Further & Closer 2

33 6 1
                                        

Bagaimana memupuk kagum yang tak pernah bersambut? Lupakah kau atas pengakuan yang selalu ku latih demi berjumpa kemenangan atas hatimu?

Hingga tersadar betapa bodoh akal ini, lari-larian ditengah padat dan sesak memendam. Nyatanya rasa tak pernah berbalas.   

Langit malam memberi harapan setidaknya secuil pada Dea. Menduga bahwa hal yang terdengar dari atas sana hanya satu dari jutaan mimpi lainnya. Biarkan saja langit malam menjadi mimpi atau sebatas halusinasi kuat. Biarkan Dea merasa hingga itu membuatnya lebih sabar menghadapi Angga.

Dea tak pelak mengawaskan tatapannya pada bintang di langit. Mendekap kedua lututnya dalam-dalam. Menjaga agar tak lari karena sebentar lagi, air mata Dea lekas menetes.

Hawa dingin tak ingin berhenti melambai. Dea pun tak ingin berhenti menatap.

Berharap satu dari bintang itu bisa membantunya.

Pikiran-pikiran tentang bintang dan dirinya sama. Bintang yang kecil beruntung bisa berteman dengan bulan. Bercahaya seadanya dan bulan akan tetap bersama bintang. Setia beradu pada malam. Bintang berkuasa meninggalkan bulan tapi bulan tak akan membelakangi bintang. Mengantar bintang pada akhir peraduannya. Dan kembali menjemput saat tiba masanya. Asumsi Dea menjadi bintang, tentu tidak mungkin. Dea tidak akan sanggup mengalpakan Angga dalam hatinya.

Sayup-sayup keheningan menyelimuti duduk tenang Dea. Atap selalu tempat terbaik saat Dea ingin melihat bintang. Sejenak ponsel Dea mengganggu, berdering dari samping kirinya. Satu pesan masuk. Awalnya Dea enggan melihat, setelah melirik ternyata dari Angga. Tak ada alasan untuk tidak membukanya. 

From: Anggana

Serius banget liat bintangnya.

Belakangan ini, Angga sering menghubungi atau sekedar mengirimkan pesan singkat pada Dea. Cowok itu tentu tidak berniat mendekati Dea layaknya belasan selingkuhan miliknya. Angga hanya melihat Dea sebagai keuntungan. Dasarnya adalah tawaran gila Angga yang diterima begitu saja oleh Dea.

Setidaknya Dea bisa berhenti menjadi orang bodoh. Mencari-cari keberadaan Angga saat sudut mata Dea tak menemukan cowok itu didekatnya. Mengintip Angga yang sedang bercengkerama atau makan dikantin. Namun saat Angga berada dalam radius dekat, maka Dea akan lari. Seperti orang bodoh.

Itulah mengapa perjanjian tidak resmi Angga pada Dea, sangat mudah diterima cewek itu. Dea tahu telah dibodoh-bodohi oleh orang dicintainya. Tapi tidak ada alasan Dea harus menolak. Tentu saja saat Angga ingin menjadi sahabat Dea. Enteng menyuruh Dea menulis novel dan terbit atas nama dirinya. Namun, biarlah rasa menanggung itu nanti. Relakan Dea menangis atas kebahagian dan penyesalannya nanti.

To: Anggana

Iya, langitnya indah banget.

From: Anggana

Kayak kamu.

Cukup seperti ini saja. Bintang dan Angga. Dea memang tak bisa menjadi bintang, namun tidak menutup kemungkinan ia tidak bisa menjadi bulan.

Pipi tirus Dea kembali bersemu merah. Seraya memeluk ponselnya bahagia, Dea beberapa kali mengucap syukur. Ekspektasi perasaannya yang hanya ia wujudkan dalam bunga tidur kini sedang dipeluknya.

From: Anggana

Gimana tulisannya? Seperti yang aku minta kan?

Dea hampir terlupa. Dia bukanlah satu dari banyaknya pemilik hati Angga. Angga menjadi sahabat Dea, mengirimnya pesan singkat sebatas basa-basi agar lebih bisa memanfaatkan Dea.  

Pastinya cowok tanpa cacat seperti Angga, merasa akan lebih sempurna lagi jika novel atas namanya terbit. Angga memilh Dea sebagai sumber keuntungan, tidak lain lantaran Dea terlalu jatuh pada cinta akan Angga. Mengira menulis untuk Angga adalah satu peluang terindah. Sempadan pada Dea yang tergila pada Angga, dan Angga yang tergila pada kepopuleran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fine di NoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang