langkah terakhir

6.9K 373 24
                                    

A Naruhina Fanfiction

Naruto @Mashashi Kishimoto

Beauty and the Boss @Cinnamon066







Suara desahan tertahan dari bibir mungilnya semakin membangkitkan hasrat primitifku dan menenggelamkan akal sehatku. Tubuhku masih senantiasa bergerak dan dan menghujam keras pada liang sempitnya. Oh ... Tuhan ... nikmat, ini sangat nikmat. Memundurkan sedikit tubuhku dan memberi sedikit jarak diantara kami hanya untuk memandangi raut wajahnya yang memerah, pandanganku beralih pada bibir merahnya yang membengkak akibat ciuman brutalku, bahkan sedikit luka dapat kulihat pada bibir bawahnya. Mengusap pelan peluh yang pada pelipisnya seraya menggerakkan pelan kejantananku untuk tetap merasakan kenikmatan ini.

"Apa kau lelah?" tanyaku seraya mengecuplembut pelipisnya tanpa menghentikan hujamanku dibawah sana yang tetap bergerak meski pelan namun tetap menghentak dan memastikan bahwa kenikmatan ini masih berlangsung.

"Hmmm." Hanya gumaman yang ia keluarkan seraya menggerakkan pinggulnya setiap kali aku menghujam kewanitaannya.

"Tunggu sedikit lagi sayang." Ucapku sebelum kembali memacu birahiku dan menghentak keras di atas tubuhnya.

Oh Tuhan ... kenapa ini begitu nikmat, entah sudah berapa kali ia keluar malam ini, dan baru terhitung dua kali aku melepaskan benihku padanya, sedikit lagi, ya sedikit lagi. Semakin kuhujamkan kejantananku pada kewanitaannya yang terasa sangat nikmat dan jelas-jelas berbeda dengan para jalang di luar sana.

Kurasakan tubuhnya bergetar di bawahku saat pelepasan itu datang hampir bersamaan, sedikit mengigit pundaknya untuk meredam geramanku agar tak terdengar melenguh bagai para wanita. Aku masih senantiasa menggerakkan pinggulku untuk mengejar kepuasan setelah pelepasan kami sebelum menggulingkan tubuh kami dengan ia yang kini berada di atasku tanpa melepas penyatuan kami.

Mengusap rambut sewarna malamnya yang tergerai apik menutupi punggung indahnya, mengecupi puncak kepalanya berulang kali seraya menghirup aroma wanginya yang bercampur peluh dan bau percintaan kami barusan. Mencoba menetralkan deru napasku dan meredam sedikit gejolak yang perlahan hadir kembali saat ia menggeliat menyamankan posisi tidurnya di atasku. Kekehan halus keluar dari bibirku saat menemukan deru napasnya yang mulai teratur menerpa permukaan dada telanjangku, entah sejak kapan ia tertidur, mungkin ia terlalu lelah dengan percintaan kami barusan.

Mengelus halus rambutnya sembari berusaha memejamkan mata meski bagian selatan tubuhku bergejolak bangun karena cairan cinta kami yang bercampur dalam liangnya mulai turun membasahi kejantananku.

Terkutuklah semesta yang saat ini menertawakanku dan hasrat primitivku yang harus mati-matian aku tahan agar tak mengganggu tidur nyenyak sang dewi bulan didekapanku.

.

.

.

Kedua kelopak mataku terbuka mencoba menyesuaikan pengelihatanku dengan keadaan sekitar, sedikit menggeliat untuk melemaskan otot tubuhku sebelum sebuah kesadaran menyeruak kepermukaan akal sehatku. Sebaris senyum tipis terkembang di bibirku kala dengkuran halus aku rasakan dari seseorang yang saat ini ada didekapanku. Entah sejak kapan posisi tidur kami berubah menjadi ia yang semula ada di atasku berpindah disampingku meskipun masih dalam dekapanku, dan entah sejak kapan milikku begitu saja keluar dari liang hangatnya.

Memandang lekat pada sosok cantiknya, mengamati lamat-lamat setiap pahatan sempurna padanya, menyingkirkan sejumput rambut yang menghiasi dahinya sebelum menjalarkan jariku secara perlahan mengelus bagian wajahnya mulai dari dua kelopak mata yang masih terpejam, lalu bulu mata lentiknya, hidung mungil yang mancung, dan jariku sedikit bermain ketika sampai pada bibir penuhnya yang sedikit terbuka dan mengeluarkan helaan napas halus.

Mengeratkan pelukanku padanya yang nyatanya tak membuat ia terusik sama sekali bahkan ia malah merapatkan tubuhnya dan menyamankan posisinya dalam dekap hangatku. Mencoba sedikit menggeser posisi tubuhku untuk menjangkau benda pipih di ujung kepala ranjang, sedikit menyapukan jari-jariku pada layar datar di genggamanku sebelum menempelkan benda tersebut pada telingaku.

Sedikit mengembuskan napas malas kala nada sambung yang cukup lama masih mengalun di ujung sana, sedikit mengelus rambut halus wanita dalam dekapanku saat kurasakan ia sedikit terganggu dengan aktifitasku barusan sebelum kembali terlelap dan berkelana di alam mimpinya.

"Halo?" sebuah suara seorang laki-laki terdengar dengan nada seraknya khas bangun tidur,

"Juugo ... beritahu kedua orangtuaku untuk menghadiri pernikahanku minggu depan." Tanpa menunggu balasan dari orang diseberang sana segera aku putuskan sambungan secara sepihak dan melempar asal benda tersebut kesebelahku sebelum kembali mendekap erat tubuh mungil dewi bulanku.

Sebentar lagi aku akan menjadikanmu satu-satunya orang yang akan menjadi pendampingku, ibu dari anak-anakku, dan satu-satunya orang yang akan menemaniku sampai aku tua nanti.

"Aku mencintaimu, Hinata."


end. 

Beauty and the BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang