Section 2. An Abandoned Heart

56 1 0
                                    

Lanna masih terisak dengan tampang kusut serta rambutnya yang basah kuyup karena hujan sembari mendekap erat tubuhnya dengan selimut yang diberikan salah satu teman di asramanya, lorong asrama tulip tampak dipenuhi kerumunan orang yang berdesakan mengelilingi Lanna. Setelah mengerumuni taman depan di dekat pohon besar di samping air mancur besar di sana dikubur jasad kucing peliharaan Madam Wolly.

Lanna masih teringat isakan Madam Wolly dan Ungkapan kesedihan dari semua penghuni Happy House, Pussca, Kucing kesayangan Madam Wolly ditemukan mati mengenaskan tergantung di selasar pintu gudang belakang dimana Lanna tidak sengaja menemukannya.

Seketika gudang belakang sudah sesak dipenuhi orang-orang yang penasaran dengan apa yang terjadi dan tubuh gempal Madam Wolly dengan rusuh menerobos kerumunan yang ada dengan tatapan tidak percaya menatapi tubuh bersimbah darah yang ditutupi kain putih dalam dekapan Mr. Tian, salah satu penjaga Happy House, meraih tubuh itu dan mulai terisak, Suasana semakin gaduh ditambah dengan semakin derasnya hujan mengguyur seakan ikut menangisi kepergian Pussca.

Dalam kegaduhan guyuran hujan dan isak tangis Madam Wolly tampak seringai dingin menatapinya, seringai kemenangan, dibalik rambut cokelat gelap yang basah tergerai seringai itu tampak semakin mengerikan.

Keesokan harinya, Dining Hall.

Pagi itu suasana Dining Hall tampak suram, tiada kehebohan suasana sarapan seperti biasanya, semua tampak enggan memulai pembicaraan hari itu hanya suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring yang mendengung memenuhi Dining Hall seperti lagu sendu yang sangat menyedihkan.

Kanna masih juga belum ditemukan, hal tersebut semakin menambah keresahan Lanna.

Dia beranjak menuju wastafel di sudut dining hall membuang 'sisa' makanannya yang masih utuh ke tempat sampah organik dan menumpuk piring kotornya sembari membasuh tangan, Lanna melewati pintu 'employee' ruang masak dan tanpa sengaja pandangannya tertumpu pada siluet wanita bertumbuh gempal di dalam ruangan yang tampak duduk termenung di mejanya.

Dia berhenti sejenak memandang lekat, tampak Madam Wolly temanggu dengan mata yang bengkak dan merah mungkin dia belum berhenti menangis semalaman, dan tampak juga tidak menyentuh makanan yang tersedia di sampingnya.

Lanna menatap Madam Wolly dengan pandangan yang kosong tampak seperti tidak ada apa-apa disana dan kemudian berlalu menuju asramanya berharap dia dapat menemukan Kanna sedang berbaring di ranjang sembari tersenyum dan berkata 'semua akan baik-baik saja'.

Sudah hampir seminggu Kanna masih belum diketahui bagaimana keadaannya, hal tersebut membuat Lanna semakin gusar. Ini sudah kali kedua Lanna menemui Mrs. Willan memohon untuk segera menemukan Kanna, tanggapan Mrs. Willan masih sama seperti 3 hari yang lalu saat itu Mrs. Willan tampak bingung dengan apa yang harus dilakukan, Mr. Allan yang saat itu kebetulan berkunjung membisikkan sesuatu pada Mrs. Willan setelah itu dia hanya menghampiri dan menenangkan Lanna serta menggangguk menjanjikan bahwa Kanna pasti baik-baik saja.

Sore itu Angin musim semi tampak mulai menyapa pepohonan dan bunga-bunga yang mulai bermekaran di taman oyster selasar kiri dari bangunan Happy House yang bertemu langsung dengan asrama tulip, entahlah kenapa taman ini disebut oyster, sama sekali tidak ada oyster disini. Lanna tampak menengadahkan kepala menikmati belaian angin musim semi yang menerpa wajahnya, air mata menetes jatuh dari pelipis matanya. Menerawang jauh.

"Lanna" Seseorang berseru memanggil Lanna, Lanna menoleh mendapati kanna melambai kepadanya

"apa yang kau lakukan disana" Kanna bersorak meminta Lanna untuk mendekat "Kemarilah" Lanna beranjak mendekat

"Danaunya besar sekali, airnya begitu jernih, apakah kita boleh berendam disana?" seru Lanna semangat

"Tidak ada yang berenang di danau itu Lanna, itu akan menggganggu ikan-ikan disana" ujar Mrs. Whitemoore sembari menata beberapa sandwich diatas tikar piknik mereka "duduklah Lanna, makan sandwich-mu" lanjut Mrs. Whitemoore, Lanna menghempas pantatnya dengan sedikit cemberut karena tidak diizinkan bermain di danau itu.

Second HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang