Kamu adalah seorang perempuan berambut sebahu yang diikat kebelakang. Dengan celana jegging merah maroon, jaket levis, serta kets hitam kamu pergi mengendarai motormu.
Sebelum keluar dari jalan kecil, kamu melipir. Tak ada lagi alasan akurat agar kamu berhenti merokok. Kamu membeli rokok di sebuah warung kecil.
Memandang layar handphone, foto seorang perempuan cantik berambut panjang terurai membuatmu selalu merindukannya. Perempuan itu bernama Bebriana Mustafiafa. Dan kamu memanggilnya Bebi...
Kamu membuka plyalist lagu dihandphone dan memutar menekan tombol play pada lagu "The Script - The Man Who Can't Be Moved". Headset telah berada di kedua telinga dalam helmmu.
Sebatang rokok menthol menyala lalu kau menarik gas.
Perjalanan dari Kelapa Gading menuju Kemang seharusnya tak melewati jalan - jalan ini. Bukan melewati Shelter Busway Matraman, dimana kamu dan Bebi berjanji temu sebelum pergi karena ia tak suka naik motor semenjak saudara kembarnya meninggal karena tertabrak motor. Bukan juga melewati Seven Eleven Matraman, tempat dimana Bebi setia menunggumu karena kamu telat bangun pagi padahal kalian harus pergi. Ia setia menunggu dan tak pernah mengeluh padamu. Tidak lewat Gramedia Matraman yang sering menjadi tempat kamu dan Bebi menghabiskan waktu membaca buku bersama. Kamu jelas ingat, Bebi suka makan es durian didepan toko buku dibawah jembatan penyeberangannya.
Kamu pun tak seharusnya lewat Kampung Melayu, tempat dimana kamu menunggu Bebi sebelum pergi. Kamu tak kan mengizinkannya pergi sendiri. Bidadari kecintaanmu sering digoda lelaki disana. Otista? Tak seharusnya kamu lewat daerah itu hanya karena rumah Bebi dulu disana. Apalagi Pusat Grosir Cililitan yang berada dekat dengan kampus Bebi dulu. Semua kau lakukan karena rindu. Rindu yang menyakitkan. Rindu yang tak terungkapkan dan tak tersalurkan.
Kamu menghela nafas. Ini bukan kali pertama kau melakukan kebodohan ini.
Diperempatan jalan, dibawah kotak hitam berisi 3 lampu merah, kuning, dan hijau kamu berhenti. Sepasang muda mudi bergenggam tangan menyeberang jalan. Sang Mudi minta dilindungi. Tangannya rekat tak ingin lepas dari Sang Muda minta dilindungi. Dulu, Bebi suka melakukannya juga. Ia bermanja - manja ria padamu. Minta perhatianmu.
TIIIINNNNN! TIIIINNNN!! TIIINNNNNNNNNNN!!! Mobil dibelakangmu memaki. Memekik! Ia tak tahu rasanya jadi pendendam rindu? Lampu hijau tak lagi mendukung sendumu. Pantas mereka tak mengizinkanmu tinggal lebih lama.
Handphone disaku jaketmu meronta cukup lama. Kamu melipir ke pinggir. Sebuah panggilan dari "My Baby".
"Hallo. Iya sayang. Aku masih dijalan. Setengah jam lagi kayaknya. Miss you too. See you ya" kamu menutup panggilan dengan kecewa. Ada harapan lain untuk Si Pemilik panggilan "My Baby" sebelumnya.
Sesampainya di Kemang, kamu menempatkan motor dan menghubungi Trisa, kekasihmu. Kamu berjalan, merapihkan poni samping sambil bicara di pesawat telfon dengan Trisa bahwa kamu telah tiba.
Bibir Trisa melebarkan sayapnya, ia cantik walau tak secantik Bebi. Kamu pun perempuan cantik. Dan mereka berdua suka dipuji cantik.
Kamu memeluk kekasihmu, pelukan rindu yang lain. Kau kecup keningnya dan membiarkan punggung tanganmu diarahkan ke bibir Trisa beberapa detik. Tak peduli walau mencuri perhatian sekitarmu. Dia memang kekasihmu. Lalu? Apa peduli mereka yang tak mengenalmu?
Kamu duduk disisinya.
Sisha di meja lebih menarik perhatianmu daripada perempuan yang sudah 2 bulan menyandang gelar sebagai kekasihmu. Kamu menghisapnya lalu menghebuskan ke udara. Berharap pori - pori udara meresap kesedihanmu dan membawanya pergi jauh. Ah! Kau tak suka rasanya. Ini bukan rasa kesukaan Bebi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menemukan Dia (GxG) (END)
RomanceKaka diusir kedua orang tua Bebi saat mereka berdua menjelaskan tentang hubungan mereka dan meminta izin untuk tinggal bersama. Kaka kehilangan kontak dengan Bebi. Berbulan - bulan Kaka jalani hidup tanpa sosok Bebi yang selama 3 tahun menemaninya...