Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
Tebal : 238 halaman
Toko Buku Palasari menjadi saksi pertemuan antara lelaki liar dengan perempuan bermata emas. Juang Astrajingga, lelaki pengagum senja adalah seorang relawan dan jurnalis yang berani. Liputan tentang seorang sinden yang mengharumkan nama bangsa di mancanegara mempertemukannya dengan Ana Tidae, mahasiswi Pertanian yang tidak lain adalah anak dari Shinta Aksara.
"Rasa memang punya jalannya sendiri. Ia tak serta merta hadir untuk diutarakan. Kadang, rasa hanya untuk dinikmati dalam kesendirian, dengan setumpuk harapan." (13)
Perjuangannya mendapatkan Ana Tidae yang sudah menguasai semestanya tidak berjalan mulus tatkala Ana Tidae masih menjalin hubungan dengan Deri Ismail. Juang Astrajingga dikenal sebagai lelaki yang suka berpetualang dengan banyak perempuan, memiliki ideologi kuat dan sulit dijinakkan. Dengan Ana Tidae-lah Juang Astrajingga memiliki rumah, tempat ia pulang.
Masalah demi masalah menghampiri kisah asmara Juang dan Ana.
"Cinta tak pernah egois." (144)
Bung Fiersa Besari menghadirkan konflik secara nyata. Bahkan terdapat beberapa bagian yang akan membuat pembaca berhenti sebentar untuk mengumpulkan mental membaca kembali. Tokoh yang kuat di awal akan membuat pembaca selalu bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada tokoh. Tapi menurut saya, Bung Fiersa Besari pada buku ini kurang "greget" dalam menyampaikan akhir dari sebuah perjalanan Juang Astrajingga dan Ana Tidae. Selebihnya saya menikmati bagaimana Juang Astrajingga menggambarkan perempuan pujaan hatinya.