Racun bernilai ratusan juta dolar. Kupikir itu adalah aku.
Bersama sejumlah langkah kaki yang kubuat, aku hidup sejalan dengan manifesto Taehyung. Dengan setetes cinta yang dia coba jual padaku yang berawal dari mulutnya, kemudian berhasil. Dan selamanya terjebak.
Perjalanan yang telah kumulai sejak lama lalu berakhir ke pertemuan dengan pria tua yang tak seimbang namun berkat kecantikan yang bergabung dengan kerapuhanku, aku lalu harus menghadapinya dengan hati luas.
"Sudah tahu isi perjanjiannya?"
Aku tidak mau mengangguk, karena yang kumau adalah kabur dari sini. Caranya sedang kupikirkan.
"Tempat ini terlalu jelek untuk ditinggali olehmu." aku berkata dengan suara yang dibiasakan tegas. Segelas anggur merah sama merahnya dengan darahku yang sedang mengalir deras. Aku juga berpikir apa yang sedang Taehyung pikirkan saat ini, apa dia juga telah menduganya?
"Yah, memang, tapi masalahnya tidak terletak pada bangunan jelek ini. Yang terus terpikirkan adalah wujudmu di kepalaku. Sekalipun kau mengangkang di sebuah rumah tikus itu akan tetap kelihatan seksi, tidak sedikit pun bisa meredam gairahku."
Aku bohong kalau aku bilang tidak takut. "Kurasa itu terlalu berlebihan." Pada kata 'terlalu', aku sungguh ingin menangis. Jadi kualihkan emosi itu dengan meraih kaki gelas dan meremasnya.
Sial. Pria tua itu bereaksi. Dia dengan perutnya yang besar itu membawa dirinya mendekat, dan berdiri dengan lugas di samping pahaku, tepat di dekat bahu yang sedang bertahan mendengar kesabaran.
Aku merasakan napasnya yang keras di telinga kananku, semakin mendekat semakin membuatku mau nekat untuk menewaskannya. "Kau suka Florida. Hm?"
Florida?
"Kau berencana untuk membawaku ke sana?" Aku langsung antusias, roh Taehyung serasa ada di sampingku.
Suara tawanya rendah. "Menurutmu?"
Ada cintaku di sana. Aku mau berlari saja padanya, mengadu kalau aku tidak mau tinggal dengan siapa pun selain dirinya.
"Aku tidak akan berpikir dua kali."
***
Sakit mungkin tidak lagi bisa dibayangkan seberapa besar skalanya.
Kalau biasanya Taehyung akan bercinta dengan wanita-wanita cantik yang punya bentuk tubuh luar biasa indah.
Untuk pertama kalinya, aku juga harus memakai ranjang kami untuk dipakai bersama dengan seorang pria tua yang gemuk dan menakutkan.
Aku tidak mau bilang kalau aku telah berhasil. Sesungguhnya, aku telah gagal dalam melindungi kakiku dari duri yang akan menghambatku melangkah pergi.
"Tubuhmu itu memar-memar," katanya. Dia masih telanjang di sampingku dengan keringat yang membasahi tubuhnya.
Dari sela-sela rambutnya, aku dapat melihat tetesan keringat yang jatuh menuju hidung. "Sebelum berangkat ke Florida, ada baiknya luka-luka itu disembuhkan dulu."
Tidak! Ini bukan luka! Ini adalah ciuman perpisahan dari Taehyung untukku.
Aku menggeleng sambil membawa tubuhku oleh pantat, menggesernya menjauh. "Ini... tidak sakit. Aku baik-baik saja dengan semua bekas luka ini."
Pria tua itu tertawa lagi. Tangannya meraih ke sebatang rokok, dan menahannya di antara kedua sisi bibir. "Dia sering memukulmu?" Yah, tapi Dia selalu bilang kalau Dia memukulku itu berarti Dia mencintaiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better Sick : To Forget
FanficLuka masa lalu, hari ini, dan yang akan datang. "Aku terlambat menyadari kalau separuh diriku yang kutemukan dari dirimu ternyata tidaklah tepat."