Episode I

2.9K 292 17
                                    

PERASAAN tak nyaman mulai menyelimuti hati Kushina saat Kabuto menghubunginya agar mereka bertemu di sebuah kafeteria yang berdekatan dengan kantor pria itu.

Menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara perlahan, Kushina berjalan anggun memasuki kafe dengan netra violet yang bergulir—mencari sesosok pria berkaca mata dengan surai putih yang terikat rapi. "Kabuto," panggilnya dengan suara selembut mungkin. "Maaf membuatmu menunggu lama."

Kabuto terdiam beberapa detik sebelum mempersilakan Kushina untuk duduk. "Apa aku mengganggu waktumu?"

"Tentu tidak." Kushina melempar senyuman manis. "Aku bukan orang sibuk seperti kekasihku," guraunya yang menuai senyuman tipis Kabuto.

Tak ingin berbasa-basi lebih lama, Kabuto segera memberi pertanyaan yang membuat Kushina gelisah. "Apa benar gadis yang kemarin kutemui di rumahmu itu adalah anakmu?"

Di tengah kegelisahannya karena takut Kabuto percaya bahwa Naruto adalah anaknya, Kushina tertawa kering, tawa yang ia harapkan bisa meminimalisir rasa gugupnya. "Sayang, apa kau menganggap apa yang bocah itu tulis kemarin adalah hal serius?" Satu tangan Kushina meraih jemari Kabuto, menggenggamnya penuh keyakinan. "Dia keponakanku. Sudah kubilang, bukan? Aku tidak pernah menikah apalagi memiliki seorang anak. Karena dia telah tinggal lama bersama aku dan ibuku, dia jadi menganggapku sebagai ibu kandungnya. Kau paham?"

Mendengar penjelasan Kushina, Kabuto menghela napas penuh kelegaan. "Syukurlah. Kupikir kau bohong padaku," ujarnya. "Lagi pula, kalau pun kau memang memiliki anak, tidak mungkin 'kan kau memiliki anak cacat seperti keponakanmu itu?" Kabuto memberikan senyuman miring.

"Kau benar, Sayang." Kushina balas tersenyum seraya meraih satu tangan Kabuto, menggenggamnya lembut. "Jadi, sekarang kau tidak perlu mempermasalahkan tentang dia, oke?"

Kabuto mengangguk, "Aku senang mengetahui kebenarannya. Karena ..., hampir saja aku memilih untuk meninggalkanmu. Sejak awal 'kan aku sudah berkata padamu; aku tidak mau menikah dengan wanita yang sudah memiliki anak,"

Deg!

Inilah yang Kushina takutkan saat kemarin. Kabuto pasti akan mengakhiri hubungan mereka jika pria itu percaya bahwa Naruto adalah anaknya.

Bocah sialan! geram Kushina dalam hati mengingat kemarin Naruto tak sengaja menemui Kabuto di ruang tamu kemudian bercakap dengan pria itu melalui kertas dan pena. Saat itu Kabuto bertanya kepadanya tentang siapa dia sebenarnya dan Naruto menjawab dengan jujur seolah lupa amanah Kushina untuk mengaku kepada orang lain bahwa ia adalah keponakannya.

"Tapi, sekarang semuanya sudah jelas, bukan?" Kushina bangkit, berjalan mendekati Kabuto dan berdiri di samping pria itu yang masih terduduk. "Aku tidak mungkin membohongimu," bisiknya yang kemudian disusul dengan kecupan ringan pada sebelah pipi Kabuto.

Elusan lembut Kabuto berikan pada puncak kepala Kushina. "Ya, aku percaya padamu," ucapnya sembari melirik arloji. "Sebentar lagi waktu istirahatku selesai. Apa kau mau memesan minuman kesukaanmu?"

Kushina terdiam sebentar sebelum mengangguk dan meminta Kabuto agar memesankan segelas capuccino untuknya.

🌻

Naruto tak pernah menghiraukan tatapan-tatapan jijik mau pun sinis yang selalu teman-temannya berikan. Bahkan, jika mereka mulai menggosipkan dirinya di depan matanya pun Naruto tak pernah peduli.

My Little SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang