Episode IV

1.7K 168 39
                                    

SETELAH Naruto memberitahu perihal apa yang Gaara lakukan, Shikamaru sama sekali tidak berbicara lagi. Dan Naruto paham, pemuda itu pasti cemas pada apa yang akan dilakukan Gaara selanjutnya.

"Kau benar-benar ingin turun di sini?" Akhirnya Shikamaru kembali bersuara ketika Naruto meminta agar dia tidak mengantar gadis itu sampai ke rumahnya.

Naruto mengangguk sembari menyamankan blazernya. Gadis itu sudah berganti pakaian menjadi seragam sekolahnya sendiri. Awalnya Shikamaru memang tidak setuju pada permintaan Naruto yang memintanya untuk berbalik badan karena gadis itu hendak mengganti pakaian. Tapi, Naruto bersikeras untuk melepaskan baju seragam milik Shikamaru dengan alasan bahwa ia tidak bisa pulang dengan kondisi seperti itu. Orang-orang di rumah pasti akan berpikiran negatif jika melihat ia memakai baju seragam pria.

"Memangnya rumahmu sudah dekat? Kau bilang rumahmu ada di Kompleks Samehadaku. Jika dari sini, masih memakan waktu sepuluh menit untuk sampai ke sana."

Naruto menarik secarik kertas. "Tidak apa-apa. Aku masih kuat untuk berjalan. Kumohon, biarkan aku turun di sini. Aku tidak mau ibu dan nenek melihatku diantar oleh seorang pria."

Shikamaru menghela napas kemudian mengangguk paham. "Baiklah jika itu maumu," sahutnya seraya membantu Naruto untuk turun dari mobil.

"Terima kasih. Maaf sudah merepotkanmu."

Membaca kalimat itu Shikamaru hanya menipiskan bibir dan tak sempat menjawab karena si gadis terburu-buru pergi dari sana meski dengan langkahnya yang tertatih.

🌻

Naruto menggigit bibir bawahnya dengan kuat hanya demi menahan rasa ngilu dan sakit pada bagian perut. Kedua kakinya berjalan terseok-seok.

Menelan ludah dengan kasar, Naruto sudah mempersiapkan fisik dan mentalnya untuk menghadapi sang ibu dan sang nenek yang sudah pasti akan menghukumnya karena ia pulang sangat terlambat.

"Nona, Anda baru pulang!?" Satpam yang biasa menjaga rumahnya, bertanya panik. "Kedua nyonya besar sangat menunggu Anda sejak tadi."

Mendengar itu Naruto hanya terdiam kemudian tersenyum getir. Ia sudah menduganya. Dan ketika dia sudah memasuki rumah, hal yang pertama kali menyambutnya adalah suasana yang begitu tenang. Hanya ada beberapa maid yang tengah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Di antara mereka semua yang ada di sana, tak ada satu pun maid yang berani menyapa Naruto atau sekadar bertanya perihal kondisinya. Padahal, Naruto pulang dalam keadaan kacau. Penampilannya sangat berantakan. Baju seragam yang terkotori oleh noda darah serta rok seragam yang sedikit sobek itu seolah sama sekali tidak menarik rasa empati mereka.

Tapi, Naruto tidak mempermasalahkan akan ketidakpedulian mereka. Karena Naruto paham, mereka semua mengabaikannya bukan disebabkan oleh keinginan mereka sendiri, melainkan karena mereka takut pada Kushina dan Mito.

Ya, Naruto paham. Maka dari itu, Naruto sangat salut pada Kurenai yang begitu berani memberikan bantuan-bantuan kecil kepadanya di belakang Kushina dan Mito. Jika kedua nyonya besar itu tahu, entah apa yang akan terjadi pada Kurenai.

Di mana mereka ...?

Pandangan Naruto terus bergulir, memindai setiap ruangan demi mencari sosok sang ibu mau pun sang nenek. Namun, yang ditemukan oleh Naruto hanyalah para maid.

Apa mereka sudah tidur, ya ...?

Naruto menghela napas. Merasa sedikit bersyukur karena dia berpikir bahwa kedua wanita tersebut mungkin sudah terlelap, sehingga malam itu dia bisa langsung mengistirahatkan tubuhnya. Ya, meski hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa esok paginya dia akan tetap menerima hukuman karena sudah pulang terlambat. Tapi, setidaknya malam ini dia bisa tidur dengan tenang.

My Little SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang