Tertemukan Dia

6.4K 99 33
                                    

Tertemukan Dia

Aku adalah seorang perempuan berambut hitam lurus sepunggung yang bagian depannya kubentuk layer. Dengan celana jegging, jaket levis, serta wedges biru muda aku duduk diteras rumah menanti seseorang.

Dibawah lampu teras, aku duduk menatap pintu pagar rumahku. Andai saja yang menjemputku Kaka, bukan Gara. Aku tak kan pernah dibiarkan menunggu seperti ini. Kecuali ketika Si Tukang Tidur itu bangun terlambat. Itupun takkan pernah lama. Walaupun kami bukan pergi mengendarai Alpard seperti Gara, setidaknya dengan Kaka aku merasa nyaman.

Sebungkus rokok berbungkus hijau ku letakkan di meja. Aku membuka bungkus dan mengambil salah satu diantaranya serta menyelipkannya diantara bibirku.

Dulu aku selalu melarang Kaka melakukan hal ini dengan tegas karena aku ingin ia hidup sehat. Aku sangat amat mencintainya. Bahkan aku sampai hati memarahi dia dan kawan - kawannya didepan umum karena membiarkan Kaka merokok hingga sesak nafas. Tetapi mengapa kini aku melakukannya? Jawabannya karena aku merindukan Kaka.

Aku menarik nafas dalam - dalam lalu menghembuskan asap ke udara. Jika ku simak, terkadang asap itu bukan hanya sekedar asap. Asap itu membentuk nama Kaka didepan mataku, membuatku tersenyum penuh. Ya, hampir gila aku dibuat cinta.

Kuambil handphone dari saku jaket levis pemberian Gara. 2 hari yang lalu jaket ini berada dalam sebuah kotak merah jambu dengan kartu ucapan kalimat romantis berbahasa inggris dan nama Gara di dalamnya.

Ku sentuh layar handphone ke kanan dam membuka menu galeri. "Perempuanku. Kaka, apa kabar kamu?".

Kaka begitu cantik, menurutku. Kami memang cantik. Kami sepasang perempuan cantik yang saling mencintai, dulu.

Dalam kisah kami, dimana seharusnya ada yang berperan sebagai lelaki dan perempuan. Tidak seperti kami. Jika ingin menjalin hati dengan yang mirip lelaki, lebih baik dengan lelaki sekalian.

Aku mencintai Kaka karena ia perempuan. Aku tak pernah suka Kaka berlaku seperti lelaki.

Handphoneku berbunyi. Sebuah panggilan masuk, dari My Baby. Lagi - lagi aku menghela nafas. Sepantasnya panggilan itu hanya milik Kaka!

"Iya, hallo Beb. Aku udah lewat Kampung Melayu ya. Sebentar lagi sampe. Kamu udah siap kan? Aku nggak mau nunggu lama. Ketemu depan gang ya! See you sweetheart" panjang Gara tanpa ingin tahu jawaban dan perasaanku.

Kumatikan putung rokokku. Parfum pemberian Gara kini bersarang ditubuhku. Ku hisap permen mint untuk menyamarkan bau rokok di mulutku. Gara suka melumat bibirku ketika bertemu. Dia tak bisa menghormati dan menghargaiku seperti Kaka. Aku ingin sekali mengadu tapi tak ada yang mau tahu.

Andai Ayah dan Bunda mengizinkanku tinggal bersama Kaka. Andai Kaka tak menyerah memperjuangkanku. Andai Gara tak masuk kedalam hidupku, mengenalku, mencintaiku, mengambil hati orang tuaku, melamarku, dan sebulan lagi akan menjadi lelaki yang ku dampingi seumur hidup. Andai Kaka lah jodohku. Duh! Andai.. Andai... Selalu saja lalai. Dasar landai kamu Beb!

Aku menunggu termangu depan masjid hijau depan gang rumahku. Tak lama, sebuah Alpard hitam berhenti didepanku. Kacanya terbuka dan seorang pria tampan memandangku.

Aku berjalan memasuki mobil Gara. Ia menutup kaca mobil. Seperti biasa, ia segera menekan tubuhku dan melumat bibirku tanpa aba - aba. Aku hanya membalas sebisaku. Aku tak pernah bisa mengimbangi permainan bibirnya. Nafsunya terlalu besar dan ia terlalu kasar. Terkadang membuatku risih. Tetapi jika tak dituruti akan membuatnya murka.

Gara tak kan bisa sesabar dan sebaik Kaka. Yang terkadang saat aku PMS pun ia sabar merawat, memperhatikan, menyayangiku, dan memahamiku. Kaka memang spesial dan berharga untukku. Sumpah mati aku mencintainya.

Menemukan Dia (GxG) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang