Gua tahu semua, tapi pura pura gak tahu aja, kan lo emang sering ngremehin gua.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Guanlin duduk dipinggiran ranjang, mengusap wajahnya lalu menghembuskan nafas kasar. Sikap woojin, hyungnya satu itu kini membuatnya merasa kacau, sejak beberapa minggu lalu sebelum woojin berteriak padanya, semuanya baik baik saja. Hubungannya antara woojin benar benar baik, layaknya adik dan kakak sedarah.
Ia sungguh tidak tahu menahu mengapa sikap woojin berubah drastis padanya, dulu woojin adalah sosok yang sering menggangunya, membantunya, bahkan menawarinya segala sesuatu tanpa diminta. Tapi setelah beberapa minggu semenjak kejadian itu woojin berubah.
"Hahh apa salah ku?" Guanlin menidurkan dirinya diranjang, memenjamkan matanya untuk menetralisir rasa sesak di dadanya lalu ia bergumam sendiri
"Setidaknya hyung masih mengajak ku berbicara"
.
.
.
.
.
.
.
.
."Tok tok tok"
Guanlin terbangun, melangkah hendak membuka pintu kamarnya, belum sempat memegang handle pintu, seseorang diluar sana sudah membukanya, betapa terkejut Guanlin saat melihat pemandangan yang didepannya.
Hyungnya, Ia tidak salah lihat kan? Apa ini mimpi? Kenapa dengan wajah Daniel hyung, kenapa dia menangis? Kenapa dengan wajah itu?
"Hyung, hyung kenapa?" Guanlin menatap mata hyung nya itu, mencari jawabannya sendiri, karna hyungnya itu tak menjawab. Tangannya terulur mencoba memeluk hyungnya untuk menenangkannya, tapi saat tangan itu menyentuh hyungnya, ini semua seperti fatamorgana. Ia tidak bisa menyentuh hyungnya. Kenapa dengan dia?
"Hyung" lirih guanlin
"Kenapa gua gak bisa menyentuh hyung"
Daniel tejatuh kelantai menangis meraung raung seperti orang yang kesetanan"Kenapa lu ngebohongin gua"
"Gua gak pernah bohongin lu, lu sendiri yang bego, lu terlalu percaya sama orang, itu kesalahan lu"
Tiba tiba saja seseorang muncul dari balik pintu almari yang Guanlin baru sadari sedari tadi terbuka, lalu setelah bilang seperti itu kepada Daniel orang itu menutup pintunya lemari secara kasar, dan Guanlin melihat wajah orang itu
"Hyung" Guanlin terperanjat, ia bingung kenapa dengan sikap kedua hyungnya ini. Guanlin melihat sekeliling kamar mencoba menelaah satu persatu yang ada. Ini bukan kamarnya!! Lalu ini dimana? Pikiran itu berkecamuk dalam otaknya.
"Lu bego" orang itu mendekati Daniel, Guanlin hanya bisa menyaksikan, sekeras apa pun ia berteriak atau menghentikan percecokan ini, semuanya hanya mustahil. Orang itu membuang jarak antara Daniel, mengeluarkan sesuatu dari belakang tangan nya yang ia sembunyikan, lalu menodongkannya ke kepala Daniel. Guanlin tidak bisa berbuat apa pun. Ia hanya mengamati gerak gerik mereka
"Lu harus mati"
Dorr.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Guanlin terbangun dari tidurnya, peluh memenuhi jidat dan tubuhnya. Ia mencoba meraih air di nakas seberang tempat tidur.
"Huh hanya mimpi, tapi seperti sangat nyata" monolog guanlin.
Guanlin duduk diatas ranjang, mencoba mencerna mimpinya sekali lagi, benaknya bertanya apakah itu hanya mimpi atau itu petunjuk. Ia ingat betul dua orang yang ada dalam mimpinya, itu sangat mengerikan, darah, pistol, almari semua berputar dalam fikiran Guanlin.
"Cepat mandi, tumben kau tidur lagi setelah bangun" ucap seseorang yang keluar dari pintu kamar mandi.
"Hyung" Guanlin kaget setengah mati melihat hyung dalam mimpinya berada di depannya
"Kau kenapa? Habis mimpi buruk?" Ucap orang
"Cepatlah mandi atau kau akan ditinggal" lanjut orang itu sebelum menghilang dari balik pintu kamar.
Guanlin turun dari ranjang, mengambil handuk yang tersampir di belakang pintu kemudian masuk kedalam kamar mandi
"Mimpi yang aneh"
Ucapnya sebelum melakukan ritual mandinya.
Ini sebenarnya draft di wp yang belum di up, story ini mau aku lanjutin ya. Semoga bisa selesai.
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
FanfictionLakukanlah semau lo asal itu membuat lo bahagia. . . ... Lo Gila? . . . Bukan gitu Ogeb, cara lo salah. . . Warning!! Cerita menggunakan bahasa non baku.