1. Do'a Sang Putri

350 34 4
                                    

Jangan pernah putus ya sayang!” Ucap Almira penuh kelembutan.
“Apanya bunda?”
“Do’anya dong.”
“Kalau putus, kenapa bunda?”
“Karena kalau do'anya terputus, itu berarti Khanza udah gak sayang lagi sama ibu.”

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Menunggu berdasarkan pendapat kebanyakan orang adalah suatu hal yang menyebalkan. Tapi itu tidak berlaku bagi sang wanita cadar—Almira Husein—bundanya Khanza yang kini tengah duduk menunggu putrinya keluar dari kelas.

Sesekali kepalanya menengok ke dalam kelas. Memperhatikan Khanza yang tengah asik menggambarkan sesuatu di atas kertas putih yang beberapa saat lalu dibagikan oleh guru-guru yang bertugas mengajar disana.

30 menit yang dilaluinya dalam keheningan. Almira kemudian dapat menghembuskan nafas lega saat sosok putrinya berjalan keluar kelas seraya mengacungkan kertasnya ke arah wanita yang siang itu menggunakan niqab berwarna merah muda.

“Bundaaa.” Teriak Khanza seraya merentangkan kedua tangannya siap memeluk bundanya.

Almira langsung membalas pelukan putrinya. Mengusap puncak kepala Khanza yang tertutupi jilbab instan berwarna hitam.

“Salamnya mana shalehah nya bunda?”

Khanza terkikik pelan, ia kemudian melerai pelukannya dan mencium permukaan wajah bundanya. Bahkan niqab yang bundanya pakai ikut ia ciumi dengan penuh cinta dan kasih sayang.

“Maaf bunda, Khanza lupa.” Ucapnya seraya terkekeh-kekeh, “Assalamu’alaikum bunda Sholehah nya Khanza.”

Almira tersenyum dibalik niqab nya. Ia kemudian membenarkan jilbab yang dikenakan putrinya seraya merapihkan rambut yang keluar.

“Wa'alaikumsalam warrahmatullah. Gimana sekolahnya? Suka gak? Seru gak?”

“Seru bunda. Tadi ibu guru suruh Khanza gambar sesuatu.”

“Oh ya? Khanza gambar apa?”

Khanza dengan penuh semangat menyerahkan kertas putih yang sudah dipenuhi coretan gambar itu.

Almira tak kuasa menahan senyum nya saat melihat gambar yang alakadarnya itu kini terpampang di hadapannya. Sebuah gambar keluarga dimana sosok 'bunda' dan ‘ibu’ ada disana.

“Tadi Khanza ditanya sama ibu guru. Kenapa mamahnya Khanza ada dua?” Celetuk Khanza seraya memainkan niqab bundanya.

Salah satu kebiasaan kecil yang digemari Khanza saat sedang bermanja dengan bundanya.

“Terus Khanza jawabnya gimana?”

Khanza tampak diam. Keningnya mengerut dalam dan sang bunda tak kuasa untuk mengecup keningnya penuh sayang. Saat berpikir kerasa seperti ini, wajah putrinya terlihat sangat menggemaskan.

“Khanza sadar gak kalau Khanza adalah anak yang istimewa?” tanya bundanya seraya menarik tangan kecil Khanza lantas berjalan meninggalkan sekolah TK Kasih Bunda yang sudah nampak lenggang.

“Memangnya Khanza kenapa bunda?”

“Karena Khanza punya dua mamah. Ibu sama bunda.”

Khanza tersenyum lebar hingga menampakkan deretan giginya yang ompong di bagian depannya itu.

“Kenapa Khanza senyum-senyum gitu sayang?”

“Khanza jadi keinget sama ibu Indah. Gulu Khanza di kelas tadi. Katanya bunda, Khanza itu anak istimewa. Punya dua mamah. Khanza ditayang banyak olang.”

Bunda tersenyum. Ia lantas mencegat taksi kosong yang lewat dan segera menaikinya bersama Khanza.

“Khanza emang disayang banyak orang sayang. Walaupun ibu sudah pergi, ibu tetap sayang sama Khanza. Khanza sayang kan sama ibu?”

Khanza menganggukkan kepala dengan penuh semangat.

“Masih suka berdo'a buat ibu.”

“Masih kok bunda.”

“Gimana doanya? Coba bunda mau denger?”

“Ya Allah, Khanza sayang sama ibu. Khanza mau lihat muka ibu. Ya Allah pertemukan lah Khanza dan ibu di surganya Allah. Ya Allah pertemukan lah juga Khanza, bunda, dan ayah di surganya Allah. Karena Khanza juga sayang mereka.”

Almira tersenyum. Ia membelai puncak kepala putrinya dengan penuh sayang. Dalam hati ia ikut mengamini do'a putrinya itu. Do'a dari sosok gadis kecil yang selalu ia sebut namanya dalam setiap do'a-do'anya.

“Jangan pernah putus ya sayang!” Ucap Almira penuh kelembutan.

“Apanya bunda?”

“Do’anya dong.”

“Kalau putus, kenapa bunda?”

Almira lagi-lagi tersenyum. Mata sipitnya semakin terlihat mengecil saja saat wanita cantik itu menarik bibirnya membentuk senyum indah di balik niqab nya.

“Karena kalau do'anya terputus, itu berarti Khanza udah gak sayang lagi sama ibu.”

***

Terlalu dini bagi Khanza untuk memahami arti dari sebuah perpisahan yang sebenarnya. Terkadang hati si gadis kecil itu selalu merasakan rindu. Rindu pada sosok ibu yang belum pernah ia lihat secara langsung bagaimana bentuk rupa dan kecantikan wajahnya.

Ayahnya hanya memperkenalkan secara kilat bagaimana rupa sosok ibu yang telah melahirkannya. Cantik. Satu penggambaran sederhana yang langsung Khanza bayangkan dalam hati dan pikirannya.

“Itu ibunya Khanza. Cantik kan? Mirip Khanza.” Ucap sang ayah kala itu.

Khanza yang tengah duduk di pangkuan bundanya hanya mengerjapkan matanya bingung saat melihat photo wanita yang sangat asing baginya.

“Siapa ayah?”

“Ibu sayang.”

Khanza semakin dibuat bingung. Bukankah ibunya adalah wanita yang kini tengah membelai puncak kepalanya penuh sayang? Lantas siapa wanita yang ada di potret itu? Siapa wanita yang dipanggil ibu oleh ayahnya?

“Ibu Khanza kan Bunda. Ya, bunda?”

Almira tersenyum saja. Ia serahkan mengenai hal ini kepada suaminya. Suaminya lah yang lebih berhak menceritakan. Ia hanya sebagai pendengar kali ini.

“Khanza punya dua wanita hebat dalam hidup Khanza. Ini ibu, dan ini—“ Ayahnya menunjuk sosok Almira yang masih tetap mempertahankan senyumnya, “Itu bundanya Khanza.”

“Beda ya Yah?”

“Beda dong. Tapi dua-duanya sayang Khanza. Khanza sayang ibu juga kan?”

Khanza mengangguk saja. Jujur, gadis kecil itu masih dibingungkan dengan fakta yang baru saja ia dengar.

Ibu dan bunda? Bagaimana bisa mereka berbeda? Mereka sama-sama wanita yang menjadi mamahnya? Jadi, dimana sebenarnya letak perbedaanya? Sekiranya begitulah kira-kira yang dipikirkan si kecil kala itu.

Barulah setelah Khanza berumur 4 tahun. Setelah ayahnya berpikir bahwa Khanza sudah cukup untuk memahami keadaan, ia ceritakan semuanya.

Tentang dimana letak perbedaan ibu dan bundanya itu. Kini, Khanza tahu bahwa ibu disini adalah... sosok wanita yang melahirkannya. Dan Bundanya adalah sosok wanita yang merawatnya dari bayi sampai sekarang ia sudah menginjak usia 5 tahun.

***

Assalamu'alaikum, selamat malam. Ada titipan salam nih dari bunda.

Bunda Almira


Sholehahnya bunda


Jangan lupa tinggalkan jejak ♥♥



Do'a Untuk Bunda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang