Nyatanya gue tak sekuat yang kalian pikirkan
#####
Kaki jenjang seorang gadis kini mulai melangkah memasuki sekolah barunya. Iya mengeratkan genggaman pada tasnya. Dan mulai menghirup udara lalu menghembuskannya secara perlahan. Sebuah senyum kini telah terukir di bibirnya.
Dengan langkah pasti ia mulai memasuki karidor, matanya bergerak kesana kemari untuk mencari kelasnya. Beruntung ini masih di bilang terlalu pagi sehingga masih sepi dan tidak banyak sorot mata yang memandangnya. Langkahnya terhenti di depan ruang kelas bertuliskan X IPA 1. Tidak salah lagi ini adalah kelasnya. Persis di samping tangga. Ia lebih memilih duduk di bangku ketiga baris ke dua. Tempat yang strategis, tidak terlalu di depan dan juga tidak terlalu di belakang. Karena kelas masih sepi, ia lebih memilih untuk membaca novel yang ia bawa di dalam tasnya. Kini pikiran gadis itu mulai memasuki dunia novel yang ia baca. Qiara Vinsen yang akrab di panggil Rara, gadis dengan kulit putih dan rambut panjang coklatnya, mampu membuat kaum adam berdecak kagum melihatnya. Belum lagi mata coklatnya yang meneduhkan dan senyumannya yang mampu menyihir siapapun orang yang melihatnya. Tak jarang juga banyak cowok yang memujanya.
Karena asik dengan imajinasi novelnya Qiara tak menyadari bahwa kini kelasnya hampir dipenuhi oleh siswa siswi.
"Hi, gue boleh duduk di sini ga?", tanya seseorang menyadarkan Qiara dari imajinasinya.
"Boleh kok", balas Qiara tak lupa dengan senyumannya pada gadis tinggi di depannya ini, rambut sebahu, serta mempunyai lesung di pipinya dan wajahnya khas orang jawa "Gadis manis", batin Qiara berkata.
"Terimakasih", gadis itu kini sidah duduk di samping Qiara. "Oh ya, gue Viona", gadis itu mengulurkan tangannya menandakan memperkenalkan diri.
Qiarapun membalas uluran tangan Viona "Qiara", tak lupa dengan khas senyumannya. Lalu Qiara melanjutkan membaca Novel yang sempat tertunda tadi.
"BTW, lo suka novel ya?" tanya Viona.
"Banget", jawab Qiara masih fokus dengan novelnya.
"Pagi semuanya", sapa cowok yang kini berdiri di depan kelas.
Buru-buru Qiara menyimpan kembali novelnya di dalam tas. Kini pandangannya tertuju pada cowok bak dewa yang berdiri di depan.
"Pagi", semua menjawab dengan serentak.
"Oke hari ini adalah hari pertama masa orientasi kalian. Saya dan kakak yang berada di samping saya akan menjadi kakak pendamping kalain selama mos berjalan", ucapnya dengan tegas.
"Oke, perkenalkan nama saya Elang saya menjabat sebagai wakil Osis", lanjutnya.
"Saya Aldi, jabatan sebagai seksi di bidang olahraga", ucap cowok yang berdiri di samping Elang.
"Sebelumnya ada yang ingin ditanyakan?", tanya Aldi.
"Kak, boleh tau nomor hpnya ga?", tanya cewek yang duduk di pojok depan samping pintu.
"Hhhuuuuuu", sorak semua murid kepada cewek centil yang bertanya tadi.
"Apaan sih, mumpung ada cogan gak boleh di sia-siain", ucapnya tanpa malu.
"Woy Dinda, lo itu cocoknya sama abang tukang cilor keliling.", ucap cowok yang duduk di baris ke ke dua, jajaran empat.
"Halah bilang aja lo cemburukan gue suka sama cowok yang jauh lebih ganteng dari pada lo", ucap cewek yang di pangil Dinda
"Gue cemburu, tampang kaya Iguana Afrika aja ngapain gue cemburu ke lo", ucap cowok tadi.
"Woy Dirga, enak aja lo kalau ngomong. Segini cantiknya kaya Via Valen di bilang kaya Iguana Afrika. Kalau gue ga cantik mana mungkin lo nembak gue waktu SMP sampe mohon-mohon buat nerima lo", ucap Dinda tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
A HOPE
Teen FictionJangan lupakan follow dulu ya guys sebelum membaca :v Budayakan vote and comen 😉 . . . . . "Gue cape, sekarang udah ga ada lagi yang bisa di pertahanin", "Semuanya udah hancur, bahkan penyemangat gue satu-satunya untuk bertahanpun udah ga peduli l...