"Kamu suka makanannya?"
"Suka ma. Pakai banget." Icha menjawab pertanyaan mamaku dengan senyum lebar imutnya yang membuat siapa saja, termasuk mamaku, merasa senang. Jika dalam kondisi normal begini Icha memang menggemaskan dan bikin orang dengan mudah jatuh sayang pada dirinya. Andai mama tahu kalau si kucing ini bisa berubah menjadi begitu ganas, dan sudah sering hampir mencabuli anaknya.
"Mama masak khusus buat kamu, Cha." Mamaku memberikan senyuman manis, dan menambahkan lauk ikan pindang ke piring Icha.
Aku memutar bola mataku melihatnya. Sebenarnya sudah terlalu sering melihat hal ini, mamaku memang lebih sayang Icha dibanding anaknya sendiri, mungkin karena beliau tidak memiliki anak perempuan. Tapi kalau diingat-ingat perlakuan mamaku memang begitu dengan istri dan kekasih abang-abangku. Kami lelaki hanya bisa pasrah.Kami empat bersaudara dan lelaki semua.
Saudara lelaki tertuaku, Abrisan - 28 Tahun, seorang aktor yang heboh karena karir dan scandal-scandalnya. Tapi itu dulu, dan syukurlah sekarang sudah menikah dengan manajernya sendiri yang merupakan seorang perempuan tomboy. Aku juga bingung bagaimana mereka bisa menikah, karena mereka bagaikan Tom & Jerry yang bisa bekerjasama dengan baik jika menyangkut bisnis namun selalu adu bacot ketika atribut bisnis telah mereka lepaskan.
Saudara lelaki tertua nomor dua, Abqari - 25 Tahun, sudah bergelar profesor dan menjadi guru besar bidang teknik elektro dan komputer di universitas yang sama dengan tempat aku menimba ilmu. Pacarnya adalah guru BP adikku. Jangan terkejut, benih cintamuncul di hati mereka tatkala Abqar harus menyelesaikan suatu masalah yang didalangi oleh adikku di sekolahnya.
Saudara paling bontot alias anak terakhir, semoga tidak ada lagi tambahan, Adelard 17 Tahun, masih kelas sebelas di sekolah menengah atas swasta, hobinya? Biang kerok dan tawuran. Belum punya pacar.
Mungkin kalian bertanya, kenapa Icha bisa bebas keluar masuk rumah ini. Rumahnya hanya berjarak satu blok dari tempat tinggalku. Dan dia sudah memiliki kamar sendiri di sini. Terima kasih kepada mamaku yang terlewat baik. Kedua orang tuaku sangat jarang berada di rumah karena mengurusi kebun sawit keluarga yang berada di luar pulau. Mereka hanya pulang satu minggu dalam sebulan, melakukan patrol kepada anak-anaknya. Sedangkan dua saudaraku yang lain, memilih tinggal terpisah. Jadi sebenarnya penghuni tetap rumah ini hanya aku dan Adelard, tambahan lagi Icha jika dia sedang tidak mau lepas dari diriku.
"Waaah, makasih maa. Makin sayang deh sama mama cantik." Icha memberikan kecupan jauh.
"Kamu nih bisa aja, calon mantu mama yang cantik." Mamaku bersemu malu. Ah wanita, kenapa sering sekali melempar pujian-pujian yang sama.
"Mama titip Astha ya, Cha..."
WHAT?!
"Soalnya Astha begitu, suka lupa makan dan mandi kalau lagi belajar. Buku terus..." lanjut mama yang membuat rahangku terasa sakit karena menganga lebar, tak percaya.
"Tenang ma, ada Ichaaa. Beres, bakal Icha urusin seperti urusin suami sendiri."
"Ma... please, aku di sini. Apaan coba, mas..."
"Sst... diam aja, ini urusan perempuan." perkataan mama memotong ucapanku yang belum selesai.
Sudut mataku menangkap Icha yang tersenyum penuh konspirasi kepada ku.
No...no...no... si mama gak tahu apa dia tengah memberikan angin segar kepada Icha. Tak bisa ku bayangkan apa yang akan terjadi kepada diriku. Apa aku akan diperkosa pacarku sendiri?
.
.
.
.
.
Lagi seneng-senengnya sama ni cerita. update terooooos. hahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Tidak! Pacarku Mesum (ONGOING)
General Fiction"Cium..." dia memajukan bibirnya, kelopak matanya tertutup. "Malu ah, tempat umum." aku mendorong pelan keningnya dengan telunjuk, memberikan banyak jarak untuk wajah kami. Dia membuka matanya, menatap ku sengit, "Kok gitu?!" sebelum aku mampu menj...