prolog

3.7K 236 25
                                    

"Sasu, kau ikut Ibu ke Konoha. KIta akan pindah ke sana mulai lusa. Ibu sudah mendapat sekolah baru untukmu,"

"Jangan lupa menghubungi Aniki, Suke. Patuhi apa yang Kaa-san katakan, mengerti?"

.......

"Sasu, ayo. Pesawat kita sudah akan lepas landas,"

"Jangan lupa untuk makan dengan teratur. Kami akan selalu menyayangimu,"

.......

Onyx kelam itu terbuka pelan saat merasa cahaya matahari mulai menusuk matanya melalui celah gorden jendela lebar di sisi kanan ranjang. Dibangkitkannya tubuh kurus itu pelan. Tanpa waktu lama, ia menuruni ranjang menuju kamar mandi. Menanggalkan seluruh pakaianya tanpa sisa dan langsung menyalakan sower. Air dingin mulai merayapi setiap inchi tubuh berbalut kulit putih itu.

Tangan kecilnya menelurusuri lehernya, tepat pada perpotongan leher sebelah kiri, dimana bekas luka sayatan memanjang dari urat nadi menuju tulang selangka. Matanya yang semula terbuka sayu, memejam pelan. Meresapi dinginnya air yang menusuk tulang.

###

"Kaa-san!" pangil seorang pemuda bersurai blonde pada wanita berumur kepala empat yang sedang menyiapkan makanan di dapu rumahnya bersama beberapa wanita berpakaian pelayan.

Si wanita bersurai merah yang merasa dipanggil sang anak hanya bergumam pendek, tanda ia sedang berkonsentrasi pada hidangan di depannya.

"Kaa-san, apa bibi Mikoto belum pulang dari Rusia?" tanya pemuda tadi.

"Belum. Kenapa memangnya, hm?" jawab wanita itu, Namikaze Kushina

"Hah?! Jadi Sasuke sendirian di mansion nya?! Kenapa Kaa-san tidak memberitahu ku semalam?!"

"Ck, berhentilah berteriak, Namikaze!! Kau mau ibumu ini tuli, hah?!"

"Kalian berdua ini, jangan berteriak pagi-pagi. Kau juga seorang Namikaze kalau kau lupa, sayang. Dan Naruto, jemput Sasuke kemari. Pasti dia kesepian sarapan sendirian," kata Namikaze Minato, sang kepala rumah tangga.

Dengan semangat musim panas, Naruto mengangguk cepat dan langsung berhambur keluar dari mansion. Sedangkan kedua orang tuanya itu hanya menggelengkan kepala jengah melihat tingkah anak kedua mereka itu.

"Ramai sekali. Ada pencuri kah?" seorang pemuda bersuarai merah mirip Kushina berjalan menuruni tangga dengan ransel merah di gendongannya.

"Mungkin pertempuran Okinawa pindah kemari, Aniki," kata pemuda lebih muda yang berada di belakangnya.

"Sudah, kalian berdua kemari. Ceapat saran agar kalian tidak terlambat berangkat," sergah Minato setelah menyesap kopinya.

####

hai semua!!!! Yachan balik lagi nih.... just prolog yah...

tadi pagi gue baru baca pesan dari @ZerOrenji ttg 'Shocking September Event'. Nah, tiba-tiba gue dapet ilham(eaaaa) buat bikin story ini.

oh,ya. Narusasu 'Someday' udah gue tulis 2 part, tp belum sempet gue edit. yang masih nungguin harap bersabar yah...kkkk, mungkin hari minggu besok kalo gak ntar malem bakal gue up, tp 1 part dulu. okeh, sekian dulu guys, sampay jumpa chap selanjutnya, jan lupa buat vote and coment yah.... bye bye

HUG IN SILENCE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang