jungkook mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Tangannya sesekali berusaha menghubi ponsel Hana tapi sialnya tidak diangkat.

"Sial, aku akan menghabisimu hyung, jika sampai Hana terluka. Bodoh, seharusnya aku menyadarinya sejak awal," ujar Jungkook terlihat sangat kesal.

Tadi setelah berkeliling sebentar dengan Tn. Park. Pria paruh baya itu menceritakan semua kejadian yang terjadi antara putranya dengan Hana tanpa kebohongan sedikit pun, termasuk fakta bahwa Hana bekerja sebagai baby sitter pada Jimin.

Kepala Jungkook seolah tertimpa ribuan batu beton saat mendengarnya. Jadi Jimin hyung adalah majikan yang diceritakan Hana? pikirnya baru menyadarinya.

Tentu saja tanpa membuang waktu lagi, Jungkook segera pamit pergi dengan dalih ada urusan keluarga. Padahal tujuannya hanya satu. Menyelamatkan gadis yang di cintainya.

Jungkook itu tidak bodoh, ia jelas tahu bagaimana sifat dan perilaku Jimin. Jungkook tidak akan peduli jika hyung-nya itu ingin memainkan atau menyakiti seorang wanita, tapi tidak dengan Hana—gadis yang di cintainya. Rasanya Jungkook bahkan rela untuk melawan dan dibenci hyung-nya itu.

Hana, tunggu aku.

Dengan kecepatan mobilnya yang di atas rata-rata, kini Jungkook sudah sampai di depan gerbang rumah keluarga Park. Pria itu segera keluar dari mobilnya, menekan bel berkali-kali meminta di bukakan gerbangnya. Tapi sialnya para pelayan yang menjawabnya justru menolak untuk membukakannya.

"Mohon maaf tuan Jungkook. Tadi tuan muda Jimin berpesan untuk tidak membukakan gerbang untuk siapapun sampai ia keluar dari kamarnya."

Mendengar itu semua membuat Jungkook semakin merasa panas menahan marah. Kaki panjangnya ia kerahkan untuk menendangi gerbang besar penghalangnya.

"Berengsek, berengsek! Cepat terbuka sialan! HANA!!! KAU DI DALAM?! BERTAHANLAH, AKU AKAN MENOLONGMU," teriak Jungkook sembari kakinya tetap berusaha merusak pintu gerbang yang sialnya sangat kuat.

Tenaga Jungkook sudah hampir habis menendangi pintu gerbang yang kokoh itu. Tentu saja, keluarga Park pasti mendesainnya dengan sangat kuat. Pun kini Jungkook hanya bisa terduduk diam didepan gerbang. Kelelahan dan menyesali pemikiran lambatnya.

Seharusnya aku menyadarinya sejak awal. Hana maafkan aku, batinnya menyesal.

***


Jimin seperti kerasukan iblis, pria itu memborgol tangan gadisnya. Memberikan beberapa cambukkan pada punggung ringkih Hana hingga hampir mengeluarkan darah. Tidak ada belas kasihan pada gadisnya, Jimin teramat marah dan kecewa.

"Kumohon hiks... jangan lakukan itu. Bukankah kau mencintaku? Apa kau ingin melihatku hancur menderita dan berakhir menghabisi nyawaku sendiri? Tolong... hiks, hiks... jangan sekarang," lirih Hana begitu Jimin akan membuka pakaiannya.

Deg~

Setiap rentetan ucapan Hana seolah menyadarkannya untuk kembali. Hana begitu ketakutan dan menolak dirinya. Bahkan berencana menghabisi nyawanya sendiri.

Apa kau begitu tidak mencintaiku, Hana? batin Jimin sangat pilu.

Jimin segera beranjak menyingkir dari atas tubuh Hana. Melempar asal alat cambuknya dan segera membukakan borgol di tangan gadisnya.

Pandangan Jimin terlihat kosong dan dingin. "Beristirahatlah. Aku akan menyuruh pelayan untuk mengobatimu dan membawa pakaian ganti. Mulai sekarang—" jeda Jimin mengambil nafasnya pelan, "mulai sekarang aku tidak akan melihatmu sebagai wanitaku lagi atau memaksamu. Kau bebas. Kau bisa bekerja sebagai baby sitter Jiya dengan normal tanpa embel-embel lain. Ah, atau jika kau ingin keluar dari pekerjaanmu kau bisa menyerahkan surat pengunduran dirimu di meja kerjaku. Aku tidak akan membebanimu denda sedikit pun," ucap Jimin terdengar tegas.

Jimin hanya berusaha berakting. Hatinya bahkan terasa remuk dan pilu setiap ia mengatakan rentetan kata-kata panjangnya. Jimin tidak rela gadisnya pergi menjauh darinya. Jimin sangat mencintai Hana. Tapi mendengar gadis yang di cintainya menolak bahkan ingin mengakhiri hidupnya membuat hati pria itu terluka. Jimin hanya ingin hidup bahagia bersama Hana dan Jiya seperti keluarga kecil lainnya.

Jiya maafkan daddy. Sepertinya daddy gagal memberikanmu seorang mommy, batin Jimin miris.

Tanpa menunggu jawaban dari Hana, pria itu segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamarnya. Meninggalkan Hana yang masih mematung diam atas perubahan Jimin.

Raut wajahnya terlihat dingin tapi juga terluka. Apa aku telah melukai perasaan Jimin? pikir Hana.

Hana tidak tahu harus merasa senang atau bagaimana. Hana tentu senang karena Jimin tidak jadi melecehkannya tapi melihat Jimin berusaha menutupi wajah terlukanya membuat Hana juga ikut merasakan sedih. Ada apa dengan dirinya sabenarnya?

Langakah kaki Jimin terhenti saat ia menemukan seorang pelayan rumah menghampirinya.

"Maaf tuan. Di depan ada tuan Jungkook yang berusaha masuk. Haruskah saya menyuruh penjaga untuk mengusirnya?" tanyanya hati-hati.

"Tidak perlu. Suruh ia masuk dan menemuiku di taman belakang. Ah, ya tolong bawa pakaian ganti juga kotak obat untuk Hana ke kamarku. Suruh juga pelayan wanita untuk mengobati luka di tubuhnya. Tolong rawat dia," pinta Jimin melembut.

Pelayan yang mendengarnya sedikit terkejut. Tidak biasanya tuan mudanya memerintah bahkan mengucapkan kata tolong dengan lembut seperti itu. "Ah yee tuan. Akan saya laksanakan."

Setelah mendengar jawaban pelayan, Jimin segera pergi melangkahkan kakinya menuju taman belakang menunggu kedatangan Jungkook. Tidak terlalu lama menunggu hingga pria itu merasakan pukulan bertubi-tubi dari Jungkook.

Bugh.. bugh..

"Berengsek! Dimana Hana, hyung! Sial, seharusnya aku tidak mempercayaimu. Jadi kau adalah majikannya yang sialan itu, hah!" teriak Jungkook marah.

Jimin yang tersungkur hanya bisa terbatuk mengeluarkan sedikit darah dan menahan sakit di wajahnya. "Uhuk.. uhuk.. kau tenang saja, Jungkookie. Aku melepaskannya. Sekarang kau bebas untuk bersamanya," ujar Jimin sembari berusaha bangun.

"Melepaskannya? Apa maksudmu."

Jimin tersenyum tipis menanggapinya. "Aku membatalkan kontrak kerjanya. Sekarang ia bisa menjadi baby sitter Jiya secara normal tanpa embel-embel apapun. Hana juga bisa keluar dari pekerjaannya jika ia mau tanpa denda sepeser pun," jelasnya.

Jungkook melebarkan kedua matanya. Ini aneh. Benar-benar aneh. Seingatnya hyung-nya tidak pernah melepaskan miliknya begitu saja dengan mudahnya. "Mwo? Itu tidak mungkin. Kau tidak mungkin melepaskannya begitu saja hyung! Apa kau sudah menyentuhnya hingga titik terdalam?!" duga Jungkook sambil tangannya menarik kerah Jimin kasar.

Jimin hanya terkekeh pelan pun menjawabnya, "Menyentuhnya hingga titik terdalam? Ah, aku juga inginnya seperti itu. Menjadikannya milikku sepenuhnya dan membuatnya menjadi mommy Jiya selamanya. Tapi kupikir aku telah gagal membuatnya menjadi mommy-nya Jiya. Ah, kupikir aku harus memohon maaf pada Jiya. Dia pasti akan sangat marah ahaha." Tawa pelan Jimin membuat Jungkook melepaskan cengkraman kerahnya.

Jimin hyung terlihat berbeda dan sedikit aneh, pikir Jungkook.

Jimin kembali tersenyum ke arah Jungkook. Memandangnya lembut dan kembali mengucapkan kata-kata yang membuat hatinya sendiri kembali retak. "Sekarang berbahagialah. Tolong jaga Hana untukku. Saat ini Hana sedang beristirahat, kau bisa kembali pulang dan menemuinya di Seoul nanti. Kami akan segera pulang besok," jelasnya pada Jungkook.

Walaupun sedikit ragu, pun Jungkook mengangguk mengerti. Pria itu segera pergi meninggalkan Jimin yang langsung tersungkur jatuh setelah kepergiannya.

"Jiya maafkan daddy," lirihnya sebelum tubuhnya kehilangan kesadarannya.

[]

MY KISSABLE DADDY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang