بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Karena bunda, wanita pertama yang mengajariku ‘Alif, ba, ta' tanpa kenal lelah.
♥♥♥
Sore hari yang dihiasi hujan gerimis. Wanita bercadar dengan mata sipit yang selalu mendamaikan jiwa setiap orang yang menatapnya. Tengah duduk di kursi taman ditemani Putri cantiknya yang berceloteh dalam pangkuan.
Berulang kali mulutnya membacakan kalamullah dengan begitu indahnya. Kefasihannya dalam membaca ayat demi ayat Al-Quran, menambah keindahan dan kedamaian bagi orang yang mendengarnya.
“Khanza, Khanza coba ikutin bunda ya.”
“Bismillahirrahmanirrahim... Alif.” Ucapnya pelan yang langsung diikuti balita yang baru menginjak usia 4 tahun itu.
“Ayif.”
Wanita bercadar itu terkekeh. Dikecupnya pipi gembul putrinya dengan gemas, kemudian mengulangi bacaannya.
“Alif sayang. Sekali lagi ya. Alif.”
“Ayif, bunda. Ayif, kakak nya Dio”
Lagi, wanita itu tertawa. Ia kemudian menepuk-nepuk kepala putrinya dengan penuh kelembutan. Dalam setiap tepukannya terdapat siraman cinta dan kasih sayang yang tulus ia berikan pada sosok kecil yang sebenarnya tak pernah lahir dari rahimnya itu.
“Itu kakak Alif. Alif yang bunda maksud itu Alif di huruf Hijaiyah. Khanza belum bisa mengucapkan Alif dengan betul ya sayang?”
Gadis kecil itu menggeleng dengan tatapan polosnya. Usianya masih sangat kecil. Bahkan bicaranya pun masih sangat belepotan. Perlu keahlian khusus yang hanya bisa dikuasai oleh bundanya jika si kecil Khanza mulai berceloteh dengan cepatnya tak memperdulikan apakah orang yang diajaknya bicara mengerti bahasanya atau tidak.
“Mau belajar sama bunda?”
“Mau, nda.”
“Kalau gitu mulai besok Khanza belajar sama bunda selepas magrib. Sambil nunggu ayah pulang, kita belajar iqro bersama-sama ya?”
Khanza kembali mengangguk. Ia kemudian memainkan cadar sang bunda dengan kedua tangan mungilnya. Kelopak matanya berkedip berulang kali, sebelum ia menengadah dan menatap bundanya dengan penuh minat.
“Bunda tayang Khanza?”
Wanita bercadar itu tersenyum, “Sayang dong.”
“Tayang ayah juga?”
“He’em. Kenapa memang nya?”
Khanza kecil semakin asik memainkan cadar bundanya. Sedangkan bibirnya semakin asik mengeluarkan beragam pertanyaan yang selalu dengan penuh kesabaran di jawab oleh sang bunda.
“Kalau Khanza pelgi kaya ibu, bunda masih tayang gak sama Khanza?”
Wanita itu terdiam. Hatinya mencelos saat mendengar Putri kecilnya mengucapkan ‘ibu’ dengan begitu fasihnya.
'ibu', wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
“Sayang.”
“Caranya gimana? Kan Khanza gak sama bunda lagi. Khanza nanti sama ibu.”
Meski dengan hati yang sakit, serta air mata yang siap jatuh membasahi pipi. Wanita bercadar itu lantas menjawab dengan suara yang terdengar begitu lirih.
“Dengan do'a. Bunda akan menyayangi kamu selalu. Melalui do'a, bunda sampaikan rasa sayang bunda sama kamu.” Jelasnya.
Khanza kecil tersenyum. Dipeluknya bundanya dengan begitu erat.
“Khanza juga mau berdo'a buat bunda.”
“Do’a nya apa sayang?”
“Semoga bunda di sayang Allah. Aamiin.”
Wanita bercadar itu tak kuasa lagi menahan air matanya. Ia peluk putrinya dengan erat seraya mengamini do'a si kecil dengan khusyu.
Bunda juga berdo'a untuk kamu sayang. Khanza nya bunda. Sholehah nya bunda. Semoga Khanza di sayang Allah. Aamiin.
***
Assalamu'alaikum
Cerita baru.. euheeu 😂😂 semoga suka. Jangan lupa tinggalkan jejak ♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Do'a Untuk Bunda
SpiritualBunda, wanita tangguh yang rela mempertaruhkan nyawanya demi memberikan kehidupan baru bagi sosok mungil yang tumbuh di dalam rahimnya. Bunda, wanita hebat yang rela mengganti malam menjadi siang, rela kehilangan jam tidur nya, hanya demi menenangk...