One shot Two shot

64K 3.5K 479
                                    

“Dimana Jaehyun ?”

Yuta menatap lawan bicaranya yang sepertinya kebingungan. Adik tingkat yang berdiri di depannya ini gelagapan, agaknya merasa takut padanya, bahkan menundukkan wajahnya takut takut dan menghindari kontak dengan dirinya.

Yuta mengusap wajahnya frustasi, ia hanya membuang buang waktu untuk bertanya kepada orang yang salah. Mana bisa ia mendapatkan jawaban dari orang yang bahkan menatapnya saja tidak berani.

Pemuda Jepang itu mendengus, kemudian hendak melanjutan langkahnya untuk kembali mencari keberadaan Jaehyun. Sahabatnya itu menghilang sejak jam pelajaran pertama, ia mungkin mengira itu hal yang biasa, namun Jaehyun pasti akan memberitahunya terlebih dulu jika anak itu akan membolos. Dan anak itu tidak memberikan kabar apapun, terkadang jalan pikiran Bungsu Jung itu sangat sulit ditebak, bahkan untuk dirinya.

“T-tunggu, sunbae ?”

Yuta membalikkan tubuhnya, matanya kini bertemu dengan manik pucat lawan bicaranya. Dan detik berikutnya, pemuda yang lebih pendek darinya itu kembali menghindari menatapnya.

Yuta tertawa mengejek, kesal.

“Jika yang kau lakukan adalah hal yang tidak berguna dan sama sekali tidak membantuku, sebaiknya lupakan-”

Yuta hampir melangkahkan kakinya kembali saat suara Hoobae-nya menginterupsinya.

“Tidak!”

Pemuda Jepang itu menaikkan sebelah alis, yang diberikan respon seperti itu dari lawan bucara kembali gelagapan, menggigit bibir bawahnya dengan wajah mengkerut.

“Ung, anu.. aku melihat Jaehyun sunbae pergi ke atap”

Yuta bergegeas berbalik, berlari menuju tangga dan meninggalkan adik tingkatnya yang masih berdiri bingung di tengah koridor.

Yuta bukanlah orang yang peduli, apapun yang tidak ada hubungannya dengannya kebanyakan akan dia abaikan.

Pemuda itu dengan cepat menaiki tangga tangga menuju rooftop kaki kaki kuatnya menapak tangga satu persatu hingga kemudian ia membuka pintu dengan keras, terkesan membabi buta.

Pemandangan pertama yang dia dapati adalah sosok Jung Jaehyun dengan sebuah rokok menyala yang terselip di bibir, pandangan sulit diartikan dengan kernyitan di dahi.
Yuta mengeraskan rahangnya, menipiskan bibirnya.

“SIALAN KAU JUNG!”

Sebuah bogem mentah mampir di pipi putih Jaehyun, rokoknya yang tadinya terselip di bibir terlepas dari tempatnya, jatuh dengan mengenaskan di atas cor cor an yang terasa dingin.

“AKU MENCARIMU KEMANA MANA DAN KAU MALAH MEROKOK DENGAN WAJAH SEPERTI PREMAN, BRENGSEK!”

Yuta terengah engah, merapihkan jas nya yang sempat kusut karena usahanya memberikan bogem mentah ke pipi Jung satu itu.

Jaehyun berdecak, tubuhnya yang sempat terhuyung sudah ia control kembali. Sebentuk rasa nyeri menghampiri pipinya, dan sudut bibirnya terasa perih saat saliva nya mengenai luka di sudut bibirnya yang robek.

“Sialan! Kau memukulku hingga berdarah”

Yuta menyeringai, pemuda itu berjalan menuju pembatas besi dan bersandar di sana.

“Aku mencarimu, kudengar orangtua mu kembali-” Yuta bisa melihat mata Jaehyun menatapnya tajam, “Hei, aku hanya khawatir kau butuh seseorang untuk berbagi cerita,”

Yuta memprotes reaksi Jaehyun, sahabatnya itu kini tengah mendelik menatapnya.

“Kau suka sekali mencampuri urusan orang Bakamoto!"

Daddy Boy | 재용 |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang