PART 21

23.3K 2.4K 85
                                    


Siang itu Hana sedang menemani Jiya belajar seperti yang hal biasanya ia lakukan ketika hari minggu tiba, hingga tiba-tiba terhenti ketika suara pintu depan terbuka.

"Wah.. cucu halmonie rajin sekali."

Suara lembut dari wanita paruh baya itu membuat Hana sekaligus Jiya mengalihkan atensi keduanya.

"Halmonie!"

"E-eomma.."

Jiya segera berlari menyambut kedatangan neneknya, memeluknya sangat erat hingga membuat Ny. Park tertawa karena tingkahnya.

"Cucu halmonie benar-benar sangat senang, hm?" tanya Ny. Park lembut.

"Tentu. Jiya sangat senang, halmonie akhirnya datang berkunjung!"

Hana yang melihat Jiya juga Ny. Park yang saling melepas rindu tersenyum senang. "Eomma kenapa tidak bilang jika ingin datang? Aku bisa menyuruh supir untuk menjemputmu."

Ny. Park hanya menggeleng pelan menanggapinya. "Ani. Eomma hanya ingin melihat keadaan kalian. Sudah lama kalian tidak mengunjungi kami. Ah, eomma juga ingin mengajak Jiya pergi jalan-jalan nanti. Kau maukan, Jiya?" tanya Ny. Park pada cucu perempuannya sembari mengedipkan sebelah matanya.

Jiya mengedipkan kedua matanya bingung melihat kedipan neneknya tapi segera sadar bahwa mungkin ini bagian dari rencananya. "Ah, ya... Jiya mau!" pekiknya bersemangat.

Hana hanya mampu meminta maaf karena tidak mengunjungi kakek dan nenek Jiya lagi. "Mianhae eomma. Kami sedikit sibuk jadi tidak sempat berkunjung," ucap Hana sedikit beralasan. Tentu saja ia harus mencari alasan, tidak mungkin bukan ia jujur mengatakan bahwa dirinya dan Jimin masih bertengkar sejak kepulangannya saat itu.

"Ne tidak apa, eomma mengerti. Cah.. dimana putra kurang ajarku itu. Bocah itu seharusnya menyambut kedatanganku," ucap Ny. Park menanyakan keberadaan Jimin.

"Eng... Jimin ada di ruang kerjanya. Apa eomma ingin aku panggilkan Jimin?"

Ny. Park menggelengkan kepalanya. "Tidak usah. Biar eomma yang menghampirinya nanti. Cah... tolong siapkan saja pakaian ganti untuk Jiya. Eomma ingin mengajaknya jalan-jalan sekalian menginap nanti."

Sebenarnya gadis itu sedikit bingung dengan tujuan Ny. Park mengajak Jiya pergi, tapi Hana menepis segala prasangka buruknya. Mungkin Ny. Park hanya ingin melepas rindu dengan cucunya itu. "Ne eomma. Akan segera aku siapkan."

Setelah Hana pergi meninggalkan keberadaan sepasang cucu dan nenek yang masih berada diruang tamu, Ny. Park segera bertanya semangat pada cucunya, "Jiya apa kau sudah siap dengan rencana kita?" Jiya berkedip sebentar lalu mengangguk antusias. "Em... Jiya selalu siap! Tapi apa yang akan kita lakukan halmonie?" tanyanya bingung.

Ny. Park pun segera membisikan lembut rencanya pada cucu perempuannya yang langsung ditanggapi anggukan semangat dari Jiya. "Baiklah ayo kita mulai!"

***


"Eomma, apa tidak mau aku antar?" tanya Jimin saat mengantar Ibu juga putrinya menuju pintu depan.

"Ah.. tidak usah. Supirmu sudah cukup. Kau kan sedang sibuk bekerja," tolak halus Ny. Park.
Jimin hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti sampai pekikan tiba-tiba dari Jiya berhasil membuat Jimin terkejut, "Oh astaga daddy Jiya lupa!"

"Lupa? Lupa apa Jiya," tanya Jimin heran.

"Jiya lupa membawa boneka chimmy. Jiya nanti tidak akan bisa tidur jika tidak memeluknya daddy," ujarnya dibuat sedih.
Jimin yang melihatnya segera menganggukan kepalanya. "Cah.. kalau begitu biar daddy ambilkan untukmu, ne," tawar Jimin yang langsung disambut senyum cerah putrinya.

"Ne, terima kasih daddy."

Jimin segera menuju ke atas ke kamar putrinya. Jimin mencari keberadaan boneka chimmy milik putrinya yang biasanya ada di ranjangnya tapi kali ini tidak ada. Jimin terus mencarinya bahkan hingga ke kolong tempat tidurnya tapi nihil. "Tidak ada. Apa Jiya lupa menaruhnya?" Monolog dirinya heran tapi tetap berusaha mencarinya hingga membuka seluruh lemari pakaian putrinya, kali-kali boneka itu terselip disana.

"Jiya, ini teh madunya sudah mommy siap—kan." Perkataan Hana tercekat ketika melihat presensi majikannya berada di kamar Jiya.

Jimin membalikan tubuhnya, memandang keberadaan Hana. "Teh madu? Untuk siapa?" tanyanya heran.

Hana sedikit gugup, pasalnya ini kali pertama Jimin mau berbicara lagi padanya. Dengan ragu Hana berjalan masuk dan menaruh nampan yang berisi dua gelas teh madu di meja dekat tempat tidur Jiya. "Em.. i-itu. Ini untuk nona Jiya, tuan. Tadi nona Jiya minta disiapkan teh madu yang dibawa Ny. Park," jawabnya jujur.

Minta disiapkan teh madu? Bukankah mereka akan pergi jalan-jalan dan menginap, kenapa meminta teh madu?

Saat Jimin sedang berpikir tiba-tiba pintu kamar tertutup dengan kencang disertai bunyi suara pintu dikunci membuat Jimin segera menghampiri pintu dan menggedornya keras.

Brak.. brak.. brak

"Yak buka pintunya. Jiya apa itu kau?" teriak Jimin masih berusaha membuka pintu kamar yang sialnya sia-sia.

Terdengar suara kekehan dua orang dari luar. "Daddy mianhae. Jiya sudah berbohong. Sebenarnya chimmy sudah ada di dalam koper," akui Jiya pada akhirnya.

Jimin yang mendengar pengakuan Jiya jadi kesal, putrinya pasti merencanakan hal nakal lagi. "Jiya buka pintunya sekarang! Jangan berbuat nakal lagi atau daddy akan marah," ancam Jimin.

"Tidak. Jiya tidak akan membukakan pintunya sebelum daddy dan mommy berbaikan!" tolak Jiya tegas.

"Benar. Kalian harus berbaikan dahulu baru kami bukakan. Ah, ya tidak perlu berteriak memanggil para pelayan karena mereka sudah eomma liburkan semua hari ini," seru Ny. Park.

Eomma? Eomma bersekongkol dengan Jiya?

"Yak eomma, kau merencanakan ini semua? Buka pintunya eomma!" teriak Jimin tidak terima.

Ny. Park tertawa menanggapi kemarahan putranya. "Ya eomma terpaksa melakukan ini semua. Ini semua juga salah kalian. Bagaimana bisa kalian saling berdiam-diaman seperti itu di depan Jiya? Kalian ini benar-benar kekanak-kanakan. Jadi berhentilah berteriak dan gunakan waktu ini untuk berbaikan dengan Hana."

"T-tapi eomma..."

"Sudah, Jiya ayo kita pergi sekarang. Biarkan daddy juga mommy-mu menyelesaikan masalahnya," ajak Ny. Park pada cucunya yang langsung ditanggapi dengan anggukan.

"Em, daddy, mommy... Jiya pergi dulu. Pokoknya kalian harus sudah berbaikan saat kami kembali."

Ny. Park dan Jiya pun meninggalkan Jimin juga Hana dikamar Jiya dengan pintu yang terkunci rapat dari luar.

"Berengsek!" umpat Jimin pada akhirnya. Sedangkan Hana sedari tadi hanya bisa diam melihat perdebatan keluarga Park tersebut. Hana tidak menyangka jika Jiya bisa berbuat nakal sejauh ini apalagi hingga membohongi daddy-nya.

Sementara itu kini didalam mobil, Jiya sedikit merasa takut juga resah. "Halmonie apa daddy dan mommy akan baik-baik saja?" tanyanya sedikit ragu.

Ny. Park menoleh ke arah cucu perempuannya dan tersenyum lembut. "Tenang saja mereka akan baik-baik saja. Setelah ini mereka pasti akan saling berbaikan," ucapnya menenangkan cucunya.

"Tapi bagaimana jika daddy dan mommy lapar? Haruskah kita kembali dan membawakan mereka makanan dulu?" tanya Jiya polos.

"Tidak usah. Jika mereka lapar mereka akan saling memakan," ucap Ny. Park sedikit aneh. Jiya hanya mengerjapkan kedua matanya bingung dengan perkataan neneknya tapi mengangguk patuh.

Ya... mereka akan saling memakan setelah ini. Jimin pasti akan memakan Hana hingga habis. Ah, sepertinya aku akan segera mendapatkan cucu baru, batin Ny. Park disertai senyum miringnya.

[]

MY KISSABLE DADDY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang