Prologus

26 2 0
                                    

Dalam naungan langit malam Ashcrama Laticlavius berdiri, menapak tanah berselimut rumput hijau yang menari bersama sapuan angin. Kepalanya terdongak, menghadap angkasa yang ditaburi bintang-bintang. Kedua matanya terkatup rapat, membiarkan bisikan alam memberikan ketentramannya.

Tapi tidak, ia sama sekali tidak tentram.

Ia tidak bisa tentram.

Semuanya serasa salah; dirinya, hidupnya, tindakannya.

Penyesalan. Itulah hal yang menghantui Ash semenjak kejadian itu. Menemaninya tiap malam, menyambutnya di kala pagi, dan mengikutinya sepanjang hari. Ia sama sekali tidak bisa menyingkirkannya.

Ash menghembuskan nafas gusar. Ia mengerjapkan mata.

Suara desiran ombak yang menghantam bebatuan dan angin sejuk yang menyapa kulit sudah menjadi khas tempat ini; tebing tinggi berumput lembut yang berbatasan langsung dengan pantai. Tempat dimana kau dapat melihat laut dan langit saling berimpitan, dengan pantulan benda langit yang menggenang pada permukaan laut.

Tempat ini berhasil menyeret Ash kembali pada rasa nostalgia yang mengharukan sekaligus menyesakkan. Tebing yang terasingkan yang penuh memori akan dirinya; sang bintang yang kehilangan sinarnya.

Memori-memori yang dibiarkannya terkubur selama tujuh tahun silam itu, kini menggali jalannya menuju permukaan ingatannya.

Baru saja Ash ingin menangkis semua itu, sebuah layar tancap seketika muncul di dalam benaknya. Cahaya redup sontak tersorot dari alat preyoksi yang tak terlihat, menyinari layar tancap menghasilkan cuplikan yang siap untuk di tonton; cuplikan berisi memori-memori yang kini terus mengalir tanpa henti, terus menunggu gilirannya untuk tampil.

Lalu, tanpa Ash sadari, wajah itu sudah memenuhi layarnya; wajah sang bintang yang kehilangan sinarnya; wajah penghianat besar Negeri Mangonel; wajah yang dulu sangat berarti baginya, wajah sang kakak yang sangat disayanginya.

Luke.

Ash menggertakan giginya seraya mengepalkan tangannya kencang, menahan rasa sakit yang menggerogoti. Namun, layar itu terus bermain tanpa menghiraukan perasaan perih yang melandanya, menyeretnya dengan paksa untuk kembali pada dunia di mana ia masih memandang dunia dengan penuh warna.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 01, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Epithat : The StarlessWhere stories live. Discover now