2

12 2 7
                                    

'chemoteraphy room' tulisan itu tertera di suatu pintu Rumah Sakit menurut Clarissa ruangan itu adalah rumah pertamanya. bagaimana tidak? ia selalu menyempatkan diri untuk hadir dan absen  memasuki ruangan itu bahkan setiap harinya pun bisa. gadis itu  berjalan sambil menunduk , Takut dan Bingung bagaimana hasil diagnosa dokter. ia berhenti sejenak dan berkata

"bun... nanti kalau hasilnya diagnosanya sudah kelewat batas, bunda jangan tangisin Ica ya bun"  
kata kata itu terus terngiang di otak Sarah, Ibunda Clarissa. posisinya sebagai Ibu Tiri Clarissa pun rapuh sesaat ketika putri tirinya itu mengatakan kalimat yang belum tentu jadinya. "Ica pasti bisa, ica kuat!" ucap Sarah menyemangati, Clarissa membalas dengan senyum simpul lantas Clarissa masuk sendirian ke ruangan itu.

selang 45 menit Clarissa keluar dari ruangan, Sarah yang sedari tadi menunggu di depan pintu langsung menyambut kedatangan Clarissa "gimana ca?" ucap sarah khawatir. Clarissa hanya sedikit tersenyum
"kata dokter penyakit Ica hampir parah semua operasi pasti tidak bisa menyembuhkan bun, jadi dampaknya rambut ica bakalan menipis" ucap Clarissa dengan mata setengah berkaca kaca , TAK TAHAN LAGI air mata Sarah mengalir setetes demi tetes Sarah langsung merangkul Clarissa dalam pelukannya
" maafin bunda Ica , Bunda gagal untuk merawat kamu "  Clarissa juga ikut menangis  sejadi jadinya.

ia takut kehilangan keluarga nya ,walaupun mereka kadang sering membuat dirinya sedikit ngedown.

" bun , bunda janji ya bagaimana pun hasilnya Bunda ga boleh tangisin Ica "

Clarissa langsung menepis air mata yang berjatuhan di pipi ibu tirinya.
                              🐾
                             
Jam sudah menunjukan pukul 6.45 pagi waktunya untuk Clarissa berangkat sekolah, menyusuri anak tangga sambil menggenakan jaket bertopi peninggalan ibu kandungnya Clarissa tampak setengah percaya diri dengan rambutnya yang sudah habis karena penyakit ganasnya itu
"Ica botak ya pa?bun? " ucap Dion, kakak tiri Clarissa.
Clarissa mendengar namun pura pura tidak dengar ia tetap berjalan menuruni anak tangga dirumahnya.
"stttt...Dion kamu ga boleh kayak gitu dong kasian Clarissa" balas Dafa, ayah kandung Clarissa.

sesampainya di meja makan Clarissa hanya duduk sambil mentap keluarga kecilnya ia berharap pada tuhan jika nanti ia sudah bersama sang pencipta  ia bisa melihat kebahagian keluarga kecilnya tanpa dirinya.
"Clarissa sayang, kamu ga mau sarapan dulu?" tanya Dafa kepada putri kesayangannya itu.

Clarissa menggelengkan kepala sebenarnya ia ingin tapiii ia lebih memilih membiarkan keluarganya sarapan terlebih dahulu,
tiba tiba setitik darah terlihat dari hidung Clarissa sebelum keluarganya tahu ia segera berlari ke toilet rumah disudut toilet terpampang jelas sebuah cermin tempat Clarissa biasa mencurahkan isi hatinya
"gawat harus buru buru dibersihin nih sebelum , bang Dion , Papa Bunda ngelihat" cepat cepat Clarissa mencomot tisue dan membersihkan darah yg mengalir di ujung hidungnya.

Tanpa Clarissa sadari Bang Dion melihat keluhan Clarissa, Dion sangat sangat menyayangkan kenapa adiknya yang harus mengalami penderitaan sesakit itu? kenapa tidak dirinya saja.
                             🐾
Clarissa berjalan ragu melewati koridor sekolahnya, menjadi pusat perhatian sudah biasa menurutnya tapi tidak jika ia bertemu dan berpapasan dengan Hani Ashasha.

Hani adalah seseorang yang Clarissa takuti di sekolahnya Mengapa? iya, karena ia selalu membuat Clarissa kesusahan buktinya saat Clarissa baru pindah dari sekolah lamanya Hani sempat mengurung Clarissa digudang tanpa sebab, Clarissa bisa dibilang korban bullying pula. dan ketakutannya menjadi nyata, Hani tiba tiba muncul kehadapannya dan membuka tudung kepala Clarissa

"Yahh botak yaa? hahaha"
Hani tertawa sekencang kencangnya disusul oleh teman teman yang berada di sekeliling koridor. untung saja ada Gisell yang tak sengaja melewati koridor

"udah cukup ketawanya kalian kira ini lucu? otak kalian dimana sih hah! " Gisell mencoba membantu Clarissa.
Gisell cepat cepat mengambil kursi roda untuk membantu Clarissa menuju ke kelasnya,  Kursi Roda itu khusus untuk Clarissa dan hanya untuk Clarissa.

"Ca lo gapapa kan? makanya kalau lo mau keluar dari mobil lo bilang dulu sama gue biar ga di gangguin sama saiton saiton yang ada disana" gerutu Gisell kesal

"iya gue gapapa anterin gue ke kelas ya sell"

Clarissa kira sesampainya ia di kelas, ia berasa sedikit lebih tenang namun itu salah. bahaya terus melekat di dirinya
, dipintu kelas tertempel secarik kertas bertuliskan " KELAS INI DITUTUP UNTUK ORANG YANG PENYAKITAN!"  kalimat itu lumayan menyayat hati Clarissa namun ia coba untuk ikhlas

"udah diemin aja si Hani itu,  kertas nya udah gue robek " Ucap Gisell sembari merobek kertas yang diduga punya hubungan erat dengan Hani.

baru saja sampai di dalam kelas Hani lagi lagi dan lagi memberi hujatan untuk Clarissa

"penyakitan ya tetep penyakitan gausah sok rajin belajar! lo belagu banget sih"

"Ngomong dijaga ya mbanya" Gisell mencoba membela Clarissa. Clarissa menggeleng ke arah Gisell berusaha memberi sinyal supaya segera meninggalkan Hani

"bacod deh lo empang rebus" ledek Gisell sekali lagi kepada Hani, Clarissa memukul pelan tangan Gisell yang sedang mendorong dirinya dari kursi roda untuk segera selesai hujat hujatan

"lo Biji delima diem ae" balas Hani

"untung gue sabar kalo ga udah gue cemplungin ke jamban itu anak" gerutu Gisell

Gmana nih? gaje ya? emang.
lanjut tidak?
jangan lupa vomment ya:)
SALAM JOMBLO!

Hello YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang