Four

41 4 0
                                    

Malam ini Rajni menghabiskan waktunya bersama Ken dirumah pria itu. Berkumpul bersama adik-adiknya juga orang tua Ken yang sudah Rajni kenal dengan baik.

Banyak orang bilang jika Rajni memilih Ken, ia tidak akan merasakan kesenangan bersama pria itu. Ada buntut yang membayangi langkah Ken setiap harinya. Juga kebutuhan keluarga yang Ken tanggung sendiri sebagai anak sulung.

Memang benar adanya, mungkin karena Ken anak sulung dimana orang tuanya hanya mengandalkan uang pensiun ayahnya yang bekerja di perseroan. Juga tiga adiknya yang masih sekolah dan biayanya yang tidak sedikit, Ken dengan semua pemikiran juga rasa tanggung jawabnya ikut membantu kebutuhan ekonomi keluarga. Tapi bagi Rajni itu bukan masalah, Rajni mengerti betul bagaimana Ken menyayangi keluarganya. Bagaimana pria itu menjunjung tinggi orang tua serta adik-adiknya. Meski dimata Rajni tidak semua adik-adiknya menghargai usaha Ken untuk mereka, juga ayah Ken yang memandang Ken sebelah mata karena Ken seperti bukan anak kebanggaan.

“kenapa?” setelah berjam-jam bersama pria itu, akhirnya Rajni mendengar pria itu fokus pada dirinya saja. Anggota keluarganya yang lain sudah mulai masuk ke kamar masing-masing.

“enggak.”

“aku tau kamu bohong,Raj.” Rajni mendesah pelan. Membohongi Ken sama saja memperlihatkan betapa bodohnya Rajni. Karena Ken sangat mengenal dirinya.

”ini bukan masalah besar, Ken.”

“masalahmu masalahku juga, Raj. Cerita tidak akan buat kamu rugi.” Rajni tau, bahkan ingin rasanya menceritakan keluh kesahnya selama ini. Apa yang menjadi beban pikirannya. Tapi disisi lain Rajni tahu, jika ia menceritakan masalahnya pada pria itu sama saja memberikan pria itu tambahan beban pikiran. Meski Ken tidak pernah mengungkapkan, Rajni menyadari jika pria itu punya beban berat setiap harinya. Dan Rajni tidak mau menjadi beban baru bagi Ken.

“jangan takut membebani aku, kita berhubungan jadi masalahmu masalahku juga, Raj. Aku gak mau kamu memendam beban itu sendirian. Gunanya aku untuk kamu apa kalau begitu?”

“aku bingung.” setelah tahu bahwa ia tidak akan menang membohongi Ken, Rajni perlahan mengutarakan perasaannya.

Ken menatapnya, menunggu kelanjutan Rajni.

“uang tabunganku makin menipis, belum ada panggilan kerja. Kebutuhan mami papi nggak mungkin aku batasi.”

“aku akan bantu cari kan kamu kerja, untuk sementara ini pakai uang tabunganku dulu sampai kamu benar-benar mendapat pekerjaan.”

“nggak!” spontan Rajni berseru, menutup mulut seketika ketika menyadari apa yang telah ia perbuat.

“kenapa?”

“aku bercerita bukan untuk membebani kamu. Aku bercerita karena aku ingin beban ini terangkat meski sebentar. Aku ingin memikirkan bagaimana caranya berdua sama kamu.”

“aku nggak merasa terbebani, Raj. Aku nggak mau lihat kamu kebingungan seperti ini.”

“tapi bukan itu keinginan aku bercerita sama kamu, Ken. Aku butuh solusi.”

“kenapa sih kamu selalu nolak apa yang mau aku kasih ke kamu? Karena kamu kasihan sama aku? Makanya kamu selalu nolak bantuan aku?” ini yang selalu menjadi alasan Rajni memendam semuanya sendiri tanpa melibatkan Ken, pria itu dengan segala sisi pandang buruknya.

“aku gak mau pakai uang tabunganmu atau apapun itu, kamu harus membiayai keluarga kamu. Sekolah adik-adik kamu. Aku tahu itu, Ken.” pria itu diam, menunduk memperhatikan lantai yang kini terasa sangat dingin dikakinya.

“aku tahu tanggung jawab kamu besar, bukannya aku nggak mau mengandalkan kamu untuk setiap masalahku. Tapi keluarga kamu jauh lebih butuh uang tabungan kamu itu, entah untuk apa. Aku belum jadi tanggung jawab kamu, jadi bukan kewajiban kamu membantu aku dengan materi itu.”

“tapi, Raj. Aku juga ingin seperti laki-laki lain pada umumnya. Jalan-jalan aku yang bayar, bukan uang masing-masing. Aku juga ingin membelikan kamu ini itu, aku ingin memprioritaskan kamu dihidup aku. Tapi kamu tahu, aku lebih menyayangi keluargaku lebih dari apapun. Maaf jika selama ini aku belum menjadi yang terbaik.”

Rajni mengulas senyum penuh mengerti, tidak ada dalam benaknya menyusahkan Ken karena hubungan mereka. Selagi Rajni mampu, Ken hanya tempat untuknya merebahkan lelah. “aku mengerti, kamu laki-laki baik Ken.”

Ken tersenyum tulus, menggenggam tangan Rajni lalu membawa wanita itu kedalam pelukannya. “jangan pernah berpikir aku tidak mencintai kamu, jangan pernah berniat untuk pergi karena semua kekuranganku. Tetaplah disampingku, kita melangkah bersama agar aku tidak kehilangan tujuan. Karena menggenggam kamu, aku tahu aku ingin hidupku seperti apa.”

Dan Rajni tidak pernah bisa melarikan diri dari pria itu, dengan semua kasih sayang pria itu yang dianggap bodoh oleh orang lain. Karena bagi Rajni, ia membutuhkan pria itu untuk selalu menyayanginya tanpa henti.

“Tuhan itu maha adil. Tuhan sayang sama kita, makanya Dia kasih kita cobaan, karena dia mau tahu seberapa kuat dan sabarnya kita.”

09 Agustus 2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang