" Woyy,pengumuman kelulusan udah di tempel di mading noh." Teriak Sultan. " Aduhh,jadi deg-degan nih gue. Kira-kira gue lulus gak ya?" Sahut Kezia. " Kita gak bakal tau kalo kita terus diem disini." Jawab Devan. " Yaudah ayo buruan gue penasaran nih." Pinta Alvin.
Kita semua langsung menuju ke mading. Pas sampai di depan mading, sudah ada banyak orang yang mengerumuni mading tersebut. " Eh buset jantung gue mau copot nih, gue lulus gak ya?" Kata Salsha. " Lahh gue kok tiba-tiba pengen berak ya?" Sahut Aldi dan langsung menerobos barisan paling depan. " YEAY! Gue lulus." Teriak Aldi. "Eh di,liatin nama kita-kita juga dong sekalian. Gak keliatan dari sini." Pinta Dinda. Aldi langsung melihat nama ketujuh sahabatnya. "Lo semua juga lulus dan lo van, lo lulus dengan peringkat tertinggi se-angkatan. Gilaaa dari dulu otak lo gak pernah berubah van, pinter terus." Sahut Aldi. "Wuihhh mantapp lo van, bakalan ada traktiran nih." Jawab Sultan sambil merangkul Devan. " Yoi makan-makan lah van." Timpa Alvin dan merangkul Devan juga. "Porotin aja terus." Sinis Devan. " Kantin kuyy Devan yang bayar, gue gak jadi pengen berak nih. Berak gue udah padam." Timpal Aldi dan mereka langsung membawa Devan ke kantin.
Kezia bingung, apakah dia akan senang atau sedih. Kelulusan ini membuat Kezia resah. Sepanjang perjalanan ke kantin, Kezia hanya diam sambil terus memandangi Devan. Sampai di kantin, Devan merangkul Kezia supaya duduk di sampingnya. "Lo kenapa Kez, daritadi gue perhatiin diem aja?" Tanya Devan. " Lo beneran bakalan nerusin sekolah lo di luar negri?" Tanya Kezia kepada Devan. " Gue gak tau,tapi nanti gue bakalan ikut tes dulu.kalo gue lolos,gue sekolah disana." Jawab Devan dan Kezia semakin diam tak berkutik. " Lagian gue belum tentu lolos, udah lo tenang aja." Sambung Devan sambil mengelus rambut Kezia. "Emangnya gak bisa lanjutin sekolah disini aja?" Tanya Kezia. "Tau ni, bukannya sekolah disini aja,nanti kita semua sekolah yang di depan jalan cakrawala aja, nanti kita bakalan bisa sekelas lagi." Sahut Sultan. "Emangnya bisa?" Tanya Dinda. " Bisa lah orang yang punya sekolahnya om gue. Tar gampang dah kalo soal mau sekelas bareng." Sambung Sultan. "Tuh dengerkan van, kita bisa sekelas lagi. ngapain sih lo sekolah yg jauh-jauh, kan gak seru kalo kita kurang satu." Jawab Kezia.
"Woyyy jadi makan gak sih, ngomong mulu daritadi udah laper ni gue." Cibir Alvin. "Tau ni,seenggaknya pesen dulu kek makanannya." Sahut Aldi. "Lo berdua tuh ya,kalo soal makan aja cepet banget lo." Balas Salsha. "Lahh kapan lagi Devan mau nraktir,giliran udah di kantin malah ngerumpi." Sahut Aldi. "Yaudah sono gih pada pesen, tapi jangan pada ngambil kesempatan dalam kesempitan lo." Pesan Devan. "Aduhhh tumben si Devannya peka,gak jadi dibungkus kan." Sahut Alvin dan segera memesan makanannya.
Devan melihat Kezia sangat resah, segeralah Devan memeluk Kezia dan mengelus rambutnya. "Lo gak usah sedih,soal sekolah gua di luar negri nanti gue pikirin lagi. Udah lo tenang aja." Kata Devan. "Mau janji?" Sahut Kezia dan meneteslah air mata yang daritadi sudah ditahannya. "Gue gak bisa janji tapi gue akan berusaha." Jawab Devan sambil mengahapus airmata Kezia. Mereka berdua kembali berpelukan. "Lah jantung gue kenapa nih,kok gue jadi deg-degan gini sih."
Hayooo kira-kira siapa yang jantungnya berdebar-debar, Kezia or Devan
Have fun readers,jangan lupa comment yaa.. semoga suka;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakit
Teen FictionSepasang sahabat yang selalu bersama, yang saling mewarnai hidupnya. Devan dan Kezia namanya. Mereka saling menyayangi dengan penuh perhatian sebagai sebatas sahabat. Apakah ada rasa lebih diantara persahabatan mereka?