Heaven

96 26 3
                                    

***

Secercah cahaya putih berhasil memasuki onix coklat yeoja itu. Wajah cantik dengan rambut karamel panjang yang sedikit bergelombang, mini dress selutut berwarna putih yang membalut tubuh semapainya benar-benar membuatnya terlihat seperti 'Heaven Angel'.

Kaki jenjangnya menelurusi sudut-sudut ruangan bernuansa putih itu. Ia terdiam kala sebuah cahaya terang seperti berjalan menghampirinya.
Seorang namja dengan visual yang nyaris sempurna muncul dari cahaya tersebut. Ia mengulurkan tangannya pada yeoja itu, dan memberikan sebuah benda panjang padanya.

"Benda itu yang membuatku belum bisa membawamu pergi."
Ucapnya datar dan terkesan dingin. Yeoja itu memandangi sebuah benda yang beberapa detik yang lalu beralih ketangannya, sebuah kalung dengan ukiran nama tergantung disana.

"Kim Sowon?" Keningnya berkerut pertanda jika ia bingung.

"Itu adalah namamu." Balas namja itu tanpa ekspresi.

"Namaku? Sowon?" Yeoja itu, Kim Sowon terlihat berpikir keras.

"Kau mengalami kecelakaan yang membuatmu harus meregang nyawa, dan calon suamimu belum bisa menerima kepergianmu. I give you the last chance."

"Apa itu artinya aku sudah mati?Aku hantu?" Sowon menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, bisa dibilang seperti itu." Lagi-lagi namja itu bebicara kelewat dingin dengan wajah tanpa ekspresinya. Benar-benar berhasil membuat tangan Sowon gatal ingin mencakar wajah datarnya. "iissh sabar...untung saja tampan." Batin sowon menahan kesal.

"Lalu kau ini?..."
Namja itu menunjukkan smirknya mendengar pertanyaan dari yeoja cantik dihadapannya ini.

"Akhirnya kau menanyakanku juga." Ia menjeda kalimatnya.

"Aku adalah malaikat maut." Sambungnya singkat padat dan kurang jelas. Sowon mendesis kesal, ia menunggu namja itu melanjutkan kalimatnya lagi. Namun malaikat maut yang tampannya luar biasa namun datar bak tembok itu hanya diam tak bergeming.

"Lalu siapa namamu? Apa kau tidak memiliki nama?" Ucap Sowon dengan raut wajah kesal.

"Pakai kalung itu!" Balasnya yang melenceng dari pertanyaan yeoja itu. Sowon medengus kesal. Ia menghela nafas panjang, berbicara dengan makhluk tampan ini berhasil membuat ubun- ubunnya mendidih.

Sowon hanya menurut, ia memakai sendiri kalung tersebut. Bersamaan dengan itu, tempat bernuansa putih itu berubah visual menjadi jalanan sepi dengan pohon-pohon besar di samping kanan dan kirinya.
Matanya mendelik dengan mulut yang membulat sempurna, Sowon menatap sekelilingnya. Hutan?

"Temui aku ditempat ini jika kau sudah berhasil menemukan seseorang yang bisa membantumu."

Sowon menatap malaikat maut itu bingung, detik berikutnya ia mendelik. Apa maksud perkataannya tadi? Apa itu artinya ia harus mencari calon suaminya sendiri? Yang benar saja. Wajahnya saja sowon tidak ingat, bahkan ia tidak ingat apapun tentang dirinya.

"Ma... maksudmu???"

"Aku tidak bisa membantumu menncari calon suamimu. Jadi pergilah dan cari seseorang yang bisa membantu 'Hantu Amnesia' sepertimu."

Benar-benar rasanya Sowon ingin sekali meledah, mencakar dan menendang wajah datar malaikat tampan dihadapannya saat ini. Ia mencoba sabar. Menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dari belakang, eh...maksudnya dengan perlahan.

"Baiklah...lalu siapa yang bisa membantuku? Apa dia keluargaku?" Sowon tidak tahu sudah semerah apa wajah cantiknya ini.

"Apa kau ingat keluargamu?"
Sowon terdiam,sejurus kemudian ia menggeleng lemah menanggapi pertanyaan malaikat maut itu. Namja itu terkekeh, menampilkan smirk menyebalkannya.

"Kalau begitu cari saja! aku juga tidak bisa membantumu untuk mencari orang tersebut. Yang terpenting, dia adalah manusia yang bisa melihat hantu sepertimu?" Ujarnya santai seraya menyilangkan tangannya didepan dada.

"Kembalilah ketempat ini dan panggil namaku sebanyak tiga kali!"

"Aku tidak tau namamu!"
Balas sowon ketus.

"Oh Sehun" ujarnya cepat singkat padat dan jelas. Setelah mengatakan itu, Oh sehun, malaikat maut dengan paras yang tampan namun menyebalkan itupun menghilang.

"Sialan!" Umpatan kasar pun lolos dari bibir sowon.

Happy Reading...

Commentjusseyo...
Jangan lupa votenya...
.
.
.

For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang