langkah kedua

6.8K 410 19
                                    


A NaruHina Fanfiction
Naruto @Mashashi Kishimoto
Beauty and the Boss @cinnamon066



Mungkin saat ini aku masih bingung terhadap apa yang aku rasakan, tentang bagaimana menjelaskan kenapa sistem kerja jantungku serasa memompa lebih keras dari pada sebelumnya, atau bagaimana segala bagian dari otakku memiliki imajinasi yang berlebihan dari sebelumnya. Aku juga masih belum bisa mengerti kenapa lambat laun alam bawah sadarku mulai merenggut segala kewarasan dan menutupinya dengan sekelebat nafsu yang perlahan mulai merangkak menutupi segala pemikiran logisku.

Orang-orang yang melihatnya akan berpikir bahwa mungkin aku telah jatuh cinta karena kerja jantungku, yang lainnya akan berkata aku telah gila karena sistem otak ku, dan sebagian yang lain akan menganggap aku adalah seorang psikopat baru yang memiliki obsesi berlebih hingga menutupi kewarasanku.

Entahlah aku tak peduli, lebih tepatnya tak mau peduli.

Yang pasti sember segala ketidak normalan yang ada padaku saat ini sedang berusaha menghindari setiap ekstensiku. Dan entah mengapa itu membuatku tak suka, amat teramat tak suka.

.

.

.

Sudah satu minggu sejak kejadian di kamar Hinata waktu itu, dan selama itu pula setiap kali kami berpapasan dia selalu menghindar dan yang lebih parahnya lagi setiap kali kami berada pada ruangan yang sama ia akan dengan buru-buru keluar dan mengerjakan pekerjaan lain. Aku merasa berada di antara garis tebing sekarang, di satu sisi aku bisa melangkah mundur dan mensyukuri keadaan ini yang membuatku bisa sedikit mengontrol segalanya tentang imajinasi liarku setiap kali melihat Hinata dalam jarak pandangku, tapi di sisi lain aku merasa kalau jurang di bawah sana siap menarikku dalam kubangan depresi terdalam saat tak menemukannya berada dalam radarku. Oh Tuhan ... apakah harus sesulit ini?.

Lamunanku buyar saat aku mendengar suara pecahan dari arah dapur, beranjak dari singgasana nyamanku di kursi belakang yang langsung terhubung dengan pintu samping dapur dapat aku lihat sekelebat mahkota malam yang tengan membungkuk memunguti pecahan gelas di bawahnya.

Tunggu apakah dia memungutunya dengan tangan kososng, hah ... kenapa dia ceroboh sekali?. Tak tahukah ia itu bisa saja melukai ja—

"Akhhh ..."

--ri nya. Lihat kan belum juga aku menyelesaikan ucapanku.

Sedikit melangkah tergesa ke arahnya yang saat ini menunduk dengan tangan kanan yang memegangi jari telunjuk kirinya yang terluka, dapat aku lihat badannya sedikit bergetar saat menatap luka yang masih mengucurkan darah.

Oh ... tidak tidak pelayan cantikku tidak boleh terluka seperti ini, tidak tidak tidak.

Segera aku menarik lembut tangannya dan membawanya pada kran air terdekat di tempat pencucian piring, dia hanya diam dan memandang taku-takut padaku dengan mata bulat lavendulanya saat aku membilas lukanya. Hah ... astaga dia imut sekali saat ini. Bahkan tanpa sadar aku menelan salivaku saat melihat ujung hidungnya yang memerah serta bibirnya yang di gigit saat air kran jatuh membilas lukanya.

"Kau, kenapa bisa seceroboh itu hah?, kau seharusnya memakai sarung tangan untuk membersihkannya, atau kau bisa memanggil pelayan yang lain untuk membersihkannya. Lihatkan kau melukai jarimu sendiri saat ini, untung saja lukanya tak terlalu dalam, bagaiman kalau ..."

"Ma—ma-maaf."

Ucapanku terhenti saat mendengar nada lirih dari suaranya. Memejamkan mataku sejenak setelah mematika kran air tanpa melepas peganganku pada pergelangan tangannya, aku hanya bisa menghela napasku berat untuk meredam segala rasa yang saat ini hinggap di pikiranku.

Beauty and the BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang