3

18 1 0
                                    

Aku dan Marco masuk kedalam kelas berbarengan, sontak hal itu menjadi perhatian siswa di kelas.

"Anak baru ya?" tanya seorang cewek dari bangku paling belakang.

"Iya." kata Marco kemudian langsung berjalan kearah bangku belakang tak jauh dari cewek tadi.

Aku tetap tegak didepan kelas karena tampaknya siswa yang lain penasaran.

"Nama gue Cindy Ayesha. Tapi panggil aja Cindy, gue pindahan dari Bandung."

Setelah melewati sesi tanya-jawab dengan anak-anak yang lain, aku duduk di bangku yang kosong tepat didepan cewek bertanya tadi.

"Gue duduk sini boleh gak?"

"Duduk aja. Alya lagi gak masuk, palingan besok kaget udah punya temen sebangku."

Aku langsung duduk dan menoleh kebelakang karena cewek itu menyentuh bahuku.

"Btw, gue Nola."

Aku tersenyum, "Cindy."

Tepat saat Nola ingin berbicara lagi, guru matematika kami masuk sambil membawa penggaris panjangnya.

Bel istirahat berbunyi. Aku langsung mengeluarkan hape dan headset ku. Karena aku belum memiliki teman untuk diajak kekantin.

"Ke kantin yuk Cin?" ajak Nola sambil menyisir rambutnya.

Aku menoleh kebelakang, "Ayok."

Sesampainya dikantin, aku sangat takjub. Uh tidak juga sih, tapi kantinya benar-benar bersih dan bagus.

"Nah itu Karen." tunjuk Nola kemudian menghampirinya.

"Lama banget coeg, gue udah pesen duluan. Lah ini siapa?"

"Gue Cindy. Pindahan." kata ku kemudian duduk.

"Gue mau makan bakso, lo cin?"

"Sama deh."

Waktu istirahat cuma 30 menit, Karen dan Nola sedaritadi bergosip soal kakak kelas, adik kelas, dan teman kelasnya yang aku tidak kenal sama sekali. Tapi aku hanya mengangguk saja ketika mereka bertanya sesuatu.

"Balik bareng gue apa gimana?" tanya Nola.

"Gue bareng Adit. Mau nemenin dia gunting rambut."

"Halah. Pacaran mulu. Yaudah bye."

"Bye."

"Cin besok makan bareng lagi!" kata Karen sambil melambaikan tangan.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Sepulang sekolah, Nola langsung pulang ketika aku menolak ajakannya untuk pulang bersama. Karena, bang Charlie berkata ingin menjemputku.

Aku menunggu didalam kelas sambil mendengar lagu. Masih ada anak kelas yang piket, jadi aku merasa tidak sendirian.

Marco tiba-tiba duduk dihadapanku.

Aku mendongak kemudian melepas headset ku.

"Kenapa?"

"Lo belom dijemput apa gimana?" tanya Marco.

"Iya belom dijemput."

"Kirain. Mau gue anter balik kalo enggak."

Aku menaikkan sebelah alisku.

"Lah beneran."

Aku tertawa, "iya gue tau. Tapi maksud gue, buat apa? gitu."

"Ya mau anter balik doang. Temen."

"Yaudah besok deh."

"beneran?"

"bohongan."

"dih gitu banget."

"gitu aja."

"Lo--"

Tiba-tiba telfonku berdering. bang Charlie menelfon.

"Udah didepan ya? tunggu." kataku kemudian mematikan telfonnya. "Gue duluan ya? Dah."

"Besok balik bareng!" jerit Marco saat aku sudah diluar pintu kelas.

Dan aku hanya tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

if he only knew...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang