Directioner
Itu diriku
One Direction
Itu idolaku
Inggris, Irlandia dan Indonesia
Itu negaraku
**
Ruangan ini sudah tak seperti dulu lagi. Semua berubah, sangat berubah. Aku hanya bisa mengingat apa yang aku lakukan dulu bersama temanku. Terjadi banyak kenangan disini.
Aku mulai memasuki ruangan itu dan terduduk dikasurnya yang empuk itu. Memandang sekeliling berharap masih ada satu benda yang masih tersisa. Tapi nihil yang kudapat. Sekarang aku hanya bisa merasakan betapa sepi ruangan ini sekarang. Menghirup aroma debu dimana-mana.
**
"Blue, ayo pulang. Kau mengajaku duluan tapi kau lama sekali.." Blue yang masih memasukan buku kedalam tasnya itu langsung menoleh kearah sahabatnya yang berteriak tadi.
"Iya aku sudah hampir selesai ini sudah aku masukan semuanya." ujar Blue segera berlari menghampiri sahabatnya itu.
"Kau sudah menyuruh Stefy dan Liona datang duluan?" tanya Blue dan dibalas anggukan mantap dari sahabatnya itu. Mereka berlari kencang agar tak ketinggalan. Belum sampai mereka ketempat tujuan hujan datang dengan lebatnya.
"Lily, hujannya deras nanti saja kita berteduh dulu." ujar Blue pada Lily.
"Jangan nanti kita ketinggalan lagi. Ayo lagipula sudah dekat bukan. Ini hari terakhir. Kau mau tak melihatnya selamanya." ucap Lily setengah berteriak karena suara hujan yang beradu dengan suara Lyli. Blue hanya mengangguk pasrah. Ada benarnya juga ucapan sahabatnya itu. Mereka menaruh tas mereka keatas kepala mereka agar mereka tak terlalu basah kehujanan.
**
"Kau sudah menghungi Lily atau Blue?" belum 5 detik Stefy berkata tiba-tiba Blue dan Lily datang menyapa mereka.
"Hai, we're here. C'mon. Aku sudah tak sabar. Apa kalian sudah membeli tiketnya." ujar Blue dengan santai.
"Hei apa yang kalian lakukan. Kalian hujan-hujanan?" tegur Liona peduli.
"Demi mereka aku tak akan menjadikan hujan halangan." seru Lily sama santainya dengan Blue.
"Tapi tak begini juga. Kau bisa sakit." ujar Stefy sama pedulinya.
"Stef, Li ini hari terakhir. Kalau bukan sekarang kapan lagi. Cuma ini satu-satunya cara. Kemarin kita tidak bisa karena kita ada jadwal ujian 5 hari. Sekarang masih ada saja sudah untung." bela Lily.
"Tapi kita masih bisa membelinya DVD mereka bukan??" timpal Stefy yang memang terlihat tampak sangat khawatir. Dia memang tipe orang yang tidak tegaan.
"Kau tahu keuangan pelajar bukan. Terbatas. Itupun kalau sudah terkumpul mungkin DVD mereka sudah ludes terjual." ujar Lily masih membela diri, sedangkan Blue hanya bisa melihat mereka beradu mulut.
"Terserah kau sajalah. Ini tiketnya ayo masuk sebentar lagi dimulai." seru Liona memberikan tiket THIS IS US pada mereka dan langsung masuk ke studio bioskop.
**
HATCHII..
"Blue kapan kau bisa mengerti. Mereka punya kehidupan Blue. Mereka tak tahu siapa kau secara detail." ujar Mama Blue yang sedang telaten mengkopres kening Blue. Tentu karena kejadian kemarin.
"Mereka inspirasi Blue, Ma. Semenjak kenal mereka hidup Blue beda Ma, seperti makin berwarna." bela Blue.
"Tapi semenjak kau kenal mereka, kamu jarang beriteraksi dengan orang lain kecuali ketiga temanmu yang juga suka One Direction. Kau jadi jauh dengan orang yang menyayangimu. Blue mereka akan hidup dan tumbuh dewasa sama hal nya danganmu. Mama tahu ini karena faktor kau dalam masa puber tapi mama yakin suatu saat kau akan menemukan jati diri yang seungguhnya. Dan sekarang kau masih dalam masa labil. Kau suka mereka karena kau belum tahu bagaiman hidup dunia luar. Kau harus mengerti suatu saat One Direction dan kau akan berkeluarga. Ada moment disaat kau mulai melupakan mereka. Kau akan konsentrasi pada suamimu, pekerjaanmu dan juga anak-anakmu. Begitu pula One Direction. Kau mengerti. Jadi mama mohon bagilah waktumu. Mama tak melarang kau mengidolakan mereka. Tapi mama juga minta, kau punya dunia sendiri. Kalau memang salah satu dari mereka jodohmu berarti itu memang takdir yang tuhan ciptakan untukmu. Tolong jangan bertindak ceroboh semacam ini hanya untuk mengejar dunia mereka. Ya sudah kau istirahat saja. Mama keluar ya Blue." nasihat Mama panjang dan lebar kepada Blue.