1. What Is Love?

771 46 2
                                    

Cinta? Apa itu? Perasaan yang aneh. Iya aneh, karena akhir dari yang namanya cinta itu pasti ada. Dan itu adalah rasa sakit.
Begitulah yang tertanam dalam pemikiran Sakura sejak beranjak remaja. Sakura Haruno, si gadis seratus enampuluh tujuh sentimeter dengan mata sehijau emerald dan jangan lupa rambut merah muda yang tergerai hingga ke punggung.

Gadis itu telah lama membuang jauh-jauh perasaan seperti itu dan juga seringkali menghindari perasaan seperti itu.
Walaupun terkadang ada sebagian dari dirinya yang juga ingin merasakan hal itu, namun kenyataan di depannya membuatnya membuang keinginan itu.
Di hari pada saat salah satu sahabatnya, Hinata bertengkar dengan kekasihnya dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, dihari yang sama pula Sakura memutuskan untuk mengakhiri keinginan itu. Lalu, ada sebuah faktor lain yang juga memengaruhinya.

"Kau hanya terlalu takut Sakura-chan." Begitu kata Ino sahabatnya. Dara keturunan Yamanaka itu khawatir sekali dengan keadaan Sakura. Bukan keadaan fisiknya, gadis pirang dengan mata sejernih air laut itu khawatir dengan keadaan perasaan Sakura.
Ia khawatir sahabatnya itu akan 'mati rasa'.

"Tak ada yang ku takutkan, aku hanya tidak ingin berada dalam sebuah akhir seperti Hinata atau....."
Sakura menggantungkan kalimatnya. Ino menunggu dengan sabar.
"A-atau mereka, sudahlah. Aku tak ingin membahas lebih lanjut." Kata Sakura pada akhirnya.

Karena terlalu khawatir, Ino akhirnya menyarankan Sakura untuk menonton drama saja dan saran itu pun diterima oleh sahabat pinknya itu.

***

Saat ini, Sakura Haruno sedang duduk di taman bersama dengan Ino Yamanaka, sahabatnya. Kedua mahasiswi itu sedang bercerita, lebih tepatnya Ino yang bercerita mengenai hubungannya bersama Sai, kekasihnya. Ino bercerita panjang lebar sedangkan Sakura hanya mendengarkan. Tetapi sebenarnya gadis itu tidak sepenuhnya mendengarkan, ia berfokus pada layar laptop dihadapannya.

"Sai itu ternyata sangat manis. Dia menelepon ku hanya untuk memberitahukan bahwa ia merindukanku, padahal ia baru menelepon lima menit sebelumnya!" Cerita Ino dengan bersemangat.

Sakura hanya menoleh sejenak, ia seakan bisa melihat mata sahabat pirangnya itu berubah menjadi dua buah hati berwarna merah muda.
"Hn." Tanggap Sakura.
"Eh? Kenapa 'hn'? Kau ini sudah seperti Sasuke saja. Ah dasar." Protes Ino yang melihat respon seadanya pada Sakura.
Sakura menghela nafas pelan.
"Lalu, aku harus bagaimana? Apa harus seperti ini: Waaaah, manisnya pacarmu, dia seperti tokoh utama dalam drama romantis, aku iri padamu!" Sakura bersuara dan mengerucutkan bibir seperti tokoh kartun yang biasa ditontonnya tiap minggu pagi di televisi.

Ino mengangkat tangannya dan mengacak pelan rambut Sakura sambil tertawa pelan.

"Maafkan aku. Tetapi, rasanya jatuh cinta seperti itu. Seperti makan banyak permen manis!"

"Ya. Ya, aku tau. Aku sudah tau, aku sudah belajar mengenai itu semua." Sahut Sakura datar.

"Apa? Kau belajar dari mana? Kau sudah punya pacar? Waaaah, Sakura kita sudah besar rupanya." Ino berusaha menggodanya.

"Aku lihat dalam drama, buku dan film." Sakura memasang tampang polos.

Ino menepuk dahinya.

"Astaga, Sakuuuuuuuu."

"Ada apa?"

"Ku sarankan kau segera mengakhiri 'belajar lewat drama' mu itu dan langsung ke dunia nyata saja."

"Percayalah Ino, aku tau rasanya." Kata Sakura sembari memasukan laptop yang telah mati kehabisan baterai ke dalam ransel biru laut miliknya.
"Lagi pula, aku menonton drama selama ini kan atas ide mu. Nah, sekarang salah siapa?"
Ino menautkan kedua alisnya.
Sakura menatapnya.

When Our Heart Falls DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang